Zaman Kejayaan Islam
Zaman Kejayaan Islam (750 M - 1258 M) adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur dari Dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri.
Penyebab
[sunting | sunting sumber]Banyak dari perkembangan dan pembelajaran ini dapat dihubungan dengan geografi. Bahkan sebelum kehadiran Islam, kota Mekah adalah pusat perdagangan di Jazirah Arab dan Nabi Muhammad SAW sendiri merupakan seorang pedagang. Tradisi ziarah ke Mekah menjadi pusat pertukaran gagasan dan barang. Pengaruh yang dipegang oleh para pedagang Muslim atas jalur perdagangan Afrika-Arab dan Arab-Asia sangat besar sekali. Akibatnya, peradaban Islam tumbuh, berkembang, dan meluas dengan berdasarkan pada ekonomi dagangnya, berkebalikan dengan orang-orang Kristen, India, dan Tiongkok yang membangun masyarakat dengan berdasarkan kebangsawanan kepemilikan tanah pertanian. Pedagang membawa barang dagangan dan menyebarkan agama mereka ke Tiongkok (berujung pada banyaknya penduduk Islam di Tiongkok dengan perkiraan jumlah sekitar 37 juta orang, yang terutama merupakan etnis Uyghur Turk yang wilayahnya dikuasai oleh Tiongkok), India, Asia tenggara, dan kerajaan-kerajaan di Afrika barat. Ketika para pedagang itu kembali ke Timur Tengah, mereka membawa serta penemuan-penemuan dan ilmu pengetahuan baru dari tempat-tempat tersebut.
Filsafat
[sunting | sunting sumber]Hanya dalam bidang filsafat, para ilmuwan Islam relatif dibatasi dalam menerapkan gagasan-gagasan non-ortodoks mereka. Meskipun demikian, Ibnu Rushd dan polimat Persia Ibnu Sina memberikan kontribusi penting dalam melanjutkan karya-karya Aristoteles, yang gagasan-gagasannya mendominasi pemikiran non-keagamaan dunia Islam dan Kristen. Mereka juga mengadopsi gagasan-gagasan dari Tiongkok dan India, yang dengan demikian menambah pengetahuan mereka yang sudah ada sebelumnya. Ibnu Sina dan para pemikir spekulatif lainnya seperti al-Kindi dan al-Farabi menggabungkan Aristotelianisme dan Neoplatonisme dengan gagasan-gagasan lainnya yang diperkenalkan melalui Islam.
Literatur filsafat Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa Ladino, yang ikut membantu perkembangan filsafat Eropa modern. Sosiolog-sejarawan Ibnu Khaldun, warga Kartago Konstantinus orang Afrika yang menerjemahkan naskah-naskah kedokteran Yunani dan kumpulan teknik matematika Al-Khwarizmi adalah tokoh-tokoh penting pada Zaman Kejayaan Islam. Pada masa ini juga terjadi perkembangan filsuf non-Muslim. Filsuf Yahudi Moses Maimonides yang tinggal di Andalusia adalah salah satu contohnya.
Sains
[sunting | sunting sumber]Banyak ilmuwan penting Islam yang hidup dan berkegiatan selama Zaman Kejayaan Islam. Di antara pencapaian para ilmuwan pada periode ini antara lain perkembangan trigonometri ke dalam bentuk modernnya (sangat menyederhanakan penggunaan praktiknya untuk memperhitungkan fase bulan), kemajuan pada bidang optik pada Cammera Obscura oleh Al-Hasan bin Haitsam pada 200 tahun sebelum Leonardo Da Vinci, memberi komentar pada Euklides dan Ptolomeus perihal penembusan dan perjalanan sinar,[1] dan kemajuan pada bidang astronomi.
Kemajuan lain ditunjukan pada bidang kimia. Ilmu kimia merupakan ilmu dari Mesir kuno yang digagas kembali oleh ilmuwan muslim sehingga mencapai pengembangan ilmu yang sangat besar. Pada masa itu telah dikenal beberapa zat dan peralatan laboratorium seperti alkohol (kohol dalam bahasa Arab), alkali (alqali dalam bahasa Arab), dan sebagainya.[2]
Teknik Rekayasa
[sunting | sunting sumber]Kakak-beradik Banū Mūsā, dalam buku mereka Kitab Alat-Alat Cerdas, menggambarkan seorang pemain seruling otomatis. Bisa jadi ini adalah mesin yang dapat diprogram pertama.[3] Suara seruling dihasilkan lewat uap panas. Seruling dapat diatur dengan berbagai pola sehingga bisa mengeluarkan beragam suara.[4] Kakak-beradik itu berkontribusi pada Rumah Kebijaksanaan, sebuah lembaga penelitian yang didirikan oleh Kekhalifahan Abbasiyah
Penemu abad ke-12 Ismail al-Jazari, dalam tulisannya menggambarkan berbagai perangkat mekanik, berbagai ide tentang otomasi dan metode konstruksi, yang paling terkenal di antaranya adalah Jam Gajah.[5] Sementara itu, pada akhir abad ke-16, Taqi ad-Din Muhammad dari era Ottoman menulis sebuah mekanisme pengaplikasian energi uap. Ia menggambarkan sebuah spit yang berputar sendiri yang diputar oleh arah uap ke dalam vanes mekanisme yang kemudian memutar roda di ujung sebuah poros,[6] teknologi ini merupakan bagian penting dari pengembangan turbin uap.[7]
Selama periode waktu ini, Akuaduk Romawi digunakan dan diperluas. Mulai abad ke-9 dan ke-10, petani Arab dan Moor mulai memulihkan akuaduk yang rusak. Petani juga memperbaiki akuaduk dengan memadukan teknologi ke lanskap masing-masing daerah mereka.[8] Akuaduk yang awalnya tersedia untuk umum, dibangun untuk tujuan itu oleh Romawi, segera menjadi milik pribadi. Kekuatan lokal menggunakan akuaduk untuk mendapatkan kekuasaan di komunitas masing-masing. Ini kemudian berkembang menjadi kerajaan regional yang mengambil alih kepemilikan akuaduk pada abad ke-11-12. Beberapa akuaduk digunakan oleh kerajaan untuk memasok air ke sumur dan taman istana mereka.[8][9]
Kedokteran
[sunting | sunting sumber]Kedokteran adalah bagian penting dari kebudayaan Islam Abad Pertengahan. Sebagai tanggapan atas keadaan pada waktu dan tempat mereka, para dokter Islam mengembangkan literature medis yang kompleks dan banyak yang meneliti dan menyintesa teori dan praktik kedokteran.
Kedokteran Islam dibangun dari tradisi, terutama pengetahuan teoretis dan praktis yang telah berkembang sebelumnya di Yunani, Romawi, dan Persia. Bagi para ilmuwan Islam, Galen dan Hippokrates adalah orang-orang yang unggul, disusul oleh para ilmuwan Hellenik di Iskandariyah. Para ilmuwan Islam menerjemahkan banyak sekali tulisan-tulisan Yunani ke bahasa Arab dan kemudian menghasilkan pengetahuan kedokteran baru dari naskah-naskah tersebut. Untuk menjadikan tradisi Yunani lebih mudah diakses, dipahami, dan diajarkan, para ilmuwan islam mengusulkan dan menjadikan lebih sistematis pengetahuan kedokteran Yunani-Romawi yang luas dan kadang inkonsisten dengan cara menulis ensikolpedia dan ikhtisar.
Pembelajaran Yunani dan Latin dipandang sangat jelek di Eropa Kristen Abad Pertengahan Awal, dan baru pada abad ke-12, setelah adanya penerjemahan dari bahasa Arab membuat Eropa Abad Pertengahan kembali mempelajari kedokteran Hellenik, termasuk karya-karya Galen dan Hippokrates. Jauh sebelum itu, bangsa Eropa telah banyak belajar dengan umat Islam dalam hal kedokteran. Di Sisilia, sebuah sekolah kedokteran dengan dokter-dokter Muslim sebagai pengajarnya, menjadi sumber ilmu kedokteran di Eropa.[10] Dengan memberikan pengaruh yang setara atau mungkin lebih besar di Eropa Barat adalah Kanon Kedokteran karya Ibnu Sina, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan dibuat manuskrip lalu dicetak dan disebarkan ke seluruh Eropa. Selama abad kelima belas dan keenam belas saja, karya tersebut diterbitkan lebih dari lima kali. Sejarah mencatat, ada sekitar 300 buku kedokteran yang diterjemahkan bangsa Eropa.[10]
Di dunia Islam Abad Pertengahan, rumah sakit mulai dibangun di semua kota besar, misalnya di Kairo, rumah sakit Qalawun memiliki staf pegawai yang terdiri dari dokter, apoteker, dan suster. Orang juga dapat mengakses apotek, dan fasilitas penelitian yang menghasilkan kemajuan pada pemahaman mengenai penyakit menular, dan penelitian mengenai mata serta mekanisme kerja mata.
Perdagangan
[sunting | sunting sumber]Selain di sungai Nil, Tigris dan Efrat, sungai-sungai yang dapat dilalui tidaklah banyak, jadi perjalanan lewat laut menjadi sangat penting. Ilmu navigasi amat sangat berkembang, menghasilkan penggunaan sekstan dasar (dikenal sebagai kamal). Ketika digabungkan dengan peta terinci pada periode ini, para pelaut berhasil berlayar menjelajahi samudara dan tak lagi perlu bersusah payah melalui gurun pasir. Para pelaut muslim juga berhasil menciptakan kapal dagang besar bertiang tiga ke Laut Tengah. Nama karavel kemungkinan berasal dari perahu terawal Arab yang dikenal sebagai qārib.[11] Sebuah kanal buatan yang menghubungkan sungai Nil dengan Terusan Suez dibangun, menghubungkan Laut Merah dengan Laut Tengah meskipun itu sering berlumpur[butuh rujukan]
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Tanzania (2010), hal.98
- ^ Gaudah. 2012. hal 23
- ^ Koetsier, Teun (Mei 2001). "Tentang prasejarah mesin yang dapat diprogram: automata musik, alat tenun, kalkulator". Teori Mesin dan Mekanisme. 36 (5): 589–603. doi:10.1016/S0094-114X(01)00005-2.
- ^ Saudara Banu Musa (1979), Kitab Alat-Alat Cerdas (Kitāb al-Hiyal), diterjemahkan oleh Routledge Hill, Donald, Springer, hlm. 76–77, ISBN 978-90-277-0833-5
- ^ Guy V., Beckwith (1997). Bacaan dalam Teknologi dan Peradaban (dalam bahasa Inggris). Pearson Custom Publishing. hlm. 290. ISBN 978-0-536-00579-3.
- ^ Hill, Donald R. (1978). "Ulasan tentang Taqī-al-Dīn dan Teknik Mesin Arab. Dengan Metode-Metode Spiritual Mesin. Sebuah Manuskrip Arab Abad ke-16". Isis. 69 (1): 117–118. doi:10.1086/351968. JSTOR 230643.
- ^ Darke, Diana (2022). "Bab 5". Ottoman: Warisan Budaya (dalam bahasa Inggris). Thames & Hudson. ISBN 978-0-500-77753-4.
- ^ a b "Dunia Arab (umum)". Ensiklopedia Perempuan & Budaya Islam. doi:10.1163/1872-5309_ewic_ewiccom_0304. Diakses tanggal 2023-12-02.
- ^ Jervis, Ben; Kyle, Alison (2012). Buat-dan perbaiki: arkeologi kompromi, perbaikan dan penggunaan kembali. BAR. Oxford: Archaeopress. ISBN 978-1-4073-1006-0.
- ^ a b Gaudah & Rida (2012), hlm.30.
- ^ "History of the caravel". Nautarch.tamu.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-06. Diakses tanggal 2011-04-13.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Gaudah, Muhammad Gharib; Rida, Muhyiddin Mas (Penerjemah) (2012). 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam. Jakarta: Al-Kautsar. ISBN 978-979-592-410-4.
- Donald R. Hill, Islamic Science And Engineering, Edinburgh University Press (1993), ISBN 0-7486-0455-3
- Tanzania, Tanzil (2010). Stop Kristenisasi: Membongkar Gerakan Pemurtadan & Mencari Solusi Menghadapi Program Kristenisasi. Klaten: Al-Fajr Media. ISBN 978-602827962-5.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Islamic web
- Wiet, Gaston. "Baghdad: Metropolis of the Abbasid Caliphate." Diarsipkan 2020-09-20 di Wayback Machine. Chapter 5