Masjid Cheng Ho Bagansiapiapi
Masjid Cheng Ho Bagansiapiapi | |
---|---|
Agama | |
Afiliasi | Islam |
Lokasi | |
Lokasi | Bagansiapiapi, Rokan Hilir, Indonesia |
Arsitektur | |
Tipe | Masjid |
Gaya arsitektur | Perpaduan Tionghoa dan Melayu[1] |
Peletakan batu pertama | 19 Juni 2019 |
Biaya konstruksi | sekitar Rp.10 miliar |
Masjid Cheng Ho Bagansiapiapi adalah sebuah masjid bergaya arsitektur perpaduan Tionghoa dan Melayu yang sedang dalam proses pembangunan di Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Masjid ini akan menjadi masjid Cheng Ho pertama yang berdiri di Provinsi Riau[1] dan ke-17 di seluruh Indonesia.[2] Pemancangan tiang pertama pembangunan Masjid Laksamana Muhammad Cheng Ho ini dilakukan oleh Gubernur Riau Syamsuar pada 19 Juni 2019, dengan perkiraan dana pembangunan sekitar Rp.10 miliar.[1]
Penamaan
[sunting | sunting sumber]Nama Muhammad Cheng Ho yang diabadikan untuk nama masjid ini merupakan bentuk penghormatan kepada Muhammad Cheng Ho, seorang laksamana Tiongkok yang dalam perjalanannya di kawasan Asia Tenggara bukan hanya berdagang, tetapi juga menyebarkan agama Islam.[3]
Dalam setiap kunjungannya, Cheng Ho juga menjalin hubungan persahabatan dan kerja sama dengan para penguasa lokal. Dalam banyak prasasti dan catatan sejarah, Laksamana Cheng Ho dikabarkan sangat dekat dengan para raja dan sultan di nusantara. Atas jasanya tersebut nama Cheng Ho kini diabadikan untuk nama masjid dengan corak Tionghoa yang sangat kental.[2]
Masjid-masjid Cheng Ho yang sudah berdiri di Indonesia di antaranya adalah Masjid Cheng Ho Surabaya, Masjid Muhammad Cheng Ho Banyuwangi, Masjid Muhammad Cheng Ho Purbalingga, dan Masjid Muhammad Cheng Ho Batam. Masjid Cheng Ho Surabaya menjadi masjid Cheng Ho yang paling awal berdiri di Indonesia yakni pada tahun 2002.[4]
Latar belakang pembangunan
[sunting | sunting sumber]Dipilihnya Bagansiapiapi sebagai salah satu tempat pembangunan masjid Cheng Ho ke-17 di tanah air adalah berdasarkan pertimbangan faktor sejarah. Dahulu kala, ketika Laksamana Cheng Ho mengunjungi nusantara sebanyak tujuh kali, beliau sempat singgah di Pulau Jemur, salah satu pulau terluar Indonesia yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka dan Malaysia. Di Pulau Jemur inilah Cheng Ho dan pasukannya membuang jangkar sebelum melanjutkan perjalanan ke Kerajaan Samudera Pasai di Aceh.[2]
Rencana pembangunan Masjid Laksamana Muhammad Cheng Ho ini sudah disepakati bersama oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Rokan Hilir, Dewan Masjid Indonesia (DMI) Rokan Hilir, tokoh masyarakat, pemuda, dan organisasi massa Islam lainnya dalam rapat yang diadakan di Gedung Daerah Datuk Batu Hampar, Bagansiapiapi, pada 20 Maret 2019.[2]
Deskripsi
[sunting | sunting sumber]Masjid Laksamana Muhammad Cheng Ho ini dibangun di atas lahan seluas dua hektare, dengan bangunan berlantai dua. Di masjid ini juga nantinya akan dilengkapi dengan miniatur Bakar Tongkang, pusat kajian Al-Qur'an, lembaga pengkajian dan pengembangan Islam (Islamic Center), gedung Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA), taman bermain, gedung pertemuan, dan menara dua buah dengan ketinggian sekitar 25 meter 17 tingkat.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d Dedi Dahmudi (19 Juni 2019). "Pembangunan Masjid Cheng Ho Rohil dimulakan". Antara Riau. Diakses tanggal 3 Juli 2019.
- ^ a b c d Syawal Panggabean (19 Juni 2019). "Masjid Cheng Ho di Bagan, Donasi Mualaf Tionghoa dan Ikon Kerukunan". Selasar Riau, Kumparan. Diakses tanggal 3 Juli 2019.
- ^ "Simak Gaya Arsitektur 3 Masjid Cheng Hoo yang Memukau". Liputan6. 16 Juni 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-30. Diakses tanggal 3 Juli 2019.
- ^ Petrik Matanasi (30 Mei 2017). "15 Masjid yang Mengabadikan Cheng Ho di Indonesia". Tirto.id. Diakses tanggal 3 Juli 2019.