Membangun Dunia Kembali
“Membangun Dunia Kembali" (To Build the World Anew) adalah pidato yang disampaikan oleh Presiden Soekarno dalam Sidang Umum PBB ke-15 pada 30 September 1960 di New York, Amerika Serikat. Dalam penyampaian pidato yang berdurasi 90 menit itu, Presiden Soekarno didampingi oleh ajudannya, Letnan Kolonel Sabur. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) mencatat pidato ini sebagai salah satu pidato terbaik dalam sejarah sidang PBB.[1]
Pada pidato itu, Presiden Soekarno memosisikan dirinya sebagai wakil dari negara-negara Asia dan Afrika dan menggaungkan anti-imperialisme dan anti-kolonialisme. Dia melayangkan kritik pada PBB yang dianggap belum mewakili secara global, seperti belum masuknya Republik Rakyat Tiongkok sebagai anggota PBB. Selain itu, dia menyinggung daerah Irian Barat yang pada waktu itu masih berada di bawah kekuasaan Belanda.[2]
Namun yang terpenting, Presiden Soekarno memperkenalkan dan menjabarkan Pancasila kepada dunia sebagai ideologi universal yang dapat digunakan di seluruh dunia.[3] Hal yang menarik adalah ketika dia mencetuskan nilai nasionalisme sebagai sila kedua. Ahli menafsirkan bahwa Presiden Soekarno ingin menekankan nasionalisme sebagai inti penting dalam kemerdekaan, sehingga mendahului internasionalisme dan kemanusiaan.[2]
Presiden Soekarno mengajak anggota PBB untuk mendukung dan mengakui negara-negara yang baru merdeka sebagai anggota yang setara dalam lingkungan internasional. Konsep pemikiran Soekarno inilah yang mendorong negara-negara lain untuk lebih aktif berpartisipasi dalam menciptakan perdamaian dunia, yang terwujud dalam Gerakan Non-Blok pada tahun 1961.[4]
Duta ANRI mengklasifikasikan pidato ini sebagai salah satu dari tiga pidato penting Presiden Soekarno, yang dikenal sebagai Tiga Tinta Emas Abad 20. Pidato lainnya adalah "Unity in Diversity Asia Africa" dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 18--24 April 1955 dan "New Emerging Forces" dalam Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok (KTT GNB) di Serbia pada tahun 1961.[5]
Pada tanggal 18 Mei 2023, arsip pidato "Membangun Dunia Kembali" ditetapkan sebagai Memory of the World (MoW) atau Warisan Ingatan Dunia UNESCO.
Warisan Ingatan Dunia
[sunting | sunting sumber]Sejak 2018, ANRI menominasikan arsip pidato ini sebagai Warisan Ingatan Dunia dengan nominasi tunggal dari Indonesia dan dukungan 7 negara, yaitu Belanda, Singapura, Vietnam, Laos, Filipina, Serbia, dan Aljazair.[2] Salah satu kriteria yang perlu dipenuhi adalah sumber-sumber arsip sebagai sarana identifikasi arsip statis yang mendokumentasikan pembacaan pidato "Membangun Dunia Kembali." Sumber-sumber arsip ini disusun oleh Direktorat Pengolahan dan Direktorat Preservasi pada seluruh arsip terkait di bawah ANRI.[1]
Bentuk arsip konvensional berupa arsip teks pidato sepanjang 28 lembar dari Lambertus Nicodemus (LN) Palar, arsip foto berjumlah 2 lembar foto dari Kementerian Penerangan (Kempen), lima gulungan film di Produksi Film Negara (PFN), dan 1 kaset rekaman suara dari Radio Republik Indonesia (RRI).[1]
Pidato ini menjadi satu satu dari 64 warisan dokumenter yang ditetapkan oleh UNESCO pada 24 Mei 2023. Arsip lain dari Indonesia yang masuk daftar Warisan Ingatan Dunia 2023 adalah arsip KTT GNB pertama di tahun 1961 dan Hikayat Aceh.[6]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Putro, Widhi Setyo (2021). "SUMBER-SUMBER ARSIP (GUIDE ARSIP) PIDATO PRESIDEN SUKARNO DI SIDANG UMUM PBB KE-15 NEW YORK, 30 SEPTEMBER 1960". Arsip Nasional Republik Indonesia. Diakses tanggal 2023-10-12.
- ^ a b c Sitompul, Martin (2020-04-25). "Pidato Sukarno Menuju Memori Dunia". Historia. Diakses tanggal 2023-10-17.
- ^ Tifada, Detha Arya (2021-04-19). "Pidato Soekarno To Build The World a New di PBB yang Menggetarkan Dunia". VOI. Diakses tanggal 2023-10-12.
- ^ "UNESCO Memory of the World Register". UNESCO. Diakses tanggal 2023-10-18.
- ^ Wisnubroto, Kristantyo (2023-05-30). "Pidato Soekarno Kini Jadi Milik Dunia". Indonesia.go.id. Diakses tanggal 2023-10-12.
- ^ Sinaga, Tatang Mulyana (2023-05-29). "Membaca Pidato Bung Karno yang Ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Dunia". Kompas. Diakses tanggal 2023-10-12.