Marpoken
Marpoken (Turun Tano) adalah tradisi dalam masyarakat Angkola-Mandailing yang menandai momen pertama seorang bayi dibawa keluar rumah oleh ibunya setelah kelahirannya. Dalam konteks budaya, ritual ini juga dikenal sebagai turun tano atau "turun ke tanah," mengacu pada rumah panggung tradisional yang terhubung ke tanah melalui tangga.[1]
Ritual marpoken biasanya dilakukan sekitar satu bulan setelah kelahiran, sering kali bersamaan dengan pemberian nama bayi dan dianggap sebagai penanda berakhirnya masa nifas. Pada kesempatan ini, bayi dibalut dalam kain selimut (parompa) dan dibawa keluar rumah oleh ibunya. Saat ibu dan bayi melintasi jalan, orang-orang yang mereka temui akan berhenti untuk melihat bayi dan memanggil namanya. Nama bayi tersebut kemudian menyebar di lingkungan sekitar dan menjadi nama panggilan baru bagi ibunya, seperti “Inang Lokot” jika nama bayinya adalah Lokot. Tradisi ini mencerminkan pentingnya nama sebagai identitas awal dalam komunitas.[2]
Marpoken juga memiliki dimensi simbolis yang mendalam. Ibu bayi akan membawa anaknya ke pasar atau kedai untuk membeli bahan kebutuhan dapur tertentu seperti gula, garam, dan gambir. Setiap bahan ini memiliki makna filosofis: gula melambangkan harapan agar kata-kata sang bayi kelak manis didengar, garam melambangkan kata-kata yang bermakna, dan gambir melambangkan kehidupan yang bahagia. Dengan cara ini, bayi diperkenalkan kepada dunia yang penuh dengan berbagai rasa kehidupan, baik manis, asin, maupun tawar (paboto dai).[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "ID Kearifan Mandailing Dalam Tradisi Markob | PDF". Scribd. Diakses tanggal 2024-12-07.
- ^ Batubara, Dahlan (2016-06-10). "Pelestarian Warisan Budaya Mandailing (1)". Mandailing Online. Diakses tanggal 2024-12-07.
- ^ Nasution, Askolani; Siregar, Tikwan Raya; Hutasuhut, Anharuddin; Hamdani, Nasrul; Sinulingga, Jekmen; Rehulina, Eka Dalanta; Sekali, Mehamat Karo; Herlina, Herlina; Padang, Melisa (2021). Sibrani, Robert, ed. Ensiklopedia kebudayaan Kawasan Danau Toba. Banda Aceh: Balai Pelestarian dan Nilai Budaya Aceh. ISBN 978-623-6107-05-8.