Mopait, Lolayan, Bolaang Mongondow
Mopait | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sulawesi Utara | ||||
Kabupaten | Bolaang Mongondow | ||||
Kecamatan | Lolayan | ||||
Kode pos | 95771 | ||||
Kode Kemendagri | 71.01.14.2010 | ||||
Luas | 29,55 km2 | ||||
Jumlah penduduk | 2.000 jiwa | ||||
Kepadatan | 68 jiwa/km2 | ||||
|
Mopait adalah sebuah desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Kata Mopait dalam Bahasa Mongondow berarti Rasa Pahit. Bila ditelaah dalam hubungan Bahasa Etika di Masyarakat Mopait berkaitan dengan adanya rasa Kekeluargaan yang sangat tinggi sehingga berusaha selalu merendahkan diri dalam segala hal termasuk ungkapan bahasa dalam berdialog misalnya ketika mengajak makan dengan didahului ucapan mohon maaf karena hanya nasi belaka tanpa ikan dan sayur padahal sesungguhnya makanannya cukup lengkap, ketika ditanya harta bendanya akan dijawab hanya punya tanah sejengkal padahal kekayaannya melimpah dan lain sebagainya.Sehingga kata Mopait sesungguhnya ungkapan rasa rendah hati dari masyarakat tetapi sesungguhnya Hati dan raut muka masyarakat senantiasa manis setiap saat kapan dan di mana pun.
Terlepas dari Bahasa Etika tersebut di atas sesungguhnya Peradaban masyarakat Desa Mopait dimulai dari berkumpulnya sekelompok manusia dipinggiran sungai kecil dibagian Barat kira-kira 1,5 Km dari areal Desa Mopait saat ini dipimpin oleh seorang Kepala Suku yang pertama dan memimpin kelompok masyarakat ini kira-kira tahun 1892 bernama Pokol Pobela dibawa kepemimpinan Raja Ridel Manuel Manoppo di Kerajaan Bolaang Mongondow. Pada saat itu masyarakat diserang oleh wabah penyakit kulit yang menyebabkan banyak yang meninggal dunia.
Namun suatu ketika sungai kecil yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk mandi dan minum berubah warna bau dan rasanya menjadi pahit dan yang lebih menakjubkan masyarakat yang mandi dan mengambil air minum di sungai kecil tersebut sembuh dari wabah penyakit kulit, maka spontan saja masyarakat yang bermukim di sekitar sungai kecil itu memberinya nama Sungai Mopait yang berarti “rasa pahit” sampai dengan saat ini.
Setelah ditelusuri dihulu sungai tersebut ternyata ada pohon tumbang kedalam sungai dibagian hulu yaitu pohon yang dalam bahasa mongondow disebut ‘Pangkoi Deyangow” yang sampai saat inipun masih digunakan oleh masyarakat Mopait untuk mengobati Penyakit Kulit. Karena masyarakat yang hidup masih dalam kepercayaan Dinamisme sehingga mereka percaya bahwa Pemukiman tersebut sudah ada unsur mistiknya sehingga merekapun pindah ke wilayah Pemukiman baru yang ada sampai saat ini.
Kepemimpinan kepala suku berlangsung sampai dengan Tahun 1922 dan tecatat sebanyak 5 (lima) kepala suku yang memimpin Pedukuan Mopait sejak Tahun 1892. Tahun 1923 berubah menjadi Desa dan dipimpin oleh seorang Sangadi dan tercatat sudah 15 sangadi yang berhasil memimpin Desa Mopait sehingga sangadi yang memimpin saat ini adalah Sangadi yang ke-16, yaitu Bapak Ruslan Bonuot Ama. Pd. SE
Berbagai Peristiwa Heroikpun sempat terjadi di Desa Mopait diantaranya pada zaman pendudukan Jepang desa ini menjadi pusat pertempuran antara Pasukan sekutu dengan tentara Jepang karena Jepang membangun Lapangan terbang pada tahun 1942 sebagai pusat pertahanan tentara Jepang Bolaang Mongondow di Desa Mopait sehingga pada saat serangan sekutu di Bolaang Mongondow Desa Mopait menjadi pusat serangan sekutu untuk mengusir Jepang dari Bolaang Mongondow.
Begitu pula pada Peristiwa Permesta tahun 1957 sampai dengan tahun 1959 ditempat ini pula terjadinya pertempuran pertama antara Tentara Pusat atau TNI yang datang dari arah Selatan dan dibantu oleh masyarakat setempat yang dikomandoi oleh Kapten Daan Olii berhadapan dengan tentara Permesta dikomandoi oleh Kapten Mawikere dan Kapten Pantouw yang datang dari arah Kotamobagu dengan dibatasi oleh Sungai Ongkag yang membelah Desa Mopait sebagai pusat pertahanan masing-masing pihak.(Kapten Daan Olii tercatat pernah menjabat Bupati di Bolaang Mongondow).
Profil
[sunting | sunting sumber]Desa Mopait adalah salah satu Desa di Kecamatan Lolayan yang memiliki wilayah terluas dari 14 Desa di Kecamatan Lolayan. Dimana luas wilayah kurang lebih 2.955 Ha.
Jumlah penduduk desa mopait adalah 1983 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1072 jiwa dan perempuan 911 jiwa dari 525 Kepala Keluarga.
Dalam bidang Pendidikan memiliki jumlah Sarjana terbanyak di Kecamatan Lolayan bahkan ada yang sudah berpendidiksn S3 atau Doktor. Jumlah Drop Outpun terbilang terkecil di Kecamatan Lolayan. Ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan cukup tinggi.
Sumber Daya kelembagaan didesa Mopait saat ini sebagai Mitra kerja Pemerintah Desa adalah Badan Permusyawaratan Desa (BPD), LPM, Lembaga Adat, Karang Taruna dan lembaga lain termasuk organisasi-organisasi politik.
Jumlah masyarakat miskin di desa Mopait juga tercatat paling sedikit di Kecamatan Lolayan. Hal ini dibuktikan dengan jumlah penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang hanya berjumlah 42 orang dari 525 Kepala Keluarga.
Kepedulian masyarakat juga terhadap Pembangunan sarana dan prasarana juga cukup tinggi karena hampir semua fasilitas umum dibangun secara swadaya oleh masyarakat Sekolah Dasar yang dibangun pertama secara swadaya dan sampai saat ini masih ada 3 bilik ruangan kelas yang masih bertahan. Balai Desa inipun dibangun secara swadaya pada tahun 1978 dan merupakan Balai Desa terbesar di Bolaang Mongondow waktu itu. Dan saat ini juga sudah direncanakan untuk direhab setelah Pembagunan Masjid rampung.
Pembangunan Masjid yang saat ini sedang dalam perampungan dengan swadaya masyarakat yang diperkirakan menelan biaya hampir 1 milyard rupiah. Pembangunan lainya yang juga merupakan swadaya masyarakat diantaranya Tribun Olahraga, Pengadaan Tanah-tanah milik desa,Taman Kanak-kanak,Pembukaan jalan-jalan lorong bahkan jalan perkebunan dan lain sebagainya serta tetap terpelihara sampai saat ini dengan jalan melaksanakan kerja bakti rutin setiap saat untuk pemeliharaan fasilitas umum tersebut.
Dalam bidang kesehatan masyarakat Desa Mopait juga saat ini mempunyai kesadaran yang cukup sehingga penyakit yang dulu sangat meresahkan masyarakat seperti TBC, Kusta, ISPA semakin sedikit yang penderitanya. Setiap rumah juga diwajibkan memiliki WC atau Jamban sehingga kebiasaan masyarakat yang dahulu terbiasa buang air, mandi dan mencuci dan buang sampah di sepanjang sungai saat ini sudah terkikis habis. Hal ini berkat penyuluhan dan Pemberian pemahaman betapa pentingya hidup sehat kepada masyarakat secara luas.
Sumber Daya Alam di desa Mopait yang cukup menonjol adalah Lokasi Pertambangan Emas yang cukup luas sehingga saat ini ada satu lokasi sebagai wilayah Pertambangan Rakyat juga saat ini ada beberapa investor baik dalam negeri maupun luar negeri saat ini sedang melaksanakan eksplorasi pertambangan emas dalam wilayah kepolisian Desa Mopait.
Kamtibmas di desa Mopait sangat kondusif bahkan sampai saat ini menjadi barometer keamanan di Kecamatan Lolayan karena sampai saat ini belum pernah terjadi Tingkat criminal yang tergolong berat seperti penganiayaan dengan senjata tajam apalagi Pembunuhan belum pernah terjadi di Desa Mopait.
Kerukunan antar umat beragama cukup terpelihara meskipun ada dua agama yaitu Muslim dan Kristiani namun selalu hidup berdampingan, saling membantu dengan penuh kekeluargaan dan masing-masing bebas melaksanakan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya. Berbagai organisasi keagamaan cukup berkembang Tahun 2008 BKMT Desa Mopait mengirimkan seorang anak TK untuk mengikuti Festival Anak Saleh Tkt Nasional di Jakarta mewakili Sulawesi Utara dan berhasil meraih Juara Harapan III dan pada bulan Mei tahun 2009 ini BKMT Desa Mopait mewakili Bolaang Mongondow pada Lomba Cerdas Cermat BKMT tingkat Provinsi Sulawesi Utara dan berhasil menggondol Juara I.
Perkembangan Kebudayaan di Desa Mopait tidak ketinggalan bahkan di Desa ini terdapat sebuah Sanggar Budaya yaitu Sanggar Mokosambe yang cukup terkenal di Kabupaten Bolaang Mongondow bahkan berkali-kali melakukan pementasan di luar Daerah termasuk menggelar Seni Budaya Daerah di Taman Mini Indonesia Indah. Bahkan pada Pagelaran Penari Kabela terbanyak untuk rekor MURI tampil Penabuh Gendang terkecil di dunia dari sanggar Mokosambe dan tercatat di rekor MURI karena baru berumur 4 tahun.
Prestasi yang pernah dicapai oleh Desa Mopait diantaranya:
- Tahun 1985 menjadi Juara I Lomba Desa P2WKSS Provinsi Sulawesi Utara.
- Juara I Lomba Desa UPGK Tkt Provinsi Sulawesi Utara Tahun 1985
- Juara II Lomba Desa Tkt Provinsi Sulawesi Utara Tahun 1987
- Juara II Lomba Desa PKK Teladan Tkt Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 1987
- Juara I Lomba Desa Tingkat Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2009
- Juara III Lomba Desa Tkt Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009
- Juara I Lomba UP-FMA Tingkat Nasional Tahun 2010
- Juara I Lomba Bina Keluarga BALITA Tahun 2011 Tkt Provinsi Sulawesi Utara
adalah sebuah desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.