Lompat ke isi

Makam Syekh Abdul Ghofur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Makam Syekh Abdul Ghofur adalah makam seorang penyiar agama Islam terkenal di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Makam ini terletak 1 km dari Tapal Kuda di desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Makam Syekh Abdul Ghofur dikenal sebagai Jongor oleh penduduk setempat.

Lokasi Makam Syekh Abdul Ghofur yaitu di atas sebuah bukit kecil di tengah persawahan di Kampung Cijedil, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Akses jalan menuju makam bisa ditempuh dengan mobil. Dari jalan raya Cianjur-Cipanas atau km 7, kemudian masuk ke dalam gang sejauh 600 meter. Jarak dari kantor desa Cijedil sekitar 1,5 km. dan dari pusat kota Cianjur sekitar 7,6 km.

Pengunjung

[sunting | sunting sumber]

Makam Syekh Abdul Ghofur salah satu makam yang sangat ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah. Tidak hanya warga Cianjur, warga luar kota sering kali berdatangan untuk memanjatkan doa di makam beliau. Menurut pengakuan juru kunci makam, pengunjung dari luar negeri pun pernah datang misalnya dari Brunei Darussalam. "Saat ini sudah lebih dari 400 tahun pemakaman beliau di sini dan tidak pernah sepi dari peziarah, bukan berasal dari Cianjur saja melainkan sudah tembus ke luar kota dan luar negeri seperti Brunei Darussalam ” Ujar juru kunci makam yang juga merupakan keturunannya.[1] Peziarah biasanya ramai di malam Rabu dan malam Jumat.

Syekh Abdul Ghofur merupakan leluhur kampung Cijedil yang ikut menyiarkan Agama Islam di wilayah Kabupaten Cianjur pada tahun 1600 M, sejarah ini bisa di lihat dari peninggalan barang-barang sejarah berupa pakaian,uang dan barang pribadi lainya.

Dikutip dari Cianjurkab.go.id, Informasi yang di dapatkan dari pihak Pemerintahan Desa Cijedil, Syekh Abdul Ghofur masih merupakan keluarga R. Aria Wira Tanu Bin Aria Wangsa Goparana atau Dalem Cikundul.[2] Syekh Abdul Ghofur merupakan salah satu penyebar agama islam di Cianjur sebelum Eyang Dalem Cikundul atau bisa dibilang sebagai guru dari Eyang Dalem Cikundul saat itu, beliau berasal dari Banten (Ibu) dan Cirebon (Bapak) atau adik kakak dengan Syekh Sultan Hasanudin Banten namun beda ibu. Syekh Sultan Hasanudin merupakan putera dari Sultan Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan Sunan Gunung Jati Cirebon.[1]Jadi Syekh Abdul Ghofur adalah putera dari Sunan Gunung Jati Cirebon dan merupakan saudara tiri dari Syekh Sultan Hasanuddin Banten.

Meskipun Syekh Abdul Ghofur adalah penyiar terkenal di Cianjur dan bahkan disebut-sebut sebagai salah satu Wali Songo yang tidak diketahui, namun juru kunci makam menjelaskan agar sebaiknya Syekh Abdul Ghofur tidak disebut sebagai Wali, melainkan sebutan Solihin. "Kita sebaiknya jangan menyebut beliau sebagai wali Allah, cukup sebagai solihin saja karena dalam beberapa keterangan bahwa tidak ada yang tahu wali kecuali wali lagi, kita kan bukan wali jadi kalau kita bilang seseorang itu wali Allah tandanya kita takabur dan tidak dibenarkan. Yang jelas, bila kita mengagungkan orang soleh dengan mendoakan dan menziarahinya tidak akan putus dari keberkahan dalam bidang apapun baik bidang dunia maupun akhirat karena orang soleh merupakan orang bertaqwa dan beriman serta sudah dekat dengan sang Khalik Allah SWT." Jelas juru kunci Makam Syekh Ghofur. [3]

Konon makam Syekh Abdul Ghofur merupakan makam pengampun sesuai dengan namanya yang diambil dari salah satu Asmaul Husna bahasa Arab: "Ghofur" yang artinya Maha Pengampun. Jadi, tidak sedikit yang menyebut bahwa ketika peziarah datang ke Makam Syekh Abdul Ghofur maka akan diluruhkan segala dosa-dosanya. Selain itu, barang peninggalan Syekh Abdul Ghofur masih tersimpan dengan rapih di rumah juru kunci. Konon peninggalan beliau berupa uang, sisir, baju, keris, dan sebagainya disimpan dalam satu peti. Peti tersebut hanya boleh dibuka pada saat perayaan Maulid Nabi dan disaksikan oleh seluruh peziarah dan warga kampung. Yang menarik, dalam ritual tersebut yang setahun sekali, warna baju peninggalan beliau selalu berubah warna dan perubahan warna tersebut dipercaya sebagai tanda yang menggambarkan kondisi desa Cijedil. Warna baju merah artinya Cijedil dalam keadaan susah dan bahaya, warna putih menandakan damai, serta pernah pula berwarna abu-abu. Selain itu, benda-benda peninggalan beliau yang disimpan sering hilang atau pergi sendiri lalu kembali utuh lagi. Untuk itu, tidak sembarang olrang boleh melihat peninggalan Syekh Abdul Ghofur.

Status Kepemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Situs Makam ini berstatus Milik Lembaga/Instansi Swasta (non-Pemerintahan) yang dikelola oleh warga sekitar dengan nama pengelola yang terdaftar yaitu Oji Fahruroji. Dikutip dari dapobud.kemdikbud.go.id tentang objek benda, Situs Makam Syeh Abdul Ghofur Jongor terdartar dengan nomor ID OBPO2016052500032.[4]

Batas Situs adalah sebagai berikut:

  • Barat: Sawah milik Umbon/Damini
  • Timur: Sawah milik warga
  • Utara: Tanah milik Basuni
  • Selatan: Sawah milik Marif

Untuk masuk ke dalam situ makam ini tidak dikenakan biaya atau gratis.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Situs Resmi Kemdikbud https://dapobud.kemdikbud.go.id/objek-benda/5bfc133b4abcfb04b4a6d550/situs-makam-syeh-abdul-ghofur-jongor Diarsipkan 2019-05-15 di Wayback Machine.

Situs Resmi cianjur.go.id https://simparda.cianjurkab.go.id/wisata-lengkap/makam-syeih-gofur/selengkapnya.html Diarsipkan 2019-05-15 di Wayback Machine.

Klik disini untuk Download Buku Ekspedisi Potensi Potensi Desa Cijedil, Cibeureum, Gasol, Sukamanah dan Wangunjaya Kecamatan Cugenang, Explorer 01 dan 02, Community Developement 2019 Universitas Prasetiya Mulya

Referensi

[sunting | sunting sumber]

1. ^ Rusdan, Dadan (2017-06-21). "Wisata ziarah makam Syekh Abdul Gofur Jongor Cianjur". Secianjur.com. Diakses tanggal 2019-05-15.

2. ^ "Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olah Raga". simparda.cianjurkab.go.id. Diakses tanggal 2019-05-15.

3. ^ "Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olah Raga". simparda.cianjurkab.go.id. Diakses tanggal 2019-05-15.

4. ^ https://dapobud.kemdikbud.go.id/objek-benda/5bfc133b4abcfb04b4a6d550/situs-makam-syeh-abdul-ghofur-jongor Diarsipkan 2019-05-15 di Wayback Machine.

5. ^ Dibuat oleh : Tim Ekspedisi Potensi Desa Cijedil, Cibeureum, Gasol, Sukamanah dan Wangunjaya Kecamatan Cugenang, Explorer 01 dan 02, Community Developement 2019 Universitas Prasetiya Mulya

Kategori:

· Religi

· Sejarah penyebaran islam

· Cianjur, Cianjur