Olahraga amatir
Olahraga amatir adalah kegiatan olahraga yang dilakukan karena ingin mengembangkan minat atau hobi dan kesenangan saja. Tujuan dari olahraga amatir bukan untuk menjadikannya profesi untuk mendapatkan uang. Karena olahraga amatir merupakan olahraga yang dilakukan atas kecintaan atau kegemaran berolahraga.[1] Melalui pengembangan dan rasa senang tersebut banyak atlet amatir yang menjadi atlet profesional. Hal tersebut membuka peluang lapangan kerja bagi seluruh masyarakat untuk menjadi atlet profesional.[2] Di Indonesia, para pecinta olahraga amatir bisa memiliki hak untuk berkontribusi melalui klub olahraga, hal tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 Pasal 28 tentang sistem keolahragaan nasional. Di dalamnya memuat bahwa para atlet amatir mendapatkan pembinaan dan pengembangan sesuai olahraga yang diminatinya. Prestasi tersebut bisa didapatkan melalui kejuaraan olahraga pada semua tingkatan setelah melalui seleksi di kompetisi tersebut, dan memperoleh kemudahan izin dari instansi untuk mengikuti kegiatan keolahragaan daerah, nasional, dan internasional.[3]
Karakteristik
[sunting | sunting sumber]Istilah olahraga amatir lahir karena hegemoni
[sunting | sunting sumber]Pemberian slogan amatir terhadap olahraga merupakan sikap pengecualian bagi individu yang tidak bisa masuk ke dalam kelas tertentu karena tidak mencukupi dari segi ekonomi. Di abad ke-19, olahragawan harus lahir dari seorang bangsawan, dan diutamakan laki-laki. Seorang amatir dalam olahraga harus memiliki modal tersendiri untuk menjadi seorang atlet, karena tidak memperoleh penghasilan dari partisipasi olahraga.[4]
Sering dimanfaatkan oleh industri olahraga
[sunting | sunting sumber]Para atlet amatir biasanya sering dimanfaatkan oleh industri olahraga, alasannya karena para atlet tersebut bisa dibayar dengan rendah. Industri atau klub olahraga kadang-kadang menggunakan konsep ini untuk mengeksploitasi tenaga kerja amatir sambil mengumpulkan kekayaan yang cukup besar untuk diri mereka sendiri.[4]
Atlet Amatir
[sunting | sunting sumber]Molly Summerhayes dan Katie Summerhayes
[sunting | sunting sumber]Katie dan Molly berasal dari Inggris, mereka adalah atlet ski. Mereka memulai semuanya dari rasa gemar bermain ski. Perjalanan kariernya dimulai ketika mereka mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba ski es gaya bebas. Berawal dari perlombaan biasa, kini mereka menjadi atlet ski es profesional dan menjadi kebanggan untuk Inggris.[5]
Daud Yordan
[sunting | sunting sumber]Daud Yordan merupakan atlet profesional di bidang tinju. Ia merupakan salah satu petinju unggulan dari Indonesia. Beberapa prestasinya yaitu menjadi juara dunia dalam kompetisi IBA untuk kategori kelas ringan pada tahun 2019. Ia berasal dari atlet amatir. Karena untuk menjadi atlet profesional dalam cabang olahraga tinju, para atlet harus merasakan menjadi atlet amatir terlebih dahulu.[6] Para petinju harus melewati jenjang amatir karena agar lebih siap bertarung dan menghindarkan diri dari cedera dan kecelakaan ketika bertanding di atas ring. Selain itu, dalam jenjang amatir para calon petinju profesional dilatih agar kuat dalam hal fisik, dan stamina. Jenjang amatir dalam cabang olahraga tinjua memiliki beberapa tingkatan, pertama kompetisi tingkat yunior, kedua kompetisi tingkat youth, dan ketiga kompetisi senior.[7]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Sugiyanto (2018). "Pengembangan Olahraga dan IPTEK Keolahragaan di Era Millenium" (PDF). Pasca UNS. hlm. 3.
- ^ Adi, Sapto; Mu'arifin (2001). "Sosiologi Olahraga" (PDF). FIK UM. hlm. 40.
- ^ Presiden Republik Indonesia (2005). "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional" (PDF). DPR. hlm. 3.
- ^ a b EITZEN, D. STANLEY (2016). "The Sociology of Amateur Sport: an Overview". citeseerx. hlm. 97-99.
- ^ Adam, Imanuddin (2017). "Berawal dari Hobi, Kakak Beradik Cantik ini Malah Jadi Atlet Ski Es Profesional - Bolasport.com". www.bolasport.com. Diakses tanggal 2022-02-27.
- ^ Nurmansyah, Rizki (2020). "Mau Jadi Petinju Profesional? Ini 3 Syarat yang Harus Dipenuhi". suara.com. Diakses tanggal 2022-02-27.
- ^ Makitan, Gadi (2013). "Petinju Profesional Harus Melalui Jenjang Amatir". Tempo. Diakses tanggal 2022-02-27.[pranala nonaktif permanen]