Lompat ke isi

Musica Studio's

Halaman yang dilindungi semi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Maheswara Music Records)

PT Musica Studios
Didirikan9 September 1968; 56 tahun lalu (1968-09-09) (sebagai Metropolitan Studios)
PendiriYamin Widjaja
GenreMusik
Asal negaraIndonesia
LokasiEquity Tower Lt. 36, SCBD Lot 9, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12190
Situs webmusica.id
Informasi YouTube
Kanal
Genre
Pelanggan4,7 juta subscribers (saat ini)[1]
Total tayang3,4 miliar[1]

Musica Studios adalah sebuah label rekaman yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini menggunakan nama Musica Studios pada tahun 1970, setelah sebelumnya menggunakan nama Metropolitan Studios pada tahun 1968. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan rekaman terkemuka di Indonesia yang memproduksi berbagai lagu dan album.

Sejarah

Berawal dari pekerjaan Yamin Widjaja (Amin) sebagai pemilik toko elektronik dan distributor album rekaman yang membuka outletnya di kawasan Pasar Baru, dari sanalah sejarah panjang industri rekaman terbesar di Indonesia dimulai. Toko elektronik dan distributor rekaman tersebut didirikan pada awal tahun 60-an dengan nama toko Eka Sapta. Pak Amin Cengli—begitu Yamin Widjaja biasa disapa—secara tak sengaja banyak berkenalan dengan orang-orang tenar di dunia musik, antara lain almarhum Bing Slamet, Ireng Maulana, Enteng Tanamal dan Idris Sardi. Pergaulan di seputar orang musik itulah yang pada akhirnya menjadi inspirator lahirnya nama band Eka Sapta.

Sebagai pemilik toko elektronik dan distributor rekaman yang ikut membangun band Eka Sapta, Amin bergerak lebih jauh dengan mendirikan perusahaan rekaman sendiri. Pada awalnya ia meminjam alat rekaman milik perusahaan Remaco, membuat rekaman di Singapura dan membangun studio rekaman sendiri dengan nama PT Warung Tinggi di kawasan Warung Kopi Jakarta. Perusahaan ini pada awalnya memproduksi sejumlah rekaman, satu di antaranya adalah album Titiek Puspa. PT Warung Tinggi inilah yang merupakan embrio berdirinya PT Metropolitan Studio pada 9 September 1968. Hoki Amin Cengli—ayah 6 anak dan istri Lanni Djajanegara itu—kian berkembang. Pada awalnya memproduksi rekaman band Eka Sapta, karya lagu dan suara almarhum Bing Slamet, A. Riyanto dan sejumlah rekaman lain dalam bentuk piringan hitam (PH) dan kaset.

Seiring dengan sukses debut rekaman tersebut, pada Oktober tahun 1970, Amin mengubah nama PT Metropolitan Studio menjadi PT Musica Studio's dalam bentuk akta pendirian perusahaan rekaman formal. Sejak saat itulah berlangsung pembenahan perangkat lunak dan perangkat keras perusahaan rekaman ini, misalnya dari jumlah studio rekaman yang hanya 2 buah dengan masing-masing 4 tracks pada tahun 1968 menjadi 8 tracks pada tahun 1979, berkembang lagi menjadi 16 tracks pada 1981 dan 24 tracks pada tahun 1983. Kini jumlah studio rekaman yang terletak di kompleks PT Musica Studio Jl. Perdatam Pasar Minggu Jakarta Selatan itu berjumlah 5 buah.

Sebagai perusahaan rekaman terbesar di Indonesia, Musica Studio's segera melakukan inovasi dalam pola kerja manajemen produksi. Sumber daya manusianya ditingkatkan, kualitas produksi album rekaman diperbesar. Sewaktu Yamin Widjaja meninggal dunia pada bulan Agustus 1979, istrinya Ny. Lanni Djajanegara bersama 4 dari 6 anaknya mengambil alih kendali, menjadi tulang punggung 'kerajaan bisnis' rekaman PT. Musica Studio's. Empat orang putera-puterinya itu adalah Sendjaja Widjaja, Indrawati Widjaja, Tinawati Widjaja dan Effendy Widjaja. Di bawah kuartet pekerja rekaman bertangan dingin ini, PT Musica Studio's berkembang bagai kerajaan musik raksasa di Indonesia, yang berhasil mengantar musisi muda menjadi artis tenar di bumi Indonesia. Sebelum itu, PT Musica Studio's juga didukung oleh keluarga Widjaja lainnya, yaitu Seniwati Widjaja dan Sundari Widjaja.

Tradisi pemberian PH Emas dan Perak

Musica Studio's juga sering melakukan terobosan mengesankan dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan prestasi insan musik Indonesia. Di mulai pada tahun 1983, bertempat di Hotel Indonesia Jakarta, diberikan penghargaan piringan emas (Gold Record) dan piringan perak (Silver Record) untuk artis rekaman berprestasi dari sisi penjualan PH atau album rekamannya. Nama Hetty Koes Endang, Jamal Mirdad, Rafika Duri, Harvey Malaihollo, dan Chrisye pernah menerima penghargaan ini. Tradisi pemberian Gold dan Silver Record terhenti pada awal tahun 90-an, seiring dengan kian maraknya pemberian penghargaan dari institusi luar, antara lain BASF Awards dan Anugerah HDX. Dua lembaga penghargaan itu, belakangan menghilang, dan pada tahun 1997 yang lalu lahirlah lembaga lain bernama Anugerah Musik Indonesia. Pada tahun 80-an itu, sebenarnya tradisi awarding di dunia musik ala Musica bisa mendampingi kegiatan sejenis yang pernah dipopulerkan Angket Siaran ABRI yang dikelola oleh stasiun penyiaran RRI sejak awal dekade 70-an. Waktu itu sejumlah artis tenar Musica Studio's ikut meramaikan pesta kemenangannya sebagai 'mega bintang terpopuler'.

Memasuki abad globalisasi, jajaran pimpinan Musica Studio's sadar betul harus segera mengantisipasi perkembangan zaman dengan mengadakan banyak perubahan. Sumber Daya Manusia-nya lebih ditingkatkan, lebih khusus lagi yang membidangi masalah teknis rekaman. Kecuali membekali sound engineer dengan pengetahuan rekaman modern, pimpinan Musica Studio's juga mulai merancang tampilan yang lebih canggih dari peralatan rekaman, akustik ruang rekam dan tak kalah penting adalah, pembenahan fisik kantor. Belakangan—tepatnya sejak tahun 1995—Musica Studio's untuk pertama kalinya melakukan pembenahan kualitas rekaman, juga membuka diri dalam mengerjakan jasa mastering disamping memperteguh kekuatannya sebagai produser eksekutif (lewat pimpinannya) dan distributor album produksi perusahaan lain.

Sementara itu—masih berkaitan dengan era globalisasi—jajaran pimpinan Musica Studio's lantas melebarkan sayapnya dengan bekerja sama lewat perusahaan rekaman lain. Struktur organisasi ditingkatkan, SDM kian dimantapkan dengan cara mempelajari teknologi baru di studio lain di luar negeri, termasuk memulai menerapkan tata cara mastering.

Memasuki tahun 1998 PT Musica Studio's memiliki karyawan sekitar 60 orang, 15 orang di antaranya menguasai teknis rekaman, sisanya adalah tenaga administrasi, promosi, sampai divisi 'pencari bakat'. Perusahaan rekaman ini akhirnya tak hanya bergerak di jenis musik yang banyak diburu orang seperti pop dan dangdut, tetapi juga mulai merambah ke jenis musik lain, seperti R&B, rock, rap, dance, alternatif, techno dan banyak lainnya. Jadi, sangat wajar jika pada perebutan beragam penghargaan untuk insan musik seperti BASF Awards, Anugerah HDX, Anugerah Musik Indonesia atau yang bersinggungan dengan tayangan video klip seperti Video Musik Indonesia, artis-artis tenar yang berkibar lewat bendera Musica Studio's, hampir selalu menduduki deret papan atas yang terkondang dan berkualitas.

Daftar artis

Musica Studio's menjadi kantung-kantung dan markas besar para artis tenar Indonesia. Setelah era A. Riyanto, Emilia Contessa, Ineke Kusumawati, Vivi Sumanti, Rhoma Irama dan Ernie Djohan pada tahun 60-an, kemudian muncul nama tenar Rafika Duri, Harvey Malaiholo, Jamal Mirdad, Chrisye, Andi Meriem Matalatta, Hetty Koes Endang, Ritta Rubby Hartland, Elly Sunarya, Grace Simon pada tahun 70-an. Pada dekade 80-an muncul nama-nama tenar Betharia Sonata, Iwan Fals, Nani Sugianto, Ebiet G. Ade, Broery Marantika dan lain-lain. Kemudian pada dekade 90-an seiring dengan munculnya trend grup dan jenis musik yang beragam, Musica Studio's membidani popularitas Trio Libels, Kahitna, Novia Kolopaking, Shamen, Java Jive, Monkey Republics, komedian Project Pop, dan penyanyi solo Inka Christie, rapper Iwa K dan sejumlah album kompilasi. Nike Ardilla join dengan Musica Studio's pada medio pertengahan 1992, dimana debut album the best of Tinggallah Ku Sendiri rilis pada 1993. Album tersebut meledak di pasaran dan menjadi lagu Nike paling iconic debut oleh Musica Studio's. Pada 1994 Nike mengeluarkan album kedua di bawah label Musica yaitu Biarkan Cintamu Berlalu album tersebut merupakan album paling laris 1994 secara penjualan nasional di bawah pita kaset HDX dan album terlaris 1994 artist Musica secara umum tahun tersebut. Selebihnya semua album Nike Ardilla sampai sekarang ada di bawah naungan Musica Studio's. Juga tak boleh dilupakan, Musica Studio's berperan besar pada lahirnya kelompok musisi remaja tenar Base Jam. Dan akhir-akhir ini dirilislah album-album yang membesarkan nama NOAH, D'MASIV, Geisha, Nidji, Flying Duztman, D.O.T, Sheryl Sheinafia, Stevan Pasaribu, Rheno Poetiray, Difki Khalif, SATRIA THE MONSTER, STEREOWALL, Supernova, Arvilla Band, Shakira Jasmine, Zara Leola, Maizura, group band metal 3 PEMUDA BERBAHAYA, Oppie Batfeny dan pasha chrisye anak dari almarhum chrisye dan penyanyi cover Felix Irawan, dulu juga pernah mengontrak artist lainnya seperti Ungu, Rossa, Brisia Jodie, Uut Permatasari, Letto dan GAC

Referensi

  1. ^ a b "About Musica Studios". YouTube. 

Pranala luar