Melaspas
Melaspas adalah upacara pembersihan dan penyucian bangunan yang baru selesai dibangun atau baru ditempati lagi, seperti rumah, kantor, toko, kandang dan lain sebagainya.[1] Upacara melaspas dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali, Indonesia.[1] Kata melaspas berasal dari bahasa Bali yang terdiri atas dua kata yakni Mlas dan Pas.[2] Mlas artinya pemisah dan pas artinya cocok.[2] Dari kedua rangkaian kata tersebut, melaspas berarti pembuatan bangunan biasanya terbuat dari dua unsur, yakni kayu dan batu dan apabila disatukan akan berbentuk bangunan cocok dan sangat layak untuk ditempati dan ditinggali.[2] Bagi umat Hindu, upacara ini wajib dilaksanakan dan sudah menjadi tradisi turun-temurun hingga saat ini.[2] Upacara ini digelar agar orang yang akan tinggal di bangunan tersebut merasa aman dan tenteram serta betah dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan (sakit, boros, marah, dan pertengkaran).[1]
Pelaksanaan
[sunting | sunting sumber]Upacara melaspas digolongkan dalam tiga kategori kemampuan dalam menggelar upacara, yakni:
- Kanista upacara yang diadakan tergolong kecil.[1]
- Madyaupacara yang diadakan tergolong menengah.[1]
- Utama upacara yang diadakan tergolong besar.[1]
Pelaksanaan upacara melaspas adalah sebagai berikut:
1. Ngayaban Caru atau dalam bahasa awamnya yakni mengantarkan sesajian dengan mantra:
- Mengundang sang Bhutakala.[1]
- Memberikan labaan.[1]
- Dan mengusir atau mengembalikan berbagai roh-roh yang tadinya tinggal atau mendiami bangunan tersebut ke tempat asalnya.[1] Dan kemudian menghadirkan Dewa Ghana yang diyakini sebagai Dewa Rintangan artinya untuk menghalangi hadirnya roh-roh pengganggu.[1]
2. Ngayaban Pamlaspas yang biasanya didahului dengan:
- Memberikan ucapan orti yang ditujukan pada mudra bangunan.[2]
- Memasangkan ulap-ulap pada bangunan yang mana disesuaikan dengan jenis bangunan.[2]
- Kalau bangunan merupakan tempat yang suci maka didasar bangunannya digali lubang untuk ditempatkan pedagingan dan dibagian puncaknya diisi dengan padma dari emas.[2]
- Pangurip-urip yakni arang bunga yang diulaskan pada tiap-tiap bangunan yang melambangkan Tri Murti: Brahmana, Wisnu, Iswara.[2] Banyak warga Hindu yang percaya bahwa bangunan yang telah didirikan tersebut memiliki roh hidup.[2]
- Ngayaban pas pamlaspas dan juga Ngayaban banten ayaban yang diawali dengan memberikan sesajian kepada Sanggah Surya atau sebatang bambu yang menjulang tinggi.[2]
- Ngayaban caru prabot.[2]
3. Ngeteg-Linggih Bila yang di Melaspas adalah tempat suci (palinggih), lalu upacaranya di tingkat madya dan nistaning utama bisa dilaksanakan sekaligus.[2]