Mandar merah
Mandar merah | |
---|---|
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | Frauenfeld, 1868
|
Spesies: | A. bonasia
|
Nama binomial | |
Aphanapteryx bonasia (Selys, 1848)
| |
Lokasi Mauritius (warna biru) | |
Sinonim | |
List
|
Mandar merah atau ayam merah dari Mauritius, Aphanapteryx bonasia, adalah mandar yang telah punah. Burung ini hanya ditemukan di pulau Mauritius. Mandar merah, yang saat ini hanya diketahui dari sejumlah tulang, deskripsi, dan gambar dan lukisan, merupakan burung yang tidak dapat terbang yang berukuran sedikit lebih besar daripada seekor ayam (sekitar 50 cm). Bulunya berwarna coklat kemerah-merahan, halus dan menyerupai rambut; ekornya tidak tampak saat masih hidup demikian pula sayapnya yang pendek hampir tidak tampak sama sekali dalam bulu-bulunya. Burung ini memiliki paruh panjang, agak lengkung, dan berwarna cokelat dan memiliki kaki yang agak (bagi seekor mandar) panjang. Keseluruhan, burung ini mirip seekor kiwi yang ramping daripada seekor mandar.
Mandar merah dibicarakan di hampir setiap laporan mengenai Mauritius dari tahun 1602. Rincian-rincian yang ada selalu diulang-ulang dan tidak memberi banyak pencerahan pada sejarah hidup burung. Sementara itu, mereka menghuni atas berbagai kemudahan dimana burung tersebut dapat ditangkap menurut metode perburuan dan faktanya burung tersebut dihidangkan sebagai pengganti yang baik untuk babi. Sebagian besar informasi mengenai penampilan burung berasal dari lukisan Joris Hoefnagel yang diselesaikan dari seekor burung yang hidup di menagerie milik Kaisar Rudolph II sekitar tahun 1600. Anehnya, seekor burung menyerupai mandar merah terpampang dalam lukisan Francesco Bassano the Younger Arca di Noè ("Bahtera Nuh"). Saat Bassano wafat sebelum koloni Belanda dibentuk di Mauritius tahun 1598, asal-muasal burung tersebut merupakan misteri. Pada akhirnya, muncul beberapa gambar mentah burung ini dalam tiga lukisan dodo tahun 1620-an oleh Roelant Savery. Yang dapat disampaikan adalah bahwa sekitar tahun 1600, kemudingkinan lebih awal, sejumlah kecil mandar merah mencapai Eropa dalam keadaan hidup. Sebagai tambahan, terdapat kurang-lebih empat gambar mentah yang dibuat di Mauritius.
Kepunahan
[sunting | sunting sumber]Mandar ini diburu hingga punah pada abad setelah penemuannya. Dodo yang dikatakan kurang enak, biasanya dibunuh karena rasa ingin tahu atau kebosanan, namun mandar merah merupakan burung mainan yang sangat terkenal di kalangan penduduk Belanda dan Prancis. Sementara burung ini dapat melarikan diri dengan baik saat dikejar, burung ini juga mudah sekali terpikat dengan menunjukkan kain merah pada burung, yang kemudian akan diserangnya; perilaku yang serupa seperti yang juga ditunjukkan kerabatnya mandar Rodrigues. Burung ini kemudian dapat ditangkap dan tangisannya ketika itu akan menarik lebih banyak orang untuk menyaksikan, seperti burung lainnya yang berevolusi dalam ketiadaan predator, menjadi sulit ditangkap dan tidak takut manusia. Saat burung ini bertelur di tanah, babi yang memakan telurnya dan anak-anaknya yang masih kecil kemungkinan bersumbangsih atas kepunahannya. Ketika François Leguat (1708), yang akrab dengan mandar Rodrigues pada tahun-tahun sebelumnya, datang ke Mauritius pada tahun 1693, dia mengatakan bahwa mandar merah telah menjadi langka; dia merupakan sumber terakhir yang menyebutkan burung ini sehingga dapat diasumsikan burung itu punah di sekitar tahun 1700. Penetapan hilangnya dan status mandar ini menjadi sulit karena nama lokal untuk dodo, Todaersen (atau dodaersen) dialihkan kepada mandar merah, yang sama memiliki pantat gemuk, dengan dodo yang menanti kepunahan.
Taksonomi
[sunting | sunting sumber]Karena adanya kebingungan dengan dodo seperti yang sudah dikatakan di atas dan ketidakcocokan gambar-gambar mentah, berikut ini merupakan sinonim mandar merah:
- Apterornis bonasia Selys, 1848
- Didus broeckii Schlegel, 1848 (menurut gambar van den Broecke)
- Didus herberti Schlegel, 1854 (menurut gambar Herbert)
- Aphanapteryx imperialis Frauenfeld, 1868 (menurut lukisan Hoefnagel)
- Pezophaps broeckii Schlegel, 1873
- Didus herbertii Salvadori, 1893
- Kuina mundyi Hachisuka, 1937 (menurut nama Mundy drawing)
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ BirdLife International (2012). "Aphanapteryx bonasia". IUCN Red List of Threatened Species. IUCN. 2012: e.T22728884A39099824. Diakses tanggal 1 June 2016.
- BirdLife International (2004). Aphanapteryx bonasia. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 23 Jun 2006. Database entry includes justification for why this species is extinct.
- de Sélys Longchamps, Edmond (1848): Résumé concernant les oiseaux brévipennes mentionnés dans l'ouvrage de M. Strickland sur le Dodo. Rev. Zool. 1848: 292-295. [Article in French]
- Leguat, François (1708): Voyages et Avantures de François Leguat & de ses Compagnons, en Deux Isles Desertes des Indes Orientales, etc. 2: 71. Jean Louis de Lorme, Amsterdam. PDF fulltext available at Gallica: search for "Leguat"