Lompat ke isi

Maria Sophie dari Bavaria

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Maria Sophie
Maria Sophie, 1859
Permaisuri Dua Sisilia
Periode22 Mei 1859 – 20 Maret 1861
Kelahiran(1841-10-04)4 Oktober 1841
Kastel Possenhofen, Possenhofen, Kerajaan Bavaria
Kematian19 Januari 1925(1925-01-19) (umur 83)
Munich, Bavaria, Republik Weimar
Pemakaman
Pasangan
(m. 1859; meninggal 1894)
KeturunanPutri Maria Cristina Pia dari Bourbon-Dua Sisilia
Mathilde Marie Sophie Henriette Elisabeth Louise de Lavaÿsse (ilegal.)
WangsaWittelsbach
AyahMaximilian Joseph in Bavaria
IbuLudovika dari Bavaria

Maria Sophie Amalie, Adipatni Bavaria (4 Oktober 1841 – 19 Januari 1925) adalah permaisuri Dua Sisilia terakhir sekaligus istri dari Francesco II. Maria merupakan salah satu dari sepuluh anak Maximilian Joseph dan Ludovika dari Bavaria.

Ia lahir dengan nama Adipatni Agung Maria Sophia in Bavaria. Ia adalah adik perempuan dari Elisabeth dari Bavaria yang menikah dengan Franz Joseph I dan Austria.

Masa kecil

[sunting | sunting sumber]
Maria Sophie, 1859.

Maria Sophie lahir pada 4 Oktober 1841 di Kastil Possenhofen, Possenhofen, Kerajaan Bavaria. Orang tuanya adalah Adipati Maximilian Joseph in Bavaria dan Putri Ludovika dari Bavaria. Ia merupakan anak keenam dari sepuluh bersaudara, dan salah satu dari delapan anak yang berhasil tumbuh hingga dewasa. Masa kecil Maria Sophie dan saudara-saudaranya penuh dengan kebebasan, dihabiskan antara Kastil Possenhofen saat musim panas dan Herzog-Max-Palais di Munich.

Pada musim dingin tahun 1857, ketika usianya baru 16 tahun, Maria Sophie dilamar oleh Francesco II dari Dua Sisilia|Francesco II dari Kerajaan Dua Sisilia]], putra sulung Raja Ferdinand II. Pernikahan ini bersifat politis, karena Ferdinand ingin memperkuat aliansi dengan Kaisar Austria, Franz Josef I, sesama pemimpin absolut yang kuat. Saat itu, kerajaan mereka sudah mulai terancam oleh gerakan revolusioner.[1]

Namun, ada satu masalah—Maria Sophie belum mengalami menstruasi. Ia harus menjalani berbagai pengobatan untuk memicu siklus menstruasi. Selain itu, Maria juga harus belajar bahasa Italia. Pernikahan mereka dilakukan secara perwakilan. Pada Januari 1859, Maria Sophie berangkat ke Wina untuk menghabiskan waktu bersama kakaknya sebelum melanjutkan perjalanan ke Trieste. Di sana, ia secara resmi memasuki kerajaannya yang baru dan mengucapkan selamat tinggal pada keluarganya di atas kapal kerajaan Neapolitan, Fulminante. Maria Sophie tiba di Bari, dan pada 3 Februari 1859, ia resmi menikah di sana.[2]

Masa berkuasa

[sunting | sunting sumber]

Dalam waktu kurang dari setahun, dengan wafatnya sang raja, suaminya naik takhta sebagai Francis II dari Kerajaan Dua Sisilia. Maria Sophie pun menjadi permaisuri sebuah kerajaan yang sebentar lagi akan dihancurkan oleh pasukan Giuseppe Garibaldi dan tentara Piedmont.

Pada September 1860, ketika pasukan Garibaldi mendekati Napoli, ibu kota kerajaan, Francis II memutuskan untuk meninggalkan kota. Awalnya, ia berencana mengatur perlawanan di Capua. Namun, setelah kota itu juga jatuh ke tangan pasukan Garibaldi menyusul Pertempuran Volturnus, ia dan Maria Sophie akhirnya berlindung di benteng pesisir yang kuat di Gaeta, sekitar 80 km di utara Napoli.

Selama Pengepungan Gaeta pada akhir 1860 hingga awal 1861, pasukan Victor Emmanuel II terus-menerus menembaki benteng tersebut dan akhirnya berhasil mengalahkan para pembela. Dalam "perlawanan terakhir Bourbon" yang singkat ini, Maria Sophie mendapatkan reputasi sebagai "ratu pejuang" yang gagah berani, gelar yang terus melekat padanya seumur hidup. Ia tak kenal lelah memotivasi para pembela benteng, memberikan makanan miliknya sendiri, merawat yang terluka, dan menantang para penyerang untuk mendekat ke jangkauan meriam benteng.

Namun, pada 13 Februari 1861, benteng itu menyerah. Dengan demikian, Kerajaan Dua Sisilia tamat riwayatnya, dan Francis II serta Maria Sophie resmi kehilangan takhta mereka.

Pengasingan

[sunting | sunting sumber]
Maria Sophie, 1861.

Setelah jatuhnya Gaeta dan Kerajaan Dua Sisilia, Maria Sophie dan suaminya hidup dalam pengasingan di Roma, ibu kota Negara Gereja yang dulu begitu luas tapi pada tahun 1860 hanya tersisa kota Roma itu sendiri. Pasukan Victor Emmanuel II datang dari utara untuk bergabung dengan Garibaldi, penakluk dari selatan. Di Roma, Raja Francis membentuk pemerintahan dalam pengasingan yang masih diakui oleh sebagian besar negara Eropa sebagai pemerintah sah Kerajaan Dua Sisilia, meski hanya bertahan beberapa tahun.

Namun, kemewahan dan status Maria Sophie tak mampu menutupi berbagai tragedi pribadi. Pernikahannya tidak dapat dikonsummasi selama bertahun-tahun karena suaminya mengalami fimosis. Di tengah pengasingan di Roma, Maria Sophie hamil anak dari hubungan gelap. Untuk menghindari skandal, ia berpura-pura sakit dan kembali ke rumah orang tuanya di Possenhofen. Keluarganya kemudian memutuskan bahwa Maria Sophie harus menyepi di Biara Ursulin di Augsburg, tempat ia melahirkan seorang putri pada 24 November 1862. Anak itu diberi nama Mathilde Marie Sophie Henriette Elisabeth Louise, tapi lebih sering dipanggil Daisy. Bayi itu langsung diserahkan kepada orang tua asuh, Count dan Countess de Gineste, yang membesarkannya di Château de Garrevaques [fr], Tarn. Meski begitu, Maria Sophie tetap menjaga kontak dengan Daisy hingga putrinya meninggal pada Januari 1886. Maria bahkan hadir di pemakaman putrinya di Paris. Kisah ini baru terungkap dalam sebuah buku yang diterbitkan oleh keturunan Gineste pada tahun 2021.[3]

Marie Larisch von Moennich, keponakan Maria Sophie, menyebarkan cerita bahwa ayah Daisy adalah seorang perwira Belgia dari pengawal paus bernama Count Armand de Lavaÿss.[4] Namun, biografer Larisch, Brigitte Sokop, membantah klaim tersebut dan berspekulasi bahwa ayah anak itu mungkin adalah diplomat Spanyol Salvador Bermúdez de Castro. Salvador sering terlihat bersama Maria Sophie dan suaminya, dan juga dikabarkan memiliki anak dari saudari Maria Sophie, Mathilde.[5] Meski begitu, penelitian Lorraine Kaltenbach menunjukkan bahwa ayah Daisy sebenarnya adalah Félix-Emmanuel de Lavaÿsse, seorang zouave paus.[6][7] Félix secara resmi mengakui Daisy sebagai putrinya pada 16 Mei 1867,[8][9] tak lama sebelum ia meninggal pada 18 April 1868, dalam usia 32 tahun.

Setahun kemudian, atas saran keluarganya, Maria Sophie memutuskan untuk mengakui hubungan gelapnya kepada suaminya. Anehnya, hubungan mereka justru membaik setelah itu. Francis menjalani operasi yang akhirnya memungkinkan mereka untuk mengonsummasi pernikahan, dan Maria Sophie hamil lagi, kali ini anak dari suaminya. Mereka berdua sangat bahagia dan penuh harapan. Pada 24 Desember 1869, tepat sepuluh tahun setelah menikah, Maria Sophie melahirkan seorang putri bernama Maria Cristina Pia, yang lahir di hari ulang tahun bibinya, Maharani Elisabeth, yang kemudian menjadi ibu baptisnya. Sayangnya, bayi itu hanya hidup tiga bulan dan meninggal pada 28 Maret 1870. Setelah itu, Maria Sophie dan suaminya tidak pernah memiliki anak lagi.[6]

Akhir hayat

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1870, Roma jatuh ke tangan pasukan Italia, dan Maria dan suaminya terpaksa melarikan diri ke Bavaria. Francis meninggal pada tahun 1894. Maria Sophie kemudian menghabiskan waktu di Munich sebelum pindah ke Paris, di sana ia memimpin semacam pengadilan Bourbon tidak resmi di pengasingan. Ada rumor yang menyebutkan bahwa ia terlibat dalam pembunuhan Raja Humbert pada tahun 1900, sebuah aksi anarkis yang bertujuan menggoyahkan negara bangsa Italia yang baru. Sejarawan modern kembali mengangkat rumor ini karena Perdana Menteri Italia saat itu, Giovanni Giolitti, tampaknya memberi bobot pada teori konspirasi ini. Namun, sebagian pihak menganggapnya hanya cerita anekdot belaka. Bagaimanapun, bukti terhadap Maria Sophie bersifat tidak langsung.[10]

Selama Perang Dunia I, Maria Sophie secara aktif mendukung Kekaisaran Jerman dan Austria-Hongaria dalam perang mereka melawan Kerajaan Italia. Rumor kembali beredar, kali ini mengklaim ia terlibat dalam sabotase dan mata-mata melawan Italia, berharap kekalahan akan menghancurkan Italia dan mengembalikan Kerajaan Napoli.

Sepanjang hidupnya, Maria Sophie menciptakan aura kekaguman yang hampir seperti kultus, bahkan di antara musuh-musuh politiknya. Gabriele d'Annunzio menyebutnya sebagai "elang kecil Bavaria yang tegas," sementara Marcel Proust memujinya sebagai "ratu para prajurit di benteng Gaeta." Ia dan saudara perempuannya, Elisabeth, dianggap sebagai dua perempuan tercantik pada masanya.[10]

Maria Sophie meninggal di Munich pada tahun 1925. Sejak tahun 1984, jasadnya dimakamkan bersama suami dan putrinya di Basilika Santa Klara, Napoli di Napoli.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Hamann 1986, hlm. 80.
  2. ^ Hamann 1986, hlm. 82.
  3. ^ Kaltenbach 2021.
  4. ^ Sokop 1985.
  5. ^ Sokop 1985, hlm. 479–480.
  6. ^ a b Kaltenbach 2021, hlm. 153.
  7. ^ Kaltenbach 2021, hlm. 191.
  8. ^ Kaltenbach 2021, hlm. 165.
  9. ^ Kaltenbach 2021, hlm. 243.
  10. ^ a b Hamann 1986, hlm. 129.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Maria Sophie dari Bavaria
Lahir: 4 Oktober 1841 Meninggal: 19 Januari 1925
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Maria Theresa dari Austria
Permaisuri Dua Sisilia
22 Mei 1859 – 20 Maret 1861
Kerajaan dibubarkan
Hanya gelar saja
Kerajaan dibubarkan — TITULER —
Permaisuri Dua Sisilia
20 Marer 1861 – 27 Desember 1894
Diteruskan oleh:
Maria Antoinetta dari Bourbon-Dua Sisilia