Lompat ke isi

Nebelwurfgerät

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Nebelwurfgerät yang dipasang di kubah Tiger I.

Nebelwurfgerät adalah peluncur yang dipasang pada kubah tank digunakan untuk menyebarkan granat asap Schnellnebelkertze 39. Alat ini biasanya ditemukan pada tank Jerman dari tahun 1942 hingga 1943.

Deskripsi

[sunting | sunting sumber]

Nebelwurfgerät dipasang dalam dua set dengan masing-masing tiga tabung peluncur, satu di setiap dinding samping depan kubah[1] dengan masing-masing peluncur berkaliber 9 sentimeter (3,5 in) dan sepanjang 15 sentimeter (6 in). Tabung peluncur paling atas diorientasikan ke depan dan miring sedikit ke arah luar sementara tabung tengah dan bawah dipasang pada sudut yang semakin rendah tetapi dengan sudut ke luar yang semakin besar.[2] Enam granat asap dibawa, satu di setiap tabung peluncur.[1]

Granat tersebut dikeluarkan dari masing-masing tabung oleh primer Zündschraube C 23[3] yang ditembakkan secara elektrik dari enam tombol tekan berlabel Nebelkerzen,[4] tombol-tombol ini dikelompokkan dalam dua set yang masing-masing berjumlah tiga, terletak di kubah sebelah kiri dan kanan dari posisi komandan dan di depan kupolanya. Tidak ada cadangan granat asap, primer atau tabung peluncur yang dibawa.[1] Mulai bulan Agustus 1942, Wegmann menyiapkan kubah untuk pemasangan dengan mengelas braket pemasangan ke sisi menara dan mengebor lubang untuk kabel sehingga pasukan dapat memasang perangkatnya sendiri. Nebelwurfgerät lengkap dipasang oleh pabrik perakitan mulai Oktober 1942.[5] Selama aksi yang dilaporkan pada bulan Februari 1943, tembakan senjata kecil musuh secara tidak sengaja telah memicu granat asap di dalam tabung peluncur mereka yang mengakibatkan pembutaan dan pelumpuhan sementara kinerja kru tank. Karena bahaya ini, Nebelwurfgerät tidak lagi dipasang setelah Juni 1943[3] dan perangkat ini akhirnya digantikan oleh Nahverteidigungswaffe.[6]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Fletcher (1986), p. 94
  2. ^ Culver (1992), p. 79
  3. ^ a b Jentz (2009), p. 60
  4. ^ Fletcher (2011), p. 127
  5. ^ Jentz (1999), p. 78
  6. ^ Zaloga (2016), p. 33

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]