Lumbricus rubellus
Cacing tanah merah
| |
---|---|
Lumbricus rubellus | |
Taksonomi | |
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. | |
Spesies | Lumbricus rubellus |
Lumbricus rubellus atau cacing tanah merah adalah salah satu spesies cacing tanah dari genus Lumbricus. Tubuh Lumbricus rubellus memanjang membulat dan memipih serta berwarna merah sumsum dengan panjang berkisar antara 7,62-9,16 cm. Bagian perutnya berwarna krem dengan bagian ekor berwarna kekuningan. Sebagian besar nutrisi di dalam tubuhnya adalah protein.
Lumbricus rubellus hidup di permukaan tanah yang lembap terutama pada kotoran dan sampah. Makanannya adalah bahan organik pada kotoran ternak dan sisa-sisa tumbuhan. Lumbricus rubellus termasuk dekomposer yang baik. Obat yang dibuat dari protein tubuh Lumbricus rubellus dapat menyembuhkan berbagai penyakit khususnya penyakit jantung dan kelumpuhan. Lumbricus rubellus telah dibudidayakan di Eropa, Amerika Serikat dan Kanada sebagai ternak komersial.
Taksonomi
[sunting | sunting sumber]Lumbricus rubellus merupakan salah satu spesies cacing tanah.[1] Tubuh Lumbricus rubellus tersusun dari segmen-segmen yang berbentuk cincin. Karena itu, Lumbricus rubellus dimasukkan sebagai bagian dari filum Annelida. Setiap segmen pada Lumbricus rubellus memiliki rambut berukuran pendek tetapi keras. Rambut ini dinamakan seta. Jumlah seta pada Lumbricus rubellus hanya sedikit, sehingga Lumbricus rubellus dimasukkan dalam kelas Oligochaeta.[2] Lumbricus rubellus juga merupakan bagian dari genus Lumbricus dalam famili Lumbricidae.[3]
Penampilan fisik
[sunting | sunting sumber]Lumbricus rubellus termasuk dalam kelompok avertebrata karena tidak memiliki tulang punggung. Lumbricus rubellus disebut sebagai cacing tanah merah karena warna kulitnya adalah merah. Warna merah pada kulit Lumbricus rubellus sama dengan warna sumsum.[4] Ukuran tubuh Lumbricus rubellus dapat sepanjang 7–10 cm.[5] Lumbricus rubellus tidak mempunyai mata.[6]
Bagian perut dari Lumbricus rubellus berwarna krem. Lalu di bagian ekornya berwarna kekuningan. Bentuk tubuhnya panjang membulat dan sedikit memipih.[7] Cincin-cincin pada permukaan tubuhnya tidak muncul pada usia muda. Namun baru muncul ketika berusia dewasa.[6]
Komposisi kimia
[sunting | sunting sumber]Di dalam tubuh Lumbricus rubellus terdapat beberapa komponen bioaktif, yaitu asam amino non-esensial, valin, metionin, fenilalanin, lisin, tirosin, lumbrisin dan lisozim. Komponen-komponen ini memiliki kemampuan sebagai zat antimikroba. Ketika Lumbricus rubellus direbus, air rebusannya mampu menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella Typhi.[8]
Daging Lumbricus rubellus mengandung sejumlah nutrisi yaitu protein, karbohidrat, lemak dan abu. Kandungan protein di bagian dagingnya sebesar 16%. Kandungan karbohidrat di dagingnya sebesar 17%. Kandungan lemak di dagingnya sebesar 45%. Sedangkan kandungan abu di dalam dagingnya sebesar 1,5%. Total protein dari tubuh Lumbricus rubellus adalah 76%. Sisanya merupakan asam amino esensial, alfa-tokoferol, atau antioksidan dalam bentuk vitamin F.[9]
Kebiasaan hidup
[sunting | sunting sumber]Lumbricus rubellus tidak menyukai tempat yang tergenang air dan tidak menyukai tempat yang terkena sinar yang terang.[6] Tempat hidup dari Lumbricus rubellus adalah di tempat-tempat yang lembap. Lumbricus rubellus tidak hidup di dalam liang tanah. Tempat hidupnya adalah di permukaan tanah. Lumbricus rubellus umumnya ditemukan hidup di dalam kotoran dan sampah.[4]
Lumbricus rubellus dapat hidup di lingkungan dengan populasi yang padat.[10] Kebiasaan makan dari Lumbricus rubellus sangat lahap.[11] Lumbricus rubellus dapat berkembang dan bertumbuh dengan cepat.[12] Lumbricus rubellus mencapai usia dewasa ketika berusia tujuh pekan. Pada umur delapan pekan, Lumbricus rubellus mulai bertelur. Jumlah telur yang mampu dihasilkan oleh Lumbricus rubellus adalah dua telur tiap pekan. Tiap telur ini mampu menetaskan sebanyak 2-3 anak cacing.[10] Proses kawin dan bertelur dilakukan di dalam tanah.[10] Kokon yang dihasilkan oleh Lumbricus rubellus tahan terhadap kekeringan dan suhu dingin.[13] Telur yang dihasilkan oleh reproduksi Lumbricus rubellus lebih banyak dibandingkan dengan jenis cacing tanah lainnya.[14]
Peran bagi lingkungan
[sunting | sunting sumber]Lumbricus rubellus merupakan bagian dari genus Lumbricus. Spesies dari genus ini dikenal sebagai pemakan bahan organik pada kotoran ternak dan sisa-sisa tumbuhan. Bahan organik yang dimakannya diubah menjadi kompos, sehingga Lumbricus rubellus merupakan dekomposer.[2] Lumbricus rubellus merupakan salah satu dekomposer yang mempercepat pengomposan karena dapat tahan hidup di dalam limbah organik, memiliki kemampuan berkembangbiak yang cepat dan tidak liar.[15] Pengomposan yang dilakukan oleh Lumbricus rubellus bermanfaat dalam pengelolaan sampah.[16]
Lumbricus rubellus akan naik permukaan tanah untuk memakan bahan organik. Setelah makan, Lumbricus rubellus akan turun lagi ke bawah permukaan tanah. Selama kegiatan ini, Lumbricus rubellus membentuk pori-pori yang memperbaiki aerasi tanah. Kondisi ini akan membuat tanah menjadi subur dan terjaga kesuburannya.[17]
Peran bagi kesehatan
[sunting | sunting sumber]Penelitian tentang manfaat Lumbricus rubellus dalam pengobatan penyakit telah lama diadakan di Amerika Serikat dan Jepang. Diketahui bahwa obat dari bahan Lumbricus rubellus dapat menyembuhkan penyakit jantung dan kelumpuhan yang disebabkan oleh penggumpalan darah.[9] Kandungan protein di dalam daging Lumbricus rubellus juga lebih besar dibandingkan dengan daging manusia atau daging ikan sehingga dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis penyakit. Misalnya, tifus, diare, kolesterol, cacar air, lever, demam dan kanker.[18]
Budidaya
[sunting | sunting sumber]Lumbricus rubellus mudah dibudidayakan dan merupakan pakan alami bagi belut.[19] Budidaya spesies Lumbricus rubellus merupakan salah satu dari tiga spesies budidaya cacing tanah terbesar di Eropa, Amerika Serikat dan Kanada. Bersama dengan spesies Eisenia fetida dan Eisenia Eugeniae, total budidaya mereka sebesar 80-90% di pasar komersial pada ketiga kawasan tersebut.[20] Kelebihan Lumbricus rubellus sebagai ternak komersial adalah tidak berbau, perkembangbiakannya mudah dan pemeliharaannya dapat dilakukan di mana saja. Lumbricus rubellus dapat diternakkan di lingkungan dingin di Amerika Serikat.[4] Hasil budidaya cacing tanah dapat dijual dalam keadaan segar atau dalam bentuk tepung cacing.[21]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Fattah, Syahruddin (2021). Glosari Flona Bugis. Sempugi. hlm. 297. ISBN 978-623-905-622-3.
- ^ a b Palungkun, Rony. Sukses Beternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Niaga Swadaya. hlm. 6. ISBN 978-9794-895-11-5.
- ^ Aidah, S. N., dan Tim Penerbit KBM Indonesia (2020). Ensiklopedi Budidaya Ternak Cacing Tanah Unggulan. Bojonegoro: Penerbit KBM Indonesia. hlm. 9. ISBN 978-623-6965-82-5.
- ^ a b c Brata 2021, hlm. 14.
- ^ Fatimah, E. N., dan Murtiningsih (2015). Kiat Sukses Budi Daya Belut: Dari Awal Pembenihan hingga Pascapanen Raya. Jakarta Timur: Bibit Publisher. hlm. 99. ISBN 978-602-6805-11-9.
- ^ a b c Kuncoro, Budy (2019). Budidaya Belut Sistem Organik. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 71. ISBN 978-979-493-229-2.
- ^ Maulida, Abdul Aziz Adam (2015). Budidaya Cacing Tanah Unggul ala Adam Cacing. Jakarta: AgroMedia Pustaka. hlm. 17. ISBN 979-006-533-7.
- ^ Zen, S., dan Noor, R. (2022). Potensi Budidaya Cacing Tanah sebagai Bikompos & Biofeed. Surabaya: CV. Global Aksara Pers. hlm. 65–66. ISBN 978-623-462-073-3.
- ^ a b Widyawati, Veni (2019). Putri, Liana, ed. Seabrek Obat Tak Lazim dan Jorok, Namun Tokcer. Yogyakarta: Laksana. hlm. 18. ISBN 978-602-407-663-4.
- ^ a b c Djuarnani, N., Kristian, dan Setiawan, B. S. Cara Cepat Membuat Kompos. AgroMedia. hlm. 44. ISBN 978-979-370-221-6.
- ^ Endrawati, Y. C., dan Mendrofa, V. A. (2019). Teknologi Produksi Satwa Harapan. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 72. ISBN 978-602-440-967-8.
- ^ Utomo, M., dkk. (2016). Ilmu Tanah: Dasar-Dasar dan Pengelolaan. Jakarta: Kencana. hlm. 118. ISBN 978-602-0895-92-5.
- ^ Waluyo, Lud (2018). Bioremediasi Limbah. Malang: UMM Press. hlm. 150. ISBN 978-979-796-294-4.
- ^ Damayanti, Eni (2021). Agni, ed. Panduan Memulai Bisnis Pupuk Kascing. Yogyakarta: Diva Press. hlm. 28. ISBN 978-623-293-509-9.
- ^ Indriani, Yovita Hety. Membuat Kompos Secara Kilat. Niaga Swadaya. hlm. 50. ISBN 978-979-489-510-8.
- ^ Soma, Sukmana (2018). Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri Pengelolaan Sampah Perkotaan. Bogor: Penerbti IPB Press. hlm. 4. ISBN 978-979-493-232-2.
- ^ Sufianto dan Ishartati, E. (2020). Buku Panduan Aplikasi Vermikompos. Malang: UMM Press. hlm. 4. ISBN 978-979-796-534-1.
- ^ Suprana, Jaya (2021). Bingungologi Kebencian. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 431. ISBN 978-623-00-2014-8.
- ^ Roy, R., dan Harianto, B. (2008). Pembesaran Belut di dalam Tong dan Kolam Terpal. Jakarta Selatan: AgroMedia Pustaka. hlm. 15. ISBN 979-006-249-4.
- ^ Brata 2021, hlm. 1.
- ^ Saparinto, Cahyo (2015). 34 Bisnis Peternakan Hasilkan Jutaan Rupiah. Jakarta Timur: Penebar Swadaya. hlm. 138. ISBN 978-979-002-665-0.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Brata, Bieng (2021). Cacing Tanah: Faktor Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangbiakan. Bogor: Penerbit IPB Press. ISBN 978-979-493-213-1.