Nasi katok
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Gaya atau nada penulisan artikel ini tidak mengikuti gaya dan nada penulisan ensiklopedis yang diberlakukan di Wikipedia. |
Nasi katok merupakan makanan yang khas dari Brunei Darussalam. Sebagai makanan pokok mayoritas negara Asia, nasi dapat dengan mudah ditemukan pada setiap menu di sejumlah negara di Asia. Cara pembudidayaan Padi yang mudah serta memiliki kandungan gizi yang tinggi, nasi umumnya digunakan sebagai makanan pokok warga negara Asia. Begitu juga dengan nasi katok yang menjadikannya makanan sehari-hari untuk dikonsumsi oleh masyarakat Brunei. Penyajian nasi katok dengan menggunakan wadah plastik makanan, menjadikan nasi katok sebagai makanan cepat saji khas Brunei. Nasi katok mudah ditemui di distrik-distrik Brunei. Mulai dari kedai hingga restoran menyajikan menu ini. Bagi masyarakat Indonesia, nasi katok tidak jauh berbeda dengan nasi bungkus yang biasa terdapat di Indonesia, satu porsi nasi katok sudah mencakup lauk pauk di dalamnya.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Katok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti celana, tetapi penamaan katok sendiri pada nasi katok khas Brunei bukan didasarkan pada hal tersebut. Asal usul nasi katok sendiri berdasarkan informasi yang berkembang di masyarakat Brunei, berasal dari lingkungan Mabohai dimana sepasang suami istri keturunan China yang menjual nasi dengan potongan ayam. Kemudian nasi katok berkembang menunya dengan tambahan sambal dan kuah daging. Nama katok sendiri muncul dikarenakan pada awal kemunculannya nasi tersebut hanya dijual pada siang hari dan bagi para pekerja yang mendapatkan bagian jam kerja malam ketika ingin makan nasi tersebut harus mengetuk pintu rumah penjualnya. Ketukan pintu di malam hari yang berbunyi "Knock..knock" dalam bahasa inggris, menjadikan nasi tersebut memiliki sebutan nasi katok.
Nasi katok berisi nasi yang terbuat dari nasi pulen dengan ayam goreng yang ditepungi dan ditambahkan dengan dua pilihan sambal yaitu pedas dan tidak, serta dibungkus dengan menggunakan bungkus nasi atau pembungkus makanan plastik. Pembeli yang membeli dipersilahkan untuk memilih potongan ayam yang diinginkan kemudian sambal yang disukai, lalu penjual membungkus pesanan tersebut dan pembeli dapat langsung pergi setelah membayarnya. Harga untuk satu porsi nasi katok rata-rata satu dolar.[2] Harga untuk satu porsi nasi katok pada setiap tempat di distrik Brunei umumnya sama, yakni satu dolat. Hal yang membedakan nasi katok satu dengan lainnya terdapat pada kualitas bahan serta olahan sambalnya. Isi sambal nasi katok terbuat dari ikan teri, ikan bahai dan ikan bilis.[3] Nasi katok menjadi destinasi wisata kuliner turis mancanegara khususnya dari Indonesia ketika berkunjung ke Brunei Darussalam.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-12-01. Diakses tanggal 2017-11-25.
- ^ http://www.tribunnews.com/lifestyle/2013/08/14/berkunjung-ke-brunei-jangan-lewatkan-menyicipi-nasi-katok-nan-lezat
- ^ http://widhiaanugrah.com/resep-masakan-nasi-sambal-katok-yang-lezat/#forward