Lompat ke isi

Operasi Sakura pada Malam Hari

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Operasi Sakura pada Malam Hari
Bagian dari Perang Pasifik dalam Perang Dunia II
Tanggal22 September 1945
LokasiCalifornia Selatan, Amerika Serikat
Hasil Dibatalkan setelah menyerahnya Jepang pada 15 Agust 1945
Pihak terlibat
 Amerika Serikat  Kekaisaran Jepang
Tokoh dan pemimpin
Kekaisaran Jepang Shirō Ishii

Operasi Sakura pada Malam hari adalah sebuah rencana tahun 1945 yang dikembangkan oleh Shiro Ishii untuk melancarkan perang biologis terhadap pusat-pusat penduduk sipil di California Selatan di Amerika Serikat pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia II dengan menggunakan patogen-patogen yang dibuat oleh beberapa anggota Ishii di Unit 731.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Unit 731 khusus diciptakan oleh pihak militer Jepang di Harbin yang kemudian berada di Manchukuo yang dikuasai Jepang untuk meneliti senjata biologi dan kimia yang melakukan eksperimen terhadap manusia, baik laki-laki, perempuan, anak-anak, maupun bayi, yang merupakan tawanan kejahatan biasa atau korban perang. Selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua dan kemudian Perang Dunia II, Jepang telah memasukkan bibit penyakit pes, kolera, cacar, botulisme, antraks, dan penyakit-penyakit lainnya ke dalam bom mereka yang secara rutin dijatuhkan di tempat-tempat kombatan dan non-kombatan. Menurut Simposium Internasional tentang Kejahatan-Kejahatan Perang Bakteriologis tahun 2002, jumlah orang yang tewas akibat perang kuman dan eksperimen manusia Angkatan Darat Kekaisaran Jepang sekitar 580.000 jiwa.[1] Menurut sumber lain, "puluhan ribu dan mungkin sebanyak 400.000 orang Tionghoa meninggal karena penyakit pes, kolera, antraks, dan penyakit lainnya" akibat penggunaan senjata biologis.[2]

Selama beberapa bulan pertama perang dengan Amerika Serikat setelah serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang juga sebelumnya telah berencana untuk menggunakan senjata biologis terhadap Amerika. Dalam Pertempuran Bataan pada Maret 1942, Jepang dianggap telah melepaskan 200 pon kutu pembawa penyakit, sekitar 150 juta serangga, masing-masing dalam sepuluh serangan terpisah. Tetapi, menyerahnya pasukan Amerika menjadikan rencana itu tidak diperlukan. Pada awal Juli 1944 dalam Pertempuran Saipan, ketika perang berlangsung antara A.S. melawan Jepang, kutu-kutu terinfestasi penyakit wabah lagi-lagi ingin digunakan untuk melawan kombatan Amerika. Tetapi, kapal selam Jepang yang membawa kutu-kutu itu ditenggelamkan oleh kapal selam Amerika USS Swordfish di lepas pantai Chichi-jima. Sekitar November 1944, Jepang berhasil meluncurkan total 9.300 bom-bom bakar dan antipersonnel yang dibawa oleh balon yang dirancang untuk naik ke ketinggian 30.000 kaki, yang tersapu ke arah timur oleh arus jet ke daratan Amerika Serikat. Bom-bom itu menewaskan enam warga sipil Amerika di dekat Bly, Oregon, menabrak sebuah peternakan di Medford, Oregon, dan menyebabkan arus pendek pada jaringan kabel yang memasok listrik untuk pompa pendingin reaktor nuklir di fasilitas produksi Proyek Manhattan di Situs Hanford, Washington (tetapi perangkat keselamatan cadangan memulihkan listrik dengan segera).[3] Dalam Pertempuran Iwo Jima, serangan biologis lain dipertimbangkan untuk melawan invasi Amerika. Pilot Shoichi Matsumoto kemudian menceritakan cara dua pesawat layang membawa patogen yang seharusnya ditarik ke atas pertempuran dan dilepaskan, tapi pesawat layang,yang seharusnya lepas landas dari daratan Jepang ke pangkalan udara Matsumoto di Distrik Pingfang untuk persiapan serangan, tidak sampai di tujuan.[4]

Rencana operasional

[sunting | sunting sumber]

Pada bulan-bulan terakhir masa perang, Ishii mempersiapkan serangan jarak jauh terhadap Amerika Serikat. Operasi serangan itu diberi nama sandi "Sakura pada Malam Hari". Dalam operasi, pesawat terbang digunakan untuk menyebarkan wabah penyakit di atas California Selatan pada malam hari. Rencana itu dimatangkan pada 26 Maret 1945. Lima kapal selam jarak jauh kelas I-400 yang baru dikirim melintasi Samudra Pasifik. Masing-masing membawa tiga pesawat Aichi M6A Seiran yang mengangkut kutu-kutu terinfeksi penyakit. Semua kapal selam itu muncul di permukaan dekat San Diego dan meluncurkan pesawat menuju target, baik untuk menjatuhkan bom-bom balon berisi penyakit atau untuk jatuh di wilayah musuh. Dengan kedua cara itu, penyakit kemudian akan menginfeksi orang-orang di area itu dan membunuh mungkin puluhan ribu orang. Misi itu sangat berrisiko bagi para pilot dan awak kapal selam, menyerupai suatu misi kamikaze satu arah. Seorang pilot yang berada di bawah komando Ishii, Ishio Kobata, mengingat kembali rencana itu tahun 1998:

Operasi direncanakan dimulai pada 22 September 1945, tapi tidak terealisasi karena Jepang menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945, yang menjadikan operasi itu tidak pasti. Arata Mizoguchi, seorang komandan Unit 731 pada Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, mengatakan bahwa hingga 15 Agustus 1945 hanya tiga I-400 yang dibuat, tapi diestimasikan bahwa sebelum 2 September, dua atau tiga I-400 tambahan selesai dibangun, dan ternyata pada saat itu perang telah berakhir.[5][6][7][8]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Daniel Barenblatt, A Plague upon Humanity, 2004, p.xii, 173.
  2. ^ Christopher Hudson (2 March 2007). "Doctors of Depravity". London: Daily Mail. 
  3. ^ History of the Plutonium Production Facilities at the Hanford Site Historic District, 1943-1990 Retrieved 27 April 2007 Diarsipkan November 10, 2006, di Wayback Machine.
  4. ^ Tom Mangold, Jeff Goldberg, "Plague Wars: The Terrifying Reality of Biological Warfare, page 24-25, 0-3122-6379-1
  5. ^ Geoghegan, John (March 18, 2014). Operation Storm: Japan's Top Secret Submarines and Its Plan to Change the Course of World War II. Broadway Books. hlm. 312. ISBN 0-7704-3573-4. 
  6. ^ "Weapons of Mass Destruction - Plague as Biological Weapons Agent". GlobalSecurity.org. Diakses tanggal December 21, 2014. 
  7. ^ Amy Stewart (April 25, 2011). "Where To Find The World's Most 'Wicked Bugs' - Fleas". National Public Radio. 
  8. ^ Russell Working (June 5, 2001). "The trial of Unit 731". The Japan Times.