Lompat ke isi

Litium

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
3Li
Litium
Litium yang mengapung dalam minyak
Garis spektrum litium
Sifat umum
Pengucapan/litium/[1]
Penampilanputih keperakan
Litium dalam tabel periodik
Perbesar gambar

3Li
Hidrogen Helium
Lithium Berilium Boron Karbon Nitrogen Oksigen Fluor Neon
Natrium Magnesium Aluminium Silikon Fosfor Sulfur Clor Argon
Potasium Kalsium Skandium Titanium Vanadium Chromium Mangan Besi Cobalt Nikel Tembaga Seng Gallium Germanium Arsen Selen Bromin Kripton
Rubidium Strontium Yttrium Zirconium Niobium Molybdenum Technetium Ruthenium Rhodium Palladium Silver Cadmium Indium Tin Antimony Tellurium Iodine Xenon
Caesium Barium Lanthanum Cerium Praseodymium Neodymium Promethium Samarium Europium Gadolinium Terbium Dysprosium Holmium Erbium Thulium Ytterbium Lutetium Hafnium Tantalum Tungsten Rhenium Osmium Iridium Platinum Gold Mercury (element) Thallium Lead Bismuth Polonium Astatine Radon
Francium Radium Actinium Thorium Protactinium Uranium Neptunium Plutonium Americium Curium Berkelium Californium Einsteinium Fermium Mendelevium Nobelium Lawrencium Rutherfordium Dubnium Seaborgium Bohrium Hassium Meitnerium Darmstadtium Roentgenium Copernicium Nihonium Flerovium Moscovium Livermorium Tennessine Oganesson
H

Li

Na
heliumlitiumberilium
Lihat bagan navigasi yang diperbesar
Nomor atom (Z)3
Golongangolongan 1 (logam alkali)
Periodeperiode 2
Blokblok-s
Kategori unsur  logam alkali
Berat atom standar (Ar)
  • [6,9386,997]
  • 6,94±0,06 (diringkas)
Konfigurasi elektron[He] 2s1
Elektron per kelopak2, 1
Sifat fisik
Fase pada STS (0 °C dan 101,325 kPa)padat
Titik lebur453,65 K ​(180,50 °C, ​356,90 °F)
Titik didih1603 K ​(1330 °C, ​2426 °F)
Kepadatan mendekati s.k.0,534 g/cm3
saat cair, pada t.l.0,512 g/cm3
Titik kritis3220 K, 67 MPa (diekstrapolasi)
Kalor peleburan3,00 kJ/mol
Kalor penguapan136 kJ/mol
Kapasitas kalor molar24,860 J/(mol·K)
Tekanan uap
P (Pa) 1 10 100 1 k 10 k 100 k
pada T (K) 797 885 995 1144 1337 1610
Sifat atom
Bilangan oksidasi+1 (oksida basa kuat)
ElektronegativitasSkala Pauling: 0,98
Energi ionisasike-1: 520,2 kJ/mol
ke-2: 7298,1 kJ/mol
ke-3: 11815,0 kJ/mol
Jari-jari atomempiris: 152 pm
perhitungan: 167 pm
Jari-jari kovalen128±7 pm
Jari-jari van der Waals182 pm
Lain-lain
Kelimpahan alamiprimordial
Struktur kristalkubus berpusat badan (bcc)
Struktur kristal Body-centered cubic untuk litium
Kecepatan suara batang ringan6000 m/s (suhu 20 °C)
Ekspansi kalor46 µm/(m·K) (suhu 25 °C)
Konduktivitas termal84,8 W/(m·K)
Resistivitas listrik92,8 n Ω·m (suhu 20 °C)
Arah magnetparamagnetik
Suseptibilitas magnetik molar+14,2×10−6 cm3/mol (298 K)[2]
Modulus Young4,9 GPa
Modulus Shear4,2 GPa
Modulus curah11 GPa
Skala Mohs0,6
Nomor CAS7439-93-2
Sejarah
PenemuanJohan A. Arfwedson (1817)
Isolasi pertamaWilliam T. Brande (1821)
Isotop litium yang utama
Iso­top Kelim­pahan Waktu paruh (t1/2) Mode peluruhan Pro­duk
6Li 7,59% stabil
7Li 92,41% stabil
Kelimpahan 6Li kemungkinan hanya sebesar 3,75% di alam. Oleh karena itu, 7Li memiliki kelimpahan sampai dengan 96,25%.
| referensi | di Wikidata
Litium

Litium (bahasa Latin: lithium) adalah unsur kimia dengan lambang Li dan nomor atom 3. Kata "litium" berasal dari bahasa Yunani: λίθος lithos, yang berarti "batu". Litium merupakan logam alkali lunak berwarna putih keperakan. Di bawah kondisi standar, litium menjadi logam paling ringan sekaligus unsur padat yang paling ringan. Seperti semua logam alkali, litium sangat reaktif dan mudah terbakar, serta disimpan dalam minyak mineral. Ketika dipotong sehingga bagian dalamnya terbuka, ia menunjukkan kilau logam, tetapi udara lembap menodainya dengan cepat menjadi kusam abu-abu keperakan, lalu membentuk noda hitam. Litium tidak pernah terdapat sebagai unsur bebas di alam, tapi hanya sebagai senyawa (biasanya ionik), seperti mineral pegmatit yang dulunya merupakan sumber utama litium. Ia hadir dalam air laut dan biasanya diperoleh dari air asin, karena kelarutannya sebagai ion. Logam litium diisolasi secara elektrolisis dari campuran litium klorida dan kalium klorida.

Inti atom litium bergetar pada ketidakstabilan, karena dua isotop litium stabil yang ditemukan di alam memiliki energi ikatan paling rendah per nukleon dari semua nuklida stabil. Litium kurang melimpah di tata surya dibandingkan dengan 25 unsur dari 32 unsur kimia pertama meskipun nukleanya sangat ringan, karena ketidakstabilan nuklir relatifnya: ini adalah pengecualian dari tren bahwa semakin berat nuklei, semakin kecil kelimpahannya.[3] Berdasarkan alasan tersebut, litium memiliki kegunaan penting dalam fisika nuklir. Transmutasi atom litium menjadi helium pada tahun 1932 adalah reaksi nuklir buatan manusia pertama, dan litium-6 deuterida berfungsi sebagai bahan bakar fusi dalam senjata termonuklir yang dipamerkan.[4]

Litium dan senyawanya memiliki beberapa aplikasi industri, termasuk kaca dan keramik tahan panas, pelumas gemuk litium, aditif fluks untuk produksi besi, baja dan aluminium, baterai litium, dan baterai litium-ion. Penggunaan ini mengkonsumsi lebih dari tiga perempat produksi litium.

Sumber utama litium pangan adalah biji-bijian dan sayuran; di beberapa daerah, air minum juga mengandung jumlah yang signifikan. Manusia mengasupnya dalam jumlah yang sangat bervariasi, tergantung lokasi dan diet. Litium telah terdeteksi pada organ tubuh manusia dan jaringan janin sejak akhir abad ke-19, memicu spekulasi mengenai fungsi spesifiknya. Setelah satu abad berikutnya, diperoleh bukti eksperimental. Dalam penelitian pada era 1970an–1990an, tikus dan kambing dengan diet rendah litium memiliki mortalitas yang lebih tinggi, serta kelainan reproduksi dan perilaku. Pada manusia tidak ada penyakit defisiensi litium yang didefinisikan, namun asupan litium rendah dari persediaan air dikaitkan dengan peningkatan angka bunuh diri, pembunuhan dan tingkat penangkapan untuk penggunaan narkoba dan kejahatan lainnya. Kandungan litium yang tinggi pada embrio awal menunjukkan peran penting selama perkembangan janin. Mekanisme biokimia dari aksi litium tampaknya terkait banyak faktor dan berkorelasi dengan fungsi beberapa enzim, hormon dan vitamin, serta faktor pertumbuhan dan transformasi. Bukti saat ini tampaknya cukup untuk menerima litium sebagai esensial; AKG sementara untuk 70 kg orang dewasa disarankan 1.000 μg/hari.[5][6]

Garam litium telah terbukti bermanfaat sebagai obat suasana hati (mood) dalam pengobatan gangguan bipolar pada manusia.

Sifat-sifat

[sunting | sunting sumber]

Atom dan fisika

[sunting | sunting sumber]
Bongkah litium dengan lapisan tipis nitrida berwarna hitam

Seperti logam alkali lainnya, litium memiliki elektron valensi tunggal yang mudah dilepaskan untuk membentuk kation.[7] Oleh karena itu, litium adalah unsur penghantar panas dan listrik yang baik serta sangat reaktif, meskipun ia adalah yang paling kurang reaktif di antara logam alkali. Rendahnya reaktivitas litium adalah karena dekatnya elektron valensi dengan nukleusnya (dua elektron yang tersisa berada di orbital 1s, energinya jauh lebih rendah, dan tidak berpartisipasi dalam ikatan kimia).[7]

Logam litium cukup lunak untuk dipotong menggunakan pisau. Saat dipotong, ia memiliki warna putih keperakan yang cepat berubah menjadi abu-abu karena teroksidasi menjadi litium oksida.[7] Meskipun memiliki salah satu titik leleh terendah di antara semua logam (180 °C), ia memiliki titik leleh dan titik didih tertinggi di antara logam alkali.[8]

Litium memiliki kerapatan sangat rendah (0,534 g/cm3), sebanding dengan kayu pinus. Ia memiliki densitas paling kecil di antara semua unsur padat pada suhu kamar; unsur padat berikutnya (kalium, pada 0,862 g/cm3) lebih dari 60% lebih padat. Selanjutnya, selain helium dan hidrogen, densitasnya lebih kecil daripada unsur cair apapun, hanya dua pertiga densitas nitrogen cair (0,808 g/cm3).[9] Litium dapat mengapung pada minyak hidrokarbon paling ringan dan merupakan satu dari tiga logam yang bisa mengapung di air, dua lainnya adalah natrium dan kalium.

Litium terapung di minyak

Koefisien ekspansi termal litium dua kali lipat aluminium dan hampir empat kali lipat besi.[10] Litium adalah superkonduktor di bawah 400 μK pada tekanan standar[11] dan pada suhu yang lebih tinggi (lebih dari 9 K) pada tekanan sangat tinggi (>20 GPa).[12] Pada suhu di bawah 70 K, litium, seperti natrium, mengalami transformasi perubahan fase nirdifusi. Pada 4,2 K ia memiliki sistem kristal rombohedral (dengan jarak pengulangan sembilan lapisan); pada suhu yang lebih tinggi ia berubah menjadi kubik pusat muka dan kemudian kubik pusat badan. Pada suhu helium cair (4 K) lazimnya adalah struktur rombohedral.[13] Telah diidentifikasi beberapa bentuk alotropik litium pada tekanan tinggi.[14]

Litium memiliki kapasitas kalor spesifik massa 3,58 kilojoule per kilogram-kelvin, tertinggi di antara semua padatan.[15][16] Oleh karena itu, logam litium sering digunakan dalam pendingin untuk aplikasi perpindahan panas.[15]

Kimia dan senyawa

[sunting | sunting sumber]

Litium mudah bereaksi dengan air, namun tidak sedahsyat logam alkali lainnya. Reaksinya membentuk gas hidrogen dan litium hidroksida dalam larutan akuatik.[7] Litium biasanya disimpan dalam perapat (bahasa Inggris: sealant) hidrokarbon, seringnya petrolatum, karena reaktivitasnya dengan air. Meskipun logam alkali yang lebih berat dapat disimpan dalam zat yang lebih padat, seperti minyak mineral, litium tidak cukup padat untuk benar-benar terendam dalam cairan ini.[17] Di udara yang lembap, litium dengan cepat bernoda membentuk lapisan hitam litium hidroksida (LiOH dan LiOH·H2O), litium nitrida (Li3N) dan litium karbonat (Li2CO3, hasil dari reaksi sekunder antara LiOH dan CO2).[18]

Struktur heksamer fragmen n-butillitium dalam sebuah kristal

Ketika diletakkan pada nyala api, senyawa litium memberi nyala berwarna merah krimson, tapi saat terbakar dengan kuat, nyala api menjadi perak cemerlang. Litium akan menyala dan terbakar dalam oksigen saat terkena air atau uap air.[19] Litium mudah terbakar, dan berpotensi meledak saat terkena udara dan terutama air, meski potensinya kurang daripada logam alkali lainnya. Reaksi litium-air pada suhu normal sangat cepat namun tidak hebat karena hidrogen yang dihasilkan tidak menyalakan dirinya sendirinya. Seperti halnya semua logam alkali, kebakaran litium sulit untuk dipadamkan, membutuhkan pemadam api bubuk kering jenis (Kelas D). Litium adalah salah satu dari sedikit logam yang bereaksi dengan nitrogen pada kondisi normal.[20][21]

Litium memiliki hubungan diagonal dengan magnesium, unsur dengan jari-jari atom dan ion yang sama. Kemiripan kimia antara kedua logam tersebut meliputi pembentukan nitrida melalui reaksi dengan N2, pembentukan oksida (Li2O) dan peroksida (Li2O2) bila dibakar di O2, garam dengan kelarutan yang mirip, serta ketidakstabilan termal karbonat dan nitridanya.[18][22] Logam ini bereaksi dengan gas hidrogen pada suhu tinggi menghasilkan litium hidrida (LiH).[23]

Senyawa biner lainnya yang dikenal meliputi halida (LiF, LiCl, LiBr, LiI), sulfida (Li2S), superoksida (LiO2), dan karbida (Li2C2). Banyak senyawa anorganik lainnya diketahui di mana litium bergabung dengan anion membentuk garam: borat, amida, karbonat, nitrat, atau borohidrida (LiBH4). Litium aluminium hidrida (LiAlH4) umumnya digunakan sebagai reduktor dalam sintesis organik.

Beberapa pereaksi organolitium diketahui memiliki ikatan langsung antara atom karbon dan atom litium, yang secara efektif membentuk karbanion. Ini adalah basa dan nukleofil yang sangat kuat. Dalam banyak senyawa organolitium ini, ion litium cenderung digabungkan ke dalam gugus simetri yang lebih tinggi, hal yang relatif umum untuk kation alkali.[24] LiHe, senyawa van der Waals dengan interaksi yang sangat lemah, telah terdeteksi pada suhu yang sangat rendah.[25]

Litium alami terdiri dari dua isotop stabil, 6Li dan 7Li. Isotop 7Li lebih melimpah (kelimpahan alami 92,5%).[7][17][26] Kedua isotop alami tersebut memiliki anomali energi ikatan nuklir per nukleon yang rendah (dibandingkan dengan unsur tetangganya pada tabel periodik, helium dan berilium); litium adalah satu-satunya unsur bernomor atom kecil yang bisa menghasilkan energi bersih melalui fisi nuklir. Dua inti litium memiliki energi ikatan yang lebih rendah per nukleon daripada nukleon stabil lainnya kecuali deuterium dan helium-3.[27] Alhasil, meski berat atomnya sangat ringan, litium kurang umum di Tata Surya dibandingkan 25 dari 32 unsur kimia pertama.[3] Tujuh radioisotop telah dikarakterisasi, yang paling stabil adalah 8Li dengan waktu paruh 838 ms dan 9Li dengan waktu paruh 178 ms. Semua isotop radioaktif yang tersisa memiliki waktu paruh yang lebih pendek daripada 8,6 ms. Isotop litium dengan umur terpendek adalah 4Li, yang meluruh melalui emisi proton dan memiliki waktu paruh 7,6 × 10−23 s.[28]

7Li adalah salah satu unsur primordial (atau lebih tepatnya nuklida primordial) yang dihasilkan dalam nukleosintesis Big Bang. Sejumlah kecil 6Li dan 7Li dihasilkan di bintang-bintang, namun diperkirakan "dibakar" secepat dihasilkannya.[29] Sejumlah kecil ekstra 6Li dan 7Li dapat dihasilkan dari angin surya, sinar kosmik yang menghantam atom yang lebih berat, dan dari peluruhan radioaktif 7Be dan 10Be pada tata surya awal.[30] Sementara litium dibuat di bintang-bintang selama nukleosintesis stelar, ia kemudian dibakar. 7Li juga bisa dihasilkan dalam bintang karbon.[31]

Isotop litium terfraksionasi secara substansial selama berbagai proses alami,[32] termasuk pembentukan mineral (presipitasi kimia), metabolisme, dan pertukaran ion. Ion litium menggantikan magnesium dan besi pada situs oktahedral dalam mineral tanah liat, di mana 6Li lebih disukai daripada 7Li, menghasilkan pengayaan isotop ringan dalam proses hiperfiltrasi dan alterasi batuan. 11Li nan eksotis diketahui memancarkan halo nuklir. Proses yang dikenal dengan pemisahan isotop laser dapat digunakan untuk memisahkan isotop litium, khususnya 7Li dari 6Li.[33]

Pembuatan senjata nuklir dan aplikasi fisika nuklir lainnya merupakan sumber utama fraksinasi litium artifisial. Dengan ditahannya stok isotop ringan 6Li oleh industri dan militer sedemikian rupa sehingga menyebabkan perubahan rasio 6Li terhadap 7Li pada sumber alami, misalnya sungai. Hal ini menyebabkan ketidakpastian yang tidak lazim pada berat atom litium terstandardisasi, karena jumlah ini bergantung pada rasio kelimpahan alami isotop litium stabil yang terjadi secara alami, karena tersedia dalam sumber mineral litium komersial.[34]

Kedua isotop stabil litium dapat didinginkan dengan laser dan digunakan untuk menghasilkan campuran Bose-Fermi kuantum pertama degeneratif.[35]

Keterjadian

[sunting | sunting sumber]
Litium sama lumrahnya seperti klorin dalam kerak bumi kontinental bagian atas, berdasarkan jumlah atomnya.

Astronomi

[sunting | sunting sumber]

Menurut teori kosmologi modern, litium—untuk dua isotop stabil (litium-6 dan litium-7)—adalah salah satu dari 3 unsur yang disintesis dalam Dentuman Besar.[36] Meskipun jumlah yang dihasilkan dari nukleosintesis Big Bang bergantung pada jumlah foton per barion, untuk memenuhi nilai kelimpahan litium yang layak dikalkulasi, dan terdapat "kesenjangan litium kosmologis" di Alam Semesta: bintang yang lebih tua tampaknya memiliki litium kurang dari yang seharusnya, dan beberapa bintang yang lebih muda memiliki lebih banyak.[37] Kurangnya litium pada bintang yang lebih tua rupanya disebabkan oleh "pencampuran" litium ke dalam interior bintang, di mana ia dihancurkan,[38] sementara litium diproduksi di bintang yang lebih muda. Meskipun ia bertransmutasi menjadi dua atom helium karena bertumbukan dengan proton pada suhu di atas 2,4 juta derajat Celcius (kebanyakan bintang dengan mudah mencapai suhu ini di interior mereka), litium lebih banyak daripada perhitungan saat ini yang diperkirakan akan terjadi pada bintang generasi selanjutnya.[17]

Nova Centauri 2013 adalah yang pertama memberi bukti ditemukannya litium.[39]

Meskipun merupakan salah satu dari tiga unsur pertama yang disintesis dalam Big Bang, litium, bersama dengan berilium dan boron secara nyata kurang melimpah daripada unsur lainnya. Ini adalah hasil dari suhu rendah yang diperlukan untuk menghancurkan litium, dan kurangnya proses umum untuk memproduksinya.[40]

Litium juga ditemukan pada objek substelar katai coklat dan bintang jingga anomali tertentu. Karena litium hadir dalam katai coklat yang lebih dingin dan kurang masif, namun hancur dalam bintang katai merah yang lebih panas, kehadirannya di spektrum bintang dapat digunakan dalam "uji litium" untuk membedakan keduanya, karena keduanya lebih kecil daripada Matahari.[17][41][42] Bintang jingga tertentu juga bisa mengandung konsentrasi litium yang tinggi. Bintang jingga yang ditemukan memiliki konsentrasi litium yang lebih tinggi dari biasanya (seperti Centaurus X-4) mengorbit objek masif—bintang neutron atau lubang hitam—yang gravitasinya jelas menarik litium yang lebih berat ke permukaan bintang hidrogen-helium, menyebabkan lebih banyak litium yang teramati.[17]

Terestrial

[sunting | sunting sumber]
Produksi tambang (2016), cadangan dan sumber daya litium dalam ton[43]
Negara Produksi Cadangan[catatan 1] Sumber daya
 Argentina 5.700 2.000.000 9.000.000
 Australia 14.300 1.600.000 2.000.000+
 Austria - - 100.000+
 Bolivia - - 9.000.000
 Brasil 200 48.000 200.000
 Kanada (2010) 480 180.000 2.000.000
 Chili 12.000 7.500.000 7.500.000+
 Republik Demokratik Kongo - - 1.000.000
 Meksiko - - 200.000
 Republik Rakyat Tiongkok 2.000 3.200.000 7.000.000
 Portugal 200 60.000 N/A
 Rusia - - 1.000.000
 Serbia - - 1.000.000
 Amerika Serikat W[catatan 2] 38.000 6.900.000
 Zimbabwe 900 23.000 100.000+
Total dunia 32.500 14.000.000 N/A

Meskipun litium banyak tersebar di Bumi, ia tidak secara alami terdapat dalam bentuk unsur bebasnya karena reaktivitasnya yang tinggi.[7] Total kandungan litium dalam air laut sangat besar, dengan estimasi sekitar 230 miliar ton, karena konsentrasinya dalam air laut relatif konstant dalam kisaran 0,14 sampai 0,25 bagian per juta (ppm),[44][45] atau 25 mikromolar;[46] konsentrasi yang lebih tinggi mendekati 7 ppm dijumpai di dekat ventilasi hidrotermal.[45]

Estimasi kandungan litium dalam kerak bumi berada dalam kisaran 20 sampai 70 ppm berat.[18] Sesuai dengan namanya, litium membentuk bagian kecil batuan beku, dengan konsentrasi terbesar berada pada granit. Pegmatit granitik juga memberikan kelimpahan terbesar mineral litium, dengan spodumena dan petalit merupakan sumber yang paling memiliki nilai komersial.[18] Mineral litium yang juga signifikan adalah lepidolit.[47] Sumber litium yang lebih baru adalah lempung hektorit, satu-satunya pengembangan aktif yang dilakukan oleh Western Lithium Corporation di Amerika Serikat.[48] Dengan kandungan 20 mg litium per kg kerak bumi,[49] litium menjadi unsur paling melimpah di urutan 25.

Menurut Handbook of Lithium and Natural Calcium, "Litium adalah unsur yang relatif jarang, meskipun ditemukan dalam banyak batuan dan beberapa sumber air asin, tetapi selalu dalam konsentrasi yang sangat rendah. Ada sejumlah besar deposit mineral dan air garam litium namun hanya memiliki sedikit nilai komersial baik aktual maupun potensial. Kebanyakan nilainya sangat kecil, yang lain terlalu rendah."[50]

US Geological Survey memperkirakan bahwa pada tahun 2010, Chili sejauh ini memiliki cadangan terbesar (7,5 juta ton)[51] dan produksi tahunan tertinggi (8.800 ton). Salah satu basis cadangan[catatan 1] terbesar litium berada di area Salar de Uyuni, Bolivia, yaitu 5,4 juta ton. Pemasok utama lainnya termasuk Australia, Argentina, dan Tiongkok.[43][52] Pada tahun 2015 Czech Geological Survey menganggap Pegunungan Ore di Republik Ceko sebagai propinsi litium. Terdaftar lima lokasi deposit, salah satunya di dekat Cínovec [cs] dianggap sebagai deposit yang memiliki potensial ekonomi dengan cadangan litium sebesar 160.000 ton.[53]

Pada bulan Juni 2010, The New York Times melaporkan bahwa ahli geologi Amerika sedang melakukan survei darat di danau garam kering di barat Afghanistan yang diyakini terdapat deposit litium yang besar di sana. "Pejabat Pentagon mengatakan bahwa analisis awal mereka di satu lokasi di Propinsi Ghazni menunjukkan potensi deposit litium sebesar Bolivia, yang sekarang memiliki cadangan litium terbesar di dunia."[54] Perkiraan ini "pada prinsipnya didasarkan pada data lama, yang utamanya dikumpulkan oleh Uni Soviet selama pendudukan mereka di Afghanistan antara tahun 1979–1989". Stephen Peters, kepala Proyek Mineral Afghanistan USGS, mengatakan bahwa dia tidak mengetahui keterlibatan USGS dalam survei baru untuk mineral di Afghanistan dalam dua tahun terakhir. "Kami tidak mengetahui adanya penemuan litium," tandasnya.[55]

Litia ("air garam litium") dikaitkan dengan area penambangan timah di Cornwall, Inggris dan sedang dipertimbangkan sebuah proyek evaluasi dari lubang bor uji sejauh 400 meter. Jika berhasil, air asin panas juga akan menyediakan energi panas bumi untuk memberi daya pada proses ekstraksi dan pemurnian litium.[56]

Litium dijumpai dalam jumlah renik dalam sejumlah tumbuhan, plankton, dan invertibrata, pada kisaran konsentrasi antara 69 hingga 5.760 bagian per miliar (ppb). Pada vertebrata, konsentrasinya sedikit lebih rendah, dan hampir seluruh jaringan dan cairan tubuh vertebrata mengandung litium pada kisaran mulai 21 hingga 763 ppb.[45] Organisme laut cenderung membioakumulasi litium lebih banyak daripada organisme terestrial.[57] Meskipun peran fisiologis litium dalam semua organisme ini tidak diketahui.[45]

Johan August Arfwedson diberi penghargaan sebagai penemu litium pada tahun 1817.

Petalit (LiAlSi) ditemukan pada tahun 1800 oleh kimiawan sekaligus negarawan Brasil José Bonifácio de Andrada e Silva dalam sebuah tambang di pulau Utö, Swedia.[58][59][60][61] Namun, baru pada tahun 1817 Johan August Arfwedson, yang bekerja di laboratorium kimiawan Jöns Jakob Berzelius, mendeteksi keberadaan unsur baru ketika menganalisis bijih petalit.[62][63][64][65] Unsur ini membentuk senyawa yang mirip dengan natrium dan kalium, meskipun karbonat dan hidroksidanya kurang larut dalam air dan lebih alkalis.[66] Berzelius memberi nama bahan alkalis tersebut dengan "lithion/lithina", dari bahasa Yunani: λιθoς (ditransliterasikan sebagai lithos, yang berarti "batu"), untuk mencerminkan penemuannya dalam mineral padat, tidak seperti kalium yang ditemukan dalam abu tumbuhan, dan natrium yang diketahui memiliki kelimpahan tinggi dalam darah hewan. Ia menamakan logam di dalam bahan tersebut sebagai "litium".[7][60][65]

Arfwedson kemudian menunjukkan bahwa unsur yang sama terdapat pula dalam mineral spodumena [en] dan lepidolit.[60][67] Pada tahun 1818, Christian Gmelin adalah yang pertama kali mengamati bahwa garam litium memberikan warna merah terang kepada nyala api.[60][68] Namun, baik Arfwedson dan Gmelin gagal dalam percobaan isolasi unsur murni dari garamnya.[60][65][69] Litium baru diisolasi pada tahun 1821, ketika William Thomas Brande memperolehnya dengan mengelektrolisis litium oksida, suatu proses yang sebelumnya telah digunakan oleh kimiawan Sir Humphry Davy untuk mengisolasi logam alkali kalium dan natrium.[17][69][70][71][72] Brande juga menjelaskan beberapa garam murni litium, seperti klorida, dan, memperkirakan bahwa lithia (litium oksida) mengandung logam sekitar 55%, memperkirakan berat atom litium pada kisaran 9,8 g/mol (nilai modern ~6,94 g/mol).[73] Pada tahun 1855, jumlah litium yang lebih bamyak dihasilkan melalui elektrolisis litium klorida oleh Robert Bunsen dan Augustus Matthiessen.[60][74] Penemuan prosedur ini menyebabkan produksi litium komersial pada tahun 1923 oleh perusahaan Jerman Metallgesellschaft AG, yang melakukan elektrolisis campuran cair litium klorida dan kalium klorida.[60][75][76]

Produksi dan penggunaan litium mengalami beberapa perubahan drastis dalam sejarah. Aplikasi utama litium yang pertama adalah pada gemuk litium suhu tinggi untuk mesin pesawat terbang dan aplikasi serupa pada Perang Dunia II tak lama kemudian. Penggunaan ini didukung oleh fakta bahwa sabun berbasis litium memiliki titik lebur yang lebih tinggi daripada sabun alkali lainnya, dan kurang korosif daripada sabun berbasis kalsium. Pasar kecil untuk sabun litium dan gemuk pelumas didukung oleh beberapa operasi penambangan kecil yang sebagian besar berada di Amerika Serikat.

Permintaan litium meningkat secara dramatis selama Perang Dingin dengan diproduksinya senjata fusi nuklir. Baik litium-6 dan litium-7 menghasilkan tritium ketika diiradiasi menggunakan neutron, dan dengan demikian berguna untuk produksi tritium dengan sendirinya, serta bentuk bahan bakar fusi padat yang digunakan dalam bom hidrogen dalam bentuk litium deuterida. Amerika Serikat menjadi produsen utama litium pada periode antara akhir 1950-an dan pertengahan 1980-an. Pada akhirnya, stok litium kira-kira 42.000 ton dalam bentuk litium hidroksida. Litium yang ditumpuk habis dalam litium-6 sebesar 75%, yang cukup untuk mempengaruhi berat atom terukur litium dalam banyak bahan kimia standar, dan bahkan berat atom litium dalam beberapa "sumber alami" ion litium yang telah "terkontaminasi" oleh garam litium yang dibuang dari fasilitas pemisahan isotop, yang telah merembes ke air tanah.[34][77]

Litium digunakan untuk menurunkan titik leleh kaca dan untuk memperbaiki perilaku pelelehan aluminium oksida saat menggunakan proses Hall-Héroult.[78][79] Kedua penggunaan ini mendominasi pasar hingga pertengahan tahun 1990an. Setelah berakhirnya perlombaan senjata nuklir, permintaan litium menurun dan penjualan stok Departemen Energi di pasar terbuka semakin menggerus harga.[77] Namun pada pertengahan 1990-an, beberapa perusahaan mulai mengekstraksi litium dari air asin yang terbukti menjadi metode yang lebih murah daripada pertambangan bawah tanah atau bahkan pertambangan terbuka. Sebagian besar tambang ditutup atau mengalihkan fokus mereka ke bahan lain karena hanya bijih dari zona pegmatit yang dapat ditambang dengan harga yang kompetitif. Misalnya, tambang AS di dekat Kings Mountain, North Carolina ditutup sebelum memasuki abad ke-21.

Perkembangan baterai ion litium meningkatkan permintaan litium dan menjadi penggunaan dominan pada tahun 2007.[80] Seiring dengan lonjakan permintaan litium untuk baterai pada tahun 2000an, perusahaan baru telah memperluas usaha ekstraksi air asin untuk memenuhi peningkatan permintaan.[81][82]

alt1
alt2
Citra satelit Salar del Hombre Muerto, Argentina (kiri), dan Uyuni, Bolivia (kanan), dataran garam yang kaya akan litium. Air asin kaya litium dipekatkan dengan memompanya ke tambak garam (tampak pada gambar kiri).
Tren produksi litium dunia

Produksi litium telah meningkat pesat sejak akhir Perang Dunia II. Logamnya dipisahkan dari unsur lain di mineral beku. Logam litium dihasilkan melalui elektrolisis dari campuran leburan 55% litium klorida dan 45% kalium klorida pada suhu sekitar 450 °C.[83]

Per 2015, sebagian besar produksi litium dunia berada di Amerika Selatan, di mana air garam yang mengandung litium diekstraksi dari kolam bawah tanah dan dipekatkan dengan penjemuran di bawah panas matahari. Teknik ekstraksi standar adalah menguapkan air dari air garam. Setiap tumpak (batch) membutuhkan waktu 18 sampai 24 bulan.[84]

Pada tahun 1998, harga litium sekitar 95 USD/kg (atau 43 USD/lb).[85]

Cadangan yang teridentifikasi di seluruh dunia pada tahun 2008 menurut perkiraan US Geological Survey (USGS) adalah 13 juta ton,[43] meskipun perkiraan akurat cadangan litium dunia sulit dilakukan.[86][87]

Deposit ditemukan di Amerika Selatan sepanjang rantai pegunungan Andes. Chili adalah produsen terbesar, diikuti oleh Argentina. Kedua negara memperoleh litium dari kolam air asin. Menurut USGS, Gurun Uyuni di Bolivia memiliki cadangan litium sebesar 5,4 juta ton.[88][89]

Di Amerika Serikat, litium diperoleh dari kolam air asin di Nevada.[15] Namun, setengah dari cadangan dunia yang diketahui berada di Bolivia sepanjang lereng tangah-timur pegunungan Andes. Pada tahun 2009, Bolivia melakukan negosiasi dengan perusahaan Jepang, Prancis, dan Korea untuk memulai ekstraksi.[88] Suatu deposit yang ditemukan pada tahun 2013 di Rock Springs Uplift, Wyoming diperkirakan mengandung 228.000 ton litium. Deposit tambahan dalam formasi yang sama diperkirakan mencapai 18 juta ton.[90]

Beredar opini terkait pertumbuhan potensial. Suatu studi tahun 2008 menyimpulkan bahwa "produksi litium karbonat yang dapat dicapai secara realistis hanya mencukupi untuk sebagian kecil kebutuhan pasar global kendaraan hibrida dan kendaraan listrik. Kebutuhan tersebut berasal dari sektor elektronik portabel yang akan menyerap banyak dari peningkatan rencana produksi pada dasawarsa mendatang. Produksi massal litium karbonat sangat tidak ramah lingkungan, dan akan mengakibatkan kerusakan ekologi permanen yang membahayakan ekosistem sehingga harus dilindungi. Juga, propulsi LiIon tidak kompatibel dengan gagasan 'Green Car'".[52]

Namun, menurut sebuah penelitian tahun 2011 yang dilakukan di Lawrence Berkeley National Laboratory dan University of California, Berkeley, estimasi basis cadangan litium saat ini tidak menjadi faktor pembatas untuk produksi baterai kendaraan listrik berskala besar karena sekitar 1 miliar baterai berbasis Li berdaya 40 kWh dapat dibuat dengan cadangan saat ini[91] - sekitar 10 kg litium per mobil.[92] Studi lain tahun 2011 oleh para periset dari Universitas Michigan dan Ford Motor Company menemukan sumber daya yang cukup untuk mendukung permintaan global hingga tahun 2100, termasuk litium yang diperlukan untuk potensi penggunaan transportasi yang tersebar luas. Studi tersebut memperkirakan cadangan global mencapai 39 juta ton, dan total permintaan litium selama periode analisis 90 tahun berada pada level 12-20 juta ton, tergantung pada skenario mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat daur ulang.[93]

Pada tanggal 9 Juni 2014, Financialist menyatakan bahwa permintaan litium tumbuh lebih dari 12 persen per tahun; menurut Credit Suisse, angka ini melebihi ketersediaan yang diproyeksikan sebesar 25 persen. Publikasi ini membandingkan situasi litium 2014 dengan minyak, di mana "harga minyak yang lebih tinggi mendorong investasi teknik produksi minyak laut dalam dan minyak daratan yang mahal"; artinya, harga litium akan terus naik hingga metode produksi yang lebih mahal, yang bisa mendongkrak total output, mendapat perhatian investor.[94]

Setelah krisis finansial 2007, pemasok besar seperti Sociedad Química y Minera (SQM) menurunkan harga litium karbonat sebesar 20%.[95] Harga kembali naik pada tahun 2012. Artikel Business Week tahun 2012 menggambarkan oligopoli dalam perdagangan litium: "SQM, yang dikendalikan oleh milyarder Julio Ponce, adalah terbesar kedua, diikuti oleh Rockwood, yang didukung oleh KKR & Co. milik Henry Kravis, dan FMC yang berbasis di Philadelphia". Konsumsi global mungkin akan meningkat drastis menjadi 300.000 metrik ton per tahun pada tahun 2020 dari sekitar 150.000 ton pada tahun 2012, untuk menyesuaikan permintaan baterai litium yang telah berkembang sekitar 25 persen per tahun, melampaui kenaikan keseluruhan produksi litium 4 sampai 5 persen.[96]

Ekstraksi

[sunting | sunting sumber]

Garam litium diekstraksi dari air di mata air mineral, kolam air asin, dan deposit air garam.

Litium hadir dalam air laut, namun metode ekstraksi yang layak secara komersial belum dikembangkan.[84]

Sumber litium potensial lainnya adalah lindi dari sumur geotermal, yang dibawa ke permukaan.[97] Perolehan litium telah ditunjukkan di lapangan; litium dipisahkan dengan filtrasi sederhana.[98] Biaya proses dan lingkungan terutama berasal dari sumur yang sudah beroperasi; dampak lingkungannya bisa jadi positif.[99]

Estimasi penggunaan litium global tahun 2016[100]
  Baterai (39%)
  Keramik dan kaca (30%)
  Gemuk pelumas (8%)
  Pengecoran kontinu (5%)
  Produksi polimer (5%)
  Pengolahan udara (3%)
  Lain-lain (10%)

Keramik dan kaca

[sunting | sunting sumber]

Litium oksida banyak digunakan sebagai fluks untuk pengolahan silika, menurunkan titik lebur dan viskositas material dan menyebabkan glasir dengan peningkatan sifat fisika termasuk koefisien ekspansi termal yang rendah. Ini adalah salah satu penggunaan terbesar senyawa litium di seluruh dunia.[100][101] Glasir yang mengandung litium oksida digunakan untuk peralatan oven. Litium karbonat (Li) umumnya digunakan dalam aplikasi ini karena akan berubah menjadi oksida pada pemanasan.[102]

Listrik dan elektronik

[sunting | sunting sumber]

Pada akhir abad ke-20, litium menjadi komponen penting pada elektrolit dan elektrode litium, karena potensial elektrodenya yang tinggi. Ia memiliki rasio muatan terhadap berat dan daya terhadap berat yang tinggi, karena massa atomnya yang rendah. Baterai ion litium dapat menghasilkan daya sekitar 3 volt per sel, dibandingkan dengan 2,1 volt yang dihasilkan oleh baterai asam timbal atau 1,5 volt dari baterai seng-karbon [en]. Baterai ion litium, yang dapat diisi ulang dan memiliki densitas energi yang tinggi, jangan dikacaukan dengan baterai litium, yang merupakan baterai sekali pakai (sel primer) dengan litium atau senyawanya sebagai anode.[103][104] Baterai isi ulang lainnya yang menggunakan litium antara lain baterai polimer ion litium, baterai litium besi fosfat, dan baterai kawat nano.

Sabun litium atau gemuk litium

[sunting | sunting sumber]

Penggunaan umum ketiga adalah gemuk (grease). Litium hidroksida adalah basa kuat dan, ketika dipanaskan dengan lemak, menghasilkan sabun yang terbuat dari litium stearat. Sabun litium memiliki kemampuan mengentalkan minyak, dan digunakan untuk membuat gemuk pelumas multiguna suhu tinggi.[15][105][106]

Metalurgi

[sunting | sunting sumber]

Litium (misalnya sebagai litium karbonat) digunakan sebagai aditif pengecoran kontinu untuk meningkatkan fluiditas,[107][108] penggunaan yang menyumbang 5% penggunaan litium global (2016).[43] Senyawa litium juga digunakan sebagai aditif (fluks) untuk pasir cor [en] untuk pengecoran besi demi mengurangi penguraian.[109]

Litium (sebagai litium fluorida) digunakan sebagai aditif untuk peleburan aluminium (proses Hall–Héroult), mengurangi titik lebur dan meningkatkan tahanan listrik,[110] penggunaan yang menyumbang 1% dari produksi dunia (2014).[43]

Bila digunakan sebagai fluks untuk pengelasan atau solder, litium logam mempromosikan peleburan logam selama proses berlangsung[111] dan menghilangkan pembentukan oksida dengan menyerap ketakmurnian.[butuh rujukan] Lakur logam dengan aluminium, kadmium, tembaga dan mangan digunakan untuk membuat bagian pesawat berkinerja tinggi (lihat juga Paduan litium-aluminum).[112]

Pengelasan nano silikon

[sunting | sunting sumber]

Litium telah ditemukan efektif dalam membantu kesempurnaan lasan silikon nano dalam komponen elektronik untuk baterai listrik dan perangkat lainnya.[113]

Penggunaan kimia dan industri lainnya

[sunting | sunting sumber]
Penggunaan litium dalam suar dan piroteknik disebabkan oleh nyala merah mawarnya.[114]

Piroteknik

[sunting | sunting sumber]

Senyawa litium digunakan sebagai pewarna piroteknik dan oksidator dalam kembang api dan suar berwarna merah.[15][115]

Pemurnian udara

[sunting | sunting sumber]

Litium klorida dan litium bromida bersifat higroskopis dan digunakan sebagai desikan untuk aliran gas.[15] Litium hidroksida dan litium peroksida adalah garam yang paling banyak digunakan di daerah terbatas, seperti di dalam pesawat antariksa dan kapal selam, untuk menghilangkan karbon dioksida dan memurnikan udara. Litium hidroksida menyerap karbon dioksida dari udara dengan membentuk litium karbonat, dan lebih disukai daripada hidroksida alkali lainnya karena bobotnya yang ringan.

Litium peroksida (Li) dengan adanya kelembaban tidak hanya bereaksi dengan karbon dioksida untuk membentuk litium karbonat, tetapi juga melepaskan oksigen.[116][117] Reaksinya adalah sebagai berikut:

Beberapa senyawa yang disebutkan di atas, begitu juga litium perklorat, digunakan dalam lilin oksigen yang memasok kapal selam dengan oksigen. Ini bisa juga termasuk sejumlah kecil boron, magnesium, aluminium, silikon, titanium, mangan, dan besi.[118]

Litium fluorida, yang dikristalkan secara artifisial, bersifat jernih dan transparan sehingga sering digunakan untuk optik khusus pada aplikasi IR, UV dan VUV (UV vakum). Ia merupakan salah satu bahan yang memiliki indeks bias terendah dan jangkauan transmisi UV terjauh.[119] Bubuk halus litium fluorida telah digunakan untuk dosimetri termoluminesen (Thermoluminescent Dosimeter, TLD): ketika sampel terpapar radiasi, ia mengakumulasi defek kristal yang, ketika dipanaskan, memancarkan cahaya kebiru-biruan yang intensitasnya sebanding dengan dosis terabsorbsi, sehingga memungkinkan untuk diukur.[120] Litium fluorida kadang-kadang digunakan pada lensa fokal teleskop.[15][121]

Litium niobat dengan ketaklinieran tinggi juga membuatnya berguna dalam aplikasi optik taklinier. Ini digunakan secara luas dalam produk telekomunikasi seperti telepon genggam dan modulator optik, untuk komponen seperti resonansi kristal. Aplikasi litium digunakan di lebih dari 60% produk ponsel.[122]

Kimia organik dan polimer

[sunting | sunting sumber]

Senyawa organolitium banyak digunakan dalam produksi polimer dan bahan kimia berderajat kemurnian tinggi. Dalam industri polimer, yang merupakan konsumen dominan pereaksi ini, senyawa alkil litium adalah katalis/inisiator[123] dalam polimerisasi anionik olefin nonfungsional.[124][125][126] Untuk produksi bahan kimia murni, senyawa organolitium berfungsi sebagai basa kuat dan sebagai pereaksi untuk pembentukan ikatan karbon-karbon. Senyawa organolitium dibuat dari logam litium dan alkil halida.[127]

Banyak senyawa litium lainnya digunakan sebagai pereaksi untuk membuat senyawa organik. Beberapa senyawa populer termasuk litium aluminium hidrida (LiAlH4), litium trietilborohidrida, n-butillitium dan tert-butillitium biasa digunakan sebagai basa yang sangat kuat yang disebut superbasa.

Aplikasi militer

[sunting | sunting sumber]

Litium metalik dan kompleks hidridanya, seperti Li[AlH4], digunakan sebagai aditif berenergi tinggi pada propelan roket.[17] Litium aluminium hidrida juga bisa digunakan secara mandiri sebagai bahan bakar padat.[128]

Peluncuran torpedo berbahan bakar litium

Sistem propulsi energi kimia tersimpan (stored chemical energy propulsion system, SCEPS) pada torpedo Mark 50 menggunakan tangki kecil gas belerang heksafluorida, yang disemprotkan di atas satu blok litium padat. Reaksinya menghasilkan panas, menciptakan kukus [en] untuk mendorong torpedo dalam siklus Rankine yang tertutup.[129]

Litium hidrida yang mengandung litium-6 digunakan pada senjata termonuklir, sebagai pembungkus bom.[130]

Litium-6 dinilai sebagai sumber untuk produksi tritium dan sebagai penyerap neutron [en] pada fusi nuklir. Litium alami mengandung sekitar 7,5% litium-6, yang darinya telah diproduksi sejumlah besar litium-6 melalui pemisahan isotop untuk digunakan dalam senjata nuklir.[131] Litium-7 menarik perhatian untuk digunakan dalam pendingin reaktor nuklir.[132]

Litium deuterida digunakan sebagai bahan bakar dalam peralatan nuklir Castle Bravo.

Litium deuterida merupakan pilihan bahan bakar nuklir untuk versi awal bom hidrogen. Ketika dibombardir oleh neutron, baik 6Li dan 7Li menghasilkan tritium — reaksi ini, yang belum sepenuhnya dipahami ketika bom hidrogen pertama kali diuji, bertanggung jawab terhadap rendemen berjalan uji nuklir Castle Bravo. Tritium berfusi dengan deuterium dalam reaksi fusi yang relatif mudah dicapai. Meskipun detailnya tetap menjadi rahasia, litium-6 deuterida tampaknya masih memainkan peran penting dalam senjata nuklir modern sebagai material fusi.[133]

Litium fluorida, ketika diperkaya ke dalam isotop litium-7, membentuk konstituen dasar campuran garam fluorida LiF-BeF2 yang digunakan dalam reaktor nuklir fluorida cair. Litium fluorida secara kimia relatif stabil dan campuran LiF-BeF2 memiliki titik leleh rendah. Selain itu, 7Li, Be, dan F adalah bagian dari sedikit nuklida dengan irisan melintang tangkapan neutron termal yang tidak mencemari reaksi fisi di dalam reaktor fisi nuklir.[catatan 3][134]

Dalam konsep (hipotesis) pembangkit listrik tenaga fusi nuklir, litium akan digunakan untuk menghasilkan tritium dalam reaktor pengungkungan magnetik menggunakan deuterium dan tritium sebagai bahan bakar. Tritium alami sangat langka, dan harus disintesis dengan mengelilingi plasma yang bereaksi dengan suatu 'selimut' yang mengandung litium di mana neutron dari reaksi deuterium-tritium dalam plasma akan memfisi litium untuk menghasilkan tritium lebih banyak:

Litium juga digunakan sebagai sumber partikel alfa, atau inti helium. Ketika 7Li dibombardir oleh proton yang dipercepat, terbentuklah 8Be, yang mengalami fisi membentuk dua partikel alfa. Prestasi ini, disebut "pemecahan atom" pada saat itu, adalah reaksi nuklir pertama buatan manusia. Ia ditemukan oleh Cockroft dan Walton pada tahun 1932.[135][136]

Pada tahun 2013, Government Accountability Office [en] Amerika Serikat menyatakan kelangkaan litium-7 sudah kritis untuk pengoperasian 65 dari 100 reaktor nuklir Amerika yang “berdampak pada kemampuan mereka melanjutkan menyediakan listrik menjadi berisiko”. Masalahnya berawal dari penurunan infrastruktur nuklir AS. Peralatan yang dibutuhkan untuk memisahkan litium-6 dari litium-7 kebanyakan merupakan sisa masa perang dingin. AS menutup sebagian besar mesin ini pada tahun 1963, ketika mengalami surplus litium yang sangat besar, kebanyakan dikonsumsi selama abad ke-20. Laporan tersebut mengatakan akan memakan waktu lima tahun dan $10 juta sampai $12 juta untuk membangun kembali kemampuan pemisahan litium-6 dari litium-7.[137]

Reaktor yang menggunakan air panas litium-7 di bawah tekanan tinggi dan transfer panas melalui penukar panas adalah yang rentan terhadap korosi. Reaktor menggunakan litium untuk melawan efek korosif asam borat, yang ditambahkan ke dalam air untuk menyerap kelebihan neutron.[137]

Kedokteran

[sunting | sunting sumber]

Litium berguna dalam pengobatan gangguan bipolar.[138] Garam litium juga dapat membantu diagnosis terkait, seperti gangguan schizoafektif dan depresi berat siklik. Bagian aktif dari garam ini adalah ion litium Li+.[138] Mereka mungkin meningkatkan risiko pengembangan anomali kardiak Ebstein pada bayi yang lahir dari wanita yang mengonsumsi litium selama trimester pertama kehamilan.[139]

Litium juga telah diteliti sebagai kemungkinan pengobatan untuk sakit kepala gugus [en].[140]

Pencegahan

[sunting | sunting sumber]
3
2
2
 

Litium bersifat korosif dan memerlukan penanganan khusus agar tidak terkena kulit. Menghirup debu litium atau senyawa litium (yang sering kali alkalis) pada awalnya mengiritasi hidung dan tenggorokan, sementara paparan yang lebih tinggi dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru, menyebabkan edema paru. Logamnya sendiri memiliki bahaya penanganan karena kontak dengan uap air menghasilkan litium hidroksida yang kaustik. Litium disimpan dengan aman dalam senyawa tak reaktif seperti nafta.[141]

Beberapa yurisdiksi membatasi penjualan baterai litium, yang merupakan sumber litium yang paling mudah tersedia untuk konsumen umum. Litium dapat digunakan untuk mereduksi pseudoefedrin dan efedrin menjadi metamfetamin dalam metode reduksi Birch, yang menggunakan larutan logam alkali yang dilarutkan dalam amonia anhidrat.[142][143]

Pengangkutan dan pengiriman beberapa jenis baterai litium mungkin dilarang menggunakan beberapa moda transportasi (terutama pesawat terbang) karena kemampuan sebagian besar jenis baterai litium untuk melepaskan dayanya dengan sangat cepat saat mengalami hubungan pendek, yang dapat menyebabkan panas berlebihan dan kemungkinan ledakan dalam proses yang disebut pelarian termal [en]. Sebagian besar baterai litium memiliki proteksi kelebihan beban termal untuk mencegah kejadian jenis ini, atau sebaliknya dirancang untuk membatasi arus hubung pendek. Arus pendek internal dari cacat pabrik atau kerusakan fisik dapat menyebabkan pelarian termal secara spontan.[144][145]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Apendixes. Menurut definisi USGS, basis cadangan "dapat mencakup bagian sumber daya yang memiliki potensi ketersediaan yang memadai secara ekonomi dalam cakrawala perencanaan di luar yang dianggap terbukti menurut teknologi dan ekonomi saat ini. Basis cadangan mencakup sumber daya yang saat ini bersifat ekonomi (cadangan), ekonomi marginal (cadangan marjinal), dan sebagian dari mereka yang saat ini bersifat subekonomis (sumber daya subekonomis)."
  2. ^ ditahan untuk menghindari pengungkapan data milik perusahaan
  3. ^ Berilium dan fluorin hanya terdapat sebagai satu isotop, masing-masing 9Be dan 19F. Keduanya, serta 7Li, juga 2H, 11B, 15N, 209Bi, dan isotop stabil C dan O, adalah nuklida-nuklida dengan irisan melintang tangkapan neutron termal rendah dari aktinida yang berfungsi sebagai konstituen utama bahan bakar reaktor pembiak lelehan garam.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Indonesia) "Litium". KBBI Daring. Diakses tanggal 17 Juli 2022. 
  2. ^ Weast, Robert (1984). CRC, Handbook of Chemistry and Physics. Boca Raton, Florida: Chemical Rubber Company Publishing. hlm. E110. ISBN 0-8493-0464-4. 
  3. ^ a b Numerical data from: Lodders, Katharina (July 10, 2003). "Solar System Abundances and Condensation Temperatures of the Elements" (PDF). The Astrophysical Journal. The American Astronomical Society. 591 (2): 1220–1247. Bibcode:2003ApJ...591.1220L. doi:10.1086/375492.  Graphed at File:SolarSystemAbundances.jpg
  4. ^ Nuclear Weapon Design. Federation of American Scientists (1998-10-21). fas.org
  5. ^ Schrauzer, Gerhard N. (2002). "Lithium: occurrence, dietary intakes, nutritional essentiality". Journal of the American College of Nutrition. 21 (1): 14–21. doi:10.1080/07315724.2002.10719188. PMID 11838882. 
  6. ^ Marshall, Timothy M. (2015). "Lithium as a Nutrient" (PDF). Journal of American Physicians and Surgeons. 20 (4): 104–9. 
  7. ^ a b c d e f g Krebs, Robert E. (2006). The History and Use of Our Earth's Chemical Elements: A Reference Guide. Westport, Conn.: Greenwood Press. ISBN 0-313-33438-2. 
  8. ^ Lide, D. R., ed. (2005). CRC Handbook of Chemistry and Physics (edisi ke-86). Boca Raton (FL): CRC Press. ISBN 0-8493-0486-5. 
  9. ^ "Nitrogen, N2, Physical properties, safety, MSDS, enthalpy, material compatibility, gas liquid equilibrium, density, viscosity, inflammability, transport properties". Encyclopedia.airliquide.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-21. Diakses tanggal 29 September 2010. 
  10. ^ "Coefficients of Linear Expansion". Engineering Toolbox. 
  11. ^ Tuoriniemi, Juha; Juntunen-Nurmilaukas, Kirsi; Uusvuori, Johanna; Pentti, Elias; Salmela, Anssi; Sebedash, Alexander (2007). "Superconductivity in lithium below 0.4 millikelvin at ambient pressure". Nature. 447 (7141): 187–9. Bibcode:2007Natur.447..187T. doi:10.1038/nature05820. PMID 17495921. 
  12. ^ Struzhkin, V. V.; Eremets, M. I.; Gan, W; Mao, H. K.; Hemley, R. J. (2002). "Superconductivity in dense lithium". Science. 298 (5596): 1213–5. Bibcode:2002Sci...298.1213S. doi:10.1126/science.1078535. PMID 12386338. 
  13. ^ Overhauser, A. W. (1984). "Crystal Structure of Lithium at 4.2 K". Physical Review Letters. 53: 64–65. Bibcode:1984PhRvL..53...64O. doi:10.1103/PhysRevLett.53.64. 
  14. ^ Schwarz, Ulrich (2004). "Metallic high-pressure modifications of main group elements". Zeitschrift für Kristallographie. 219 (6–2004): 376–390. Bibcode:2004ZK....219..376S. doi:10.1524/zkri.219.6.376.34637. 
  15. ^ a b c d e f g Hammond, C. R. (2000). The Elements, in Handbook of Chemistry and Physics (edisi ke-81st). CRC press. ISBN 0-8493-0481-4. [halaman dibutuhkan]
  16. ^ SPECIFIC HEAT OF SOLIDS. bradley.edu
  17. ^ a b c d e f g Emsley, John (2001). Nature's Building Blocks. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0-19-850341-5. 
  18. ^ a b c d Kamienski, Conrad W.; McDonald, Daniel P.; Stark, Marshall W.; Papcun, John R. (2004). "Lithium and lithium compounds". Kirk-Othmer Encyclopedia of Chemical Technology. John Wiley & Sons, Inc. doi:10.1002/0471238961.1209200811011309.a01.pub2. 
  19. ^ "XXIV.—On chemical analysis by spectrum-observations". Quarterly Journal of the Chemical Society of London. 13 (3): 270. 1861. doi:10.1039/QJ8611300270. 
  20. ^ Krebs, Robert E. (2006). The history and use of our earth's chemical elements: a reference guide. Greenwood Publishing Group. hlm. 47. ISBN 0-313-33438-2. 
  21. ^ Institute, American Geological; Union, American Geophysical; Society, Geochemical (1 January 1994). "Geochemistry international". 31 (1–4): 115. 
  22. ^ Greenwood, Norman N.; Earnshaw, Alan (1984). Chemistry of the Elements. Oxford: Pergamon Press. hlm. 97–99. ISBN 0-08-022057-6. 
  23. ^ Beckford, Floyd. "University of Lyon course online (powerpoint) slideshow". Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 November 2005. Diakses tanggal 27 July 2008. definitions:Slides 8–10 (Chapter 14) 
  24. ^ Sapse, Anne-Marie & von R. Schleyer, Paul (1995). Lithium chemistry: a theoretical and experimental overview. Wiley-IEEE. hlm. 3–40. ISBN 0-471-54930-4. 
  25. ^ Bretislav Friedrich (8 April 2013). "APS Physics". 6: 42. 
  26. ^ "Isotopes of Lithium". Berkeley National Laboratory, The Isotopes Project. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-13. Diakses tanggal 21 April 2008. 
  27. ^ File:Binding energy curve - common isotopes.svg menunjukkan grafik energi ikatan nuklida stabil; sumber data dinyatakan sebagai angka pada latar belakang.
  28. ^ Sonzogni, Alejandro. "Interactive Chart of Nuclides". National Nuclear Data Center: Brookhaven National Laboratory. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-20. Diakses tanggal 6 June 2008. 
  29. ^ Asplund, M.; et al. (2006). "Lithium Isotopic Abundances in Metal-poor Halo Stars". The Astrophysical Journal. 644: 229–259. arXiv:astro-ph/0510636alt=Dapat diakses gratis. Bibcode:2006ApJ...644..229A. doi:10.1086/503538. 
  30. ^ Chaussidon, M.; Robert, F.; McKeegan, K. D. (2006). "Li and B isotopic variations in an Allende CAI: Evidence for the in situ decay of short-lived 10Be and for the possible presence of the short−lived nuclide 7Be in the early solar system" (PDF). Geochimica et Cosmochimica Acta. 70 (1): 224–245. Bibcode:2006GeCoA..70..224C. doi:10.1016/j.gca.2005.08.016. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2010-07-18. Diakses tanggal 2017-08-15. 
  31. ^ Denissenkov, P. A.; Weiss, A. (2000). "Episodic lithium production by extra-mixing in red giants". Astronomy and Astrophysics. 358: L49–L52. arXiv:astro-ph/0005356alt=Dapat diakses gratis. Bibcode:2000A&A...358L..49D. 
  32. ^ Seitz, H. M.; Brey, G. P.; Lahaye, Y.; Durali, S.; Weyer, S. (2004). "Lithium isotopic signatures of peridotite xenoliths and isotopic fractionation at high temperature between olivine and pyroxenes". Chemical Geology. 212 (1–2): 163–177. doi:10.1016/j.chemgeo.2004.08.009. 
  33. ^ Duarte, F. J (2009). Tunable Laser Applications. CRC Press. hlm. 330. ISBN 1-4200-6009-0. 
  34. ^ a b Coplen, T. B.; Bohlke, J. K.; De Bievre, P.; Ding, T.; Holden, N. E.; Hopple, J. A.; Krouse, H. R.; Lamberty, A.; Peiser, H. S.; et al. (2002). "Isotope-abundance variations of selected elements (IUPAC Technical Report)". Pure and Applied Chemistry. 74 (10): 1987. doi:10.1351/pac200274101987. 
  35. ^ Truscott, Andrew G.; Strecker, Kevin E.; McAlexander, William I.; Partridge, Guthrie B.; Hulet, Randall G. (2001-03-30). "Observation of Fermi Pressure in a Gas of Trapped Atoms". Science (dalam bahasa Inggris). 291 (5513): 2570–2572. doi:10.1126/science.1059318. ISSN 0036-8075. PMID 11283362. 
  36. ^ Boesgaard, A. M.; Steigman, G. (1985). "Big bang nucleosynthesis – Theories and observations". Annual Review of Astronomy and Astrophysics. Palo Alto, CA. 23: 319–378. Bibcode:1985ARA&A..23..319B. doi:10.1146/annurev.aa.23.090185.001535. A86-14507 04–90. 
  37. ^ Woo, Marcus (21 Feb 2017). "The Cosmic Explosions That Made the Universe". earth. BBC. Diakses tanggal 21 Feb 2017. A mysterious cosmic factory is producing lithium. Scientists are now getting closer at finding out where it comes from 
  38. ^ Cain, Fraser (16 August 2006). "Why Old Stars Seem to Lack Lithium". 
  39. ^ "First Detection of Lithium from an Exploding Star". Diakses tanggal 29 July 2015. 
  40. ^ "Element Abundances" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 September 2006. Diakses tanggal 17 November 2009. 
  41. ^ Cain, Fraser. "Brown Dwarf". Universe Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 February 2011. Diakses tanggal 17 November 2009. 
  42. ^ Reid, Neill (10 March 2002). "L Dwarf Classification". Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 May 2013. Diakses tanggal 6 March 2013. 
  43. ^ a b c d e Lithium Statistics and Information, U.S. Geological Survey, 2017 
  44. ^ "Lithium Occurrence". Institute of Ocean Energy, Saga University, Japan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 May 2009. Diakses tanggal 13 March 2009. 
  45. ^ a b c d "Some Facts about Lithium". ENC Labs. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-10. Diakses tanggal 15 October 2010. 
  46. ^ "Extraction of metals from sea water". Topics in Current Chemistry. Springer Berlin Heidelberg: 91–133. 1984. doi:10.1007/3-540-13534-0_3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-07. Diakses tanggal 2017-08-15. 
  47. ^ Atkins, Peter (2010). Shriver & Atkins' Inorganic Chemistry (edisi ke-5th). New York: W. H. Freeman and Company. hlm. 296. ISBN 0199236178. 
  48. ^ Moores, S. (June 2007). "Between a rock and a salt lake". Industrial Minerals. 477: 58. 
  49. ^ Taylor, S. R.; McLennan, S. M.; The continental crust: Its composition and evolution, Blackwell Sci. Publ., Oxford, 330 pp. (1985). Cited in Abundances of the elements (data page)
  50. ^ Garrett, Donald (2004) Handbook of Lithium and Natural Calcium, Academic Press, cited in The Trouble with Lithium 2, Meridian International Research (2008)
  51. ^ Clarke, G.M. and Harben, P.W., "Lithium Availability Wall Map". Published June 2009. Referenced at International Lithium Alliance
  52. ^ a b "The Trouble with Lithium 2" (PDF). Meridian International Research. 2008. Diakses tanggal 29 September 2010. 
  53. ^ Czech Geological Survey (October 2015). Mineral Commodity Summaries of the Czech Republic 2015 (PDF). Prague: Czech Geological Survey. hlm. 373. ISBN 978-80-7075-904-2. 
  54. ^ Risen, James (13 June 2010). "U.S. Identifies Vast Riches of Minerals in Afghanistan". The New York Times. Diakses tanggal 13 June 2010. 
  55. ^ Page, Jeremy; Evans, Michael (15 June 2010). "Taleban zones mineral riches may rival Saudi Arabia says Pentagon". The Times. London. 
  56. ^ Morris, Steven (20 January 2017). "Mining firm hopes to extract lithium from Cornwall's hot springs". The Guardian. hlm. 31. 
  57. ^ Chassard-Bouchaud, C.; Galle, P.; Escaig, F.; Miyawaki, M. (1984). "Bioaccumulation of lithium by marine organisms in European, American, and Asian coastal zones: microanalytic study using secondary ion emission". Comptes rendus de l'Academie des sciences. Serie III, Sciences de la vie. 299 (18): 719–24. PMID 6440674. 
  58. ^ D'Andraba (1800). "Des caractères et des propriétés de plusieurs nouveaux minérauxde Suède et de Norwège, avec quelques observations chimiques faites sur ces substances". Journal de chimie et de physique. 51: 239. 
  59. ^ "Petalite Mineral Information". Mindat.org. Diakses tanggal 10 August 2009. 
  60. ^ a b c d e f g "Lithium:Historical information". Diakses tanggal 10 August 2009. 
  61. ^ Weeks, Mary (2003). Discovery of the Elements. Whitefish, Montana, United States: Kessinger Publishing. hlm. 124. ISBN 0-7661-3872-0. Diakses tanggal 10 August 2009. 
  62. ^ Berzelius (1817). "Ein neues mineralisches Alkali und ein neues Metall". Journal für Chemie und Physik. 21: 44–48.  From p. 45: "Herr August Arfwedson, ein junger sehr verdienstvoller Chemiker, der seit einem Jahre in meinem Laboratorie arbeitet, fand bei einer Analyse des Petalits von Uto's Eisengrube, einen alkalischen Bestandtheil, … Wir haben es Lithion genannt, um dadurch auf seine erste Entdeckung im Mineralreich anzuspielen, da die beiden anderen erst in der organischen Natur entdeckt wurden. Sein Radical wird dann Lithium genannt werden." (Mr. August Arfwedson, a young, very meritorious chemist, who has worked in my laboratory for a year, found during an analysis of petalite from Uto's iron mine, an alkaline component … We've named it lithion, in order to allude thereby to its first discovery in the mineral realm, since the two others were first discovered in organic nature. Its radical will then be named "lithium".)
  63. ^ "Johan August Arfwedson". Periodic Table Live!. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 October 2010. Diakses tanggal 10 August 2009. 
  64. ^ "Johan Arfwedson". Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 June 2008. Diakses tanggal 10 August 2009. 
  65. ^ a b c van der Krogt, Peter. "Lithium". Elementymology & Elements Multidict. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-16. Diakses tanggal 5 October 2010. 
  66. ^ Clark, Jim (2005). "Compounds of the Group 1 Elements". Diakses tanggal 10 August 2009. 
  67. ^ Lihat:
  68. ^ Gmelin, C. G. (1818). "Von dem Lithon". Annalen der Physik. 59: 238–241. p. 238 Es löste sich in diesem ein Salz auf, das an der Luft zerfloss, und nach Art der Strontiansalze den Alkohol mit einer purpurrothen Flamme brennen machte. (There dissolved in this [solvent; namely, absolute alcohol] a salt that deliquesced in air, and in the manner of strontium salts, caused the alcohol to burn with a purple-red flame.) 
  69. ^ a b Enghag, Per (2004). Encyclopedia of the Elements: Technical Data – History –Processing – Applications. Wiley. hlm. 287–300. ISBN 978-3-527-30666-4. 
  70. ^ Brande, William Thomas (1821), John Murray, ed., A Manual of Chemistry, 2 (edisi ke-2nd), London, England, hlm. 57–58 
  71. ^ Various authors (1818). "The Quarterly journal of science and the arts" (PDF). The Quarterly Journal of Science and the Arts. Royal Institution of Great Britain. 5: 338. Diakses tanggal 5 October 2010. 
  72. ^ "Timeline science and engineering". DiracDelta Science & Engineering Encyclopedia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-12. Diakses tanggal 18 September 2008. 
  73. ^ Brande, William Thomas; MacNeven, William James (1821). A manual of chemistry. Long. hlm. 191. Diakses tanggal 8 October 2010. 
  74. ^ Bunsen, R. (1855). "Darstellung des Lithiums". Annalen der Chemie und Pharmacie. 94: 107–111. doi:10.1002/jlac.18550940112. 
  75. ^ Green, Thomas (11 June 2006). "Analysis of the Element Lithium". echeat. 
  76. ^ Garrett, Donald E. (5 April 2004). Handbook of Lithium and Natural Calcium Chloride. hlm. 99. ISBN 9780080472904. 
  77. ^ a b Ober, Joyce A. (1994). "Commodity Report 1994: Lithium" (PDF). United States Geological Survey. Diakses tanggal 3 November 2010. 
  78. ^ Deberitz, Jürgen; Boche, Gernot (2003). "Lithium und seine Verbindungen - Industrielle, medizinische und wissenschaftliche Bedeutung". Chemie in unserer Zeit. 37 (4): 258–266. doi:10.1002/ciuz.200300264. 
  79. ^ Bauer, Richard (1985). "Lithium - wie es nicht im Lehrbuch steht". Chemie in unserer Zeit. 19 (5): 167–173. doi:10.1002/ciuz.19850190505. 
  80. ^ Ober, Joyce A. (1994). "Minerals Yearbook 2007 : Lithium" (PDF). United States Geological Survey. Diakses tanggal 3 November 2010. 
  81. ^ Kogel, Jessica Elzea (2006). "Lithium". Industrial minerals & rocks: commodities, markets, and uses. Littleton, Colo.: Society for Mining, Metallurgy, and Exploration. hlm. 599. ISBN 978-0-87335-233-8. 
  82. ^ McKetta, John J. (18 July 2007). Encyclopedia of Chemical Processing and Design: Volume 28 – Lactic Acid to Magnesium Supply-Demand Relationships. M. Dekker. ISBN 978-0-8247-2478-8. Diakses tanggal 29 September 2010. 
  83. ^ Greenwood, Norman N.; Earnshaw, A. (1997), Chemistry of the Elements (edisi ke-2), Oxford: Butterworth-Heinemann, hlm. 73, ISBN 0-7506-3365-4 
  84. ^ a b Martin, Richard (2015-06-08). "Quest to Mine Seawater for Lithium Advances". MIT Technology Review. Diakses tanggal 2016-02-10. 
  85. ^ Ober, Joyce A. "Lithium" (PDF). United States Geological Survey. hlm. 77–78. Diakses tanggal 19 August 2007. 
  86. ^ Tarascon, J. M. (2010). "Is lithium the new gold?". Nature Chemistry. 2 (6): 510. doi:10.1038/nchem.680. PMID 20489722. 
  87. ^ "Lithium: The New California Gold Rush", Forbes magazine, 2011-10-19 
  88. ^ a b Romero, Simon (2 February 2009). "In Bolivia, a Tight Grip on the Next Big Resource". The New York Times. 
  89. ^ "USGS Mineral Commodities Summaries 2009" (PDF). USGS. 
  90. ^ Money Game Contributors (26 April 2013). "New Wyoming Lithium Deposit". Business Insider. Diakses tanggal 1 May 2013. 
  91. ^ Wadia, Cyrus; Albertus, Paul; Srinivasan, Venkat (2011). "Resource constraints on the battery energy storage potential for grid and transportation applications". Journal of Power Sources. 196 (3): 1593–8. doi:10.1016/j.jpowsour.2010.08.056. 
  92. ^ Gaines, LL. Nelson, P. (2010). "Lithium-Ion Batteries: Examining Material Demand and Recycling Issues". Argonne National Laboratory. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-03. Diakses tanggal 11 June 2016. 
  93. ^ "University of Michigan and Ford researchers see plentiful lithium resources for electric vehicles". Green Car Congress. 3 August 2011. Diakses tanggal 11 August 2011. 
  94. ^ "The Precious Mobile Metal". The Financialist. Credit Suisse. 9 June 2014. Diakses tanggal 19 June 2014. 
  95. ^ "SQM Announces New Lithium Prices – SANTIAGO, Chile, September 30 /PRNewswire-FirstCall/". PR Newswire. 30 September 2009. Diakses tanggal 1 May 2013. 
  96. ^ Riseborough, Jesse. "IPad Boom Strains Lithium Supplies After Prices Triple". Bloomberg BusinessWeek. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 June 2012. Diakses tanggal 1 May 2013. 
  97. ^ Parker, Ann, Mining Geothermal Resources, Lawrence Livermore National Laboratory, diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-17, diakses tanggal 2017-08-15 
  98. ^ Patel, P. (2011-11-16), "Startup to Capture Lithium from Geothermal Plants", technologyreview.com 
  99. ^ Wald, M. (2011-09-28) Start-Up in California Plans to Capture Lithium, and Market Share. The New York Times
  100. ^ a b "Lithium" (PDF). 2017. Diakses tanggal 2017-08-11 – via US Geological Survey (USGS). 
  101. ^ "Worldwide demand by sector" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-09-07. Diakses tanggal 2017-08-15. 
  102. ^ Clark, Jim (2005). "Some Compounds of the Group 1 Elements". chemguide.co.uk. Diakses tanggal 8 August 2013. 
  103. ^ "Disposable Batteries - Choosing between Alkaline and Lithium Disposable Batteries". Batteryreview.org. Diakses tanggal 10 October 2013. 
  104. ^ "Battery Anodes > Batteries & Fuel Cells > Research > The Energy Materials Center at Cornell". Emc2.cornell.edu. Diakses tanggal 10 October 2013. 
  105. ^ Totten, George E.; Westbrook, Steven R. & Shah, Rajesh J. (2003). Fuels and lubricants handbook: technology, properties, performance, and testing. 1. ASTM International. hlm. 559. ISBN 0-8031-2096-6. 
  106. ^ Rand, Salvatore J. (2003). Significance of tests for petroleum products. ASTM International. hlm. 150–152. ISBN 0-8031-2097-4. 
  107. ^ The Theory and Practice of Mold Fluxes Used in Continuous Casting: A Compilation of Papers on Continuous Casting Fluxes Given at the 61st and 62nd Steelmaking Conference, Iron and Steel Society 
  108. ^ Lu, Y. Q.; Zhang, G. D.; Jiang, M. F.; Liu, H. X.; Li, T. (2011). "Effects of Li2CO3 on Properties of Mould Flux for High Speed Continuous Casting". Materials Science Forum. 675–677: 877–880. doi:10.4028/www.scientific.net/MSF.675-677.877. 
  109. ^ "Testing 1-2-3: Eliminating Veining Defects", Modern Casting, July 2014, diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-02, diakses tanggal 2017-08-15 
  110. ^ Haupin, W. (1987), Mamantov, Gleb; Marassi, Roberto, ed., "Chemical and Physical Properties of the Hall-Héroult Electrolyte", Molten Salt Chemistry: An Introduction and Selected Applications, Springer, hlm. 449 
  111. ^ Garrett, Donald E. (2004-04-05). Handbook of Lithium and Natural Calcium Chloride (dalam bahasa Inggris). Academic Press. hlm. 200. ISBN 9780080472904. 
  112. ^ Davis, Joseph R. ASM International. Handbook Committee (1993). Aluminum and aluminum alloys. ASM International. hlm. 121–. ISBN 978-0-87170-496-2. Diakses tanggal 16 May 2011. 
  113. ^ Karki, Khim; Epstein, Eric; Cho, Jeong-Hyun; Jia, Zheng; Li, Teng; Picraux, S. Tom; Wang, Chunsheng; Cumings, John (2012). "Lithium-Assisted Electrochemical Welding in Silicon Nanowire Battery Electrodes". Nano Letters. 12 (3): 1392–7. doi:10.1021/nl204063u. PMID 22339576. 
  114. ^ Koch, Ernst-Christian (2004). "Special Materials in Pyrotechnics: III. Application of Lithium and its Compounds in Energetic Systems". Propellants, Explosives, Pyrotechnics. 29 (2): 67–80. doi:10.1002/prep.200400032. 
  115. ^ Wiberg, Egon; Wiberg, Nils; Holleman, Arnold Frederick (2001), Inorganic chemistry, Academic Press, hlm. 1089, ISBN 0-12-352651-5 
  116. ^ Mulloth, L.M. & Finn, J.E. (2005). "Air Quality Systems for Related Enclosed Spaces: Spacecraft Air". The Handbook of Environmental Chemistry. 4H. hlm. 383–404. doi:10.1007/b107253. 
  117. ^ "Application of lithium chemicals for air regeneration of manned spacecraft". Lithium Corporation of America & Aerospace Medical Research Laboratories. 1965. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-07. Diakses tanggal 2017-08-15. 
  118. ^ Markowitz, M. M.; Boryta, D. A.; Stewart, Harvey (1964). "Lithium Perchlorate Oxygen Candle. Pyrochemical Source of Pure Oxygen". Industrial & Engineering Chemistry Product Research and Development. 3 (4): 321–30. doi:10.1021/i360012a016. 
  119. ^ Hobbs, Philip C. D. (2009). Building Electro-Optical Systems: Making It All Work. John Wiley and Sons. hlm. 149. ISBN 0-470-40229-6. 
  120. ^ Point Defects in Lithium Fluoride Films Induced by Gamma Irradiation. Proceedings of the 7th International Conference on Advanced Technology & Particle Physics: (ICATPP-7): Villa Olmo, Como, Italy. 2001. World Scientific. 2002. hlm. 819. ISBN 981-238-180-5. 
  121. ^ Sinton, William M. (1962). "Infrared Spectroscopy of Planets and Stars". Applied Optics. 1 (2): 105. Bibcode:1962ApOpt...1..105S. doi:10.1364/AO.1.000105. 
  122. ^ "You've got the power: the evolution of batteries and the future of fuel cells" (PDF). Toshiba. Diakses tanggal 17 May 2009. 
  123. ^ "Organometallics". IHS Chemicals. February 2012. 
  124. ^ Yurkovetskii, A. V.; Kofman, V. L.; Makovetskii, K. L. (2005). "Polymerization of 1,2-dimethylenecyclobutane by organolithium initiators". Russian Chemical Bulletin. 37 (9): 1782–1784. doi:10.1007/BF00962487. 
  125. ^ Quirk, Roderic P.; Cheng, Pao Luo (1986). "Functionalization of polymeric organolithium compounds. Amination of poly(styryl)lithium". Macromolecules. 19 (5): 1291–1294. Bibcode:1986MaMol..19.1291Q. doi:10.1021/ma00159a001. 
  126. ^ Stone, F. G. A.; West, Robert (1980). Advances in organometallic chemistry. Academic Press. hlm. 55. ISBN 0-12-031118-6. 
  127. ^ Bansal, Raj K. (1996). Synthetic approaches in organic chemistry. hlm. 192. ISBN 0-7637-0665-5. 
  128. ^ LiAl-hydride
  129. ^ Hughes, T.G.; Smith, R.B. & Kiely, D.H. (1983). "Stored Chemical Energy Propulsion System for Underwater Applications". Journal of Energy. 7 (2): 128–133. doi:10.2514/3.62644. 
  130. ^ Emsley, John (2011). Nature's Building Blocks. 
  131. ^ Makhijani, Arjun & Yih, Katherine (2000). Nuclear Wastelands: A Global Guide to Nuclear Weapons Production and Its Health and Environmental Effects. MIT Press. hlm. 59–60. ISBN 0-262-63204-7. 
  132. ^ National Research Council (U.S.). Committee on Separations Technology and Transmutation Systems (1996). Nuclear wastes: technologies for separations and transmutation. National Academies Press. hlm. 278. ISBN 0-309-05226-2. 
  133. ^ Barnaby, Frank (1993). How nuclear weapons spread: nuclear-weapon proliferation in the 1990s. Routledge. hlm. 39. ISBN 0-415-07674-9. 
  134. ^ Baesjr, C. (1974). "The chemistry and thermodynamics of molten salt reactor fuels". Journal of Nuclear Materials. 51: 149–162. Bibcode:1974JNuM...51..149B. doi:10.1016/0022-3115(74)90124-X. 
  135. ^ Agarwal, Arun (2008). Nobel Prize Winners in Physics. APH Publishing. hlm. 139. ISBN 81-7648-743-0. 
  136. ^ "'Splitting the Atom': Cockcroft and Walton, 1932: 9. Rays or Particles?" Diarsipkan 2012-09-02 di Wayback Machine. Department of Physics, University of Cambridge
  137. ^ a b Wald, Matthew L. (8 October 2013). "Report Says a Shortage of Nuclear Ingredient Looms". The New York Times. 
  138. ^ a b Kean, Sam (2011). The Disappearing Spoon. 
  139. ^ Yacobi S; Ornoy A (2008). "Is lithium a real teratogen? What can we conclude from the prospective versus retrospective studies? A review". Isr J Psychiatry Relat Sci. 45 (2): 95–106. PMID 18982835. 
  140. ^ Lieb, J.; Zeff (1978). "Lithium treatment of chronic cluster headaches". The British Journal of Psychiatry. 133 (6): 556–558. doi:10.1192/bjp.133.6.556. 
  141. ^ Furr, A. K. (2000). CRC handbook of laboratory safety. Boca Raton: CRC Press. hlm. 244–246. ISBN 978-0-8493-2523-6. 
  142. ^ "Illinois Attorney General – Basic Understanding Of Meth". Illinoisattorneygeneral.gov. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-09-10. Diakses tanggal 6 October 2010. 
  143. ^ Harmon, Aaron R. (2006). "Methamphetamine remediation research act of 2005: Just what the doctor ordered for cleaning up methfields—or sugar pill placebo?" (PDF). North Carolina Journal of Law & Technology. 7. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-12-01. Diakses tanggal 5 October 2010. 
  144. ^ Bro, Per & Levy, Samuel C. (1994). Battery hazards and accident prevention. New York: Plenum Press. hlm. 15–16. ISBN 978-0-306-44758-7. 
  145. ^ "TSA: Safe Travel with Batteries and Devices". Tsa.gov. 1 January 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 January 2012. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]