Pacing, Wedi, Klaten
Tampilan
Pacing | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Klaten | ||||
Kecamatan | Wedi | ||||
Kode pos | 57461 | ||||
Kode Kemendagri | 33.10.03.2003 | ||||
Luas | - (tolong informasinya) | ||||
Jumlah penduduk | - | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Pacing adalah desa di kecamatan Wedi, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia.
Sejarah desa Pacing sendiri adalah berasal dari nama sebuah pohon langka besar yang tumbuh di pekarangan bapak H Sahono.Konon sebuah pohon besar tersebut yang dinamakan pohon Pacing.Pohon raksasa tersebut sudah tidak ada lagi setelah ditebang bapak H Sahono selaku pemiliknya karena menurutnya banyak yang menganggap pohon tersebut mengandung unsur mistisnya sehingga perlu untuk di tebang saja.
Desa Pacing terdiri atas dusun Pacing, Tegalsari dan Karangasem. Dimana penduduknya hampir sebagian besar adalah masyarakat petani. kehidupan para petani ditentukan oleh hasil panen pertanian yang bergantung pada kondisi musim hujan dan kemarau, dalam waktu satu tahun apabila cuaca teratur antara musim hujan dan kemarau maka hasil pertanian dalam satu tahun bisa 3 kali panen. tetapi apabila lebih panjang kemaraunya maka dalam satu tahun hanya 2 kali panen.Namun seiring perjalanan waktu, semakin bertambah penduduk yang bukan lagi mengandalkan pertanian, tetapi bertumpu pada sektor industri dan jasa(Darmadi) Putra-putra Desa Pacing lebih banyak yang pergi ke kota ketika mereka sudah menyelesaikan pendidikannya. Sebagian besar berhasil menjadi pejabat di pemerintahan dan sektor swasta. Namun sebagian kembali de desa karena merasa terpanggil untuk mengembangkan desanya. Pendidikan sangat berkembang, kesadaran akan pendidikan sudah tinggi. Hal ini dapat dilihat kalau pagi hari deretan siswa-siswi bersepeda berangkat ke sekolah. Apalagi sekarang ini sekolah-sekolah menengah jaraknya sudah sangat dekat. Ayo putra-putra desa Pacing berikan sumbang saran untuk membangun desa.Saat lebaran idul Fitri biasanya banyak putra-putri desa mudik untuk bersilaturahim dengan sanak saudara. Saat itulah biasanya para remaja memanfaatkan untuk membuat acara halal-bihalal, sebagian besar penduduk baik remaja putra dan putri, para orang tua, alim ulama, pemuka desa dan para pejabat pemerintahan desa bertemu bersilaturahim dan saling memaafkan (suntingan dari Darmadi)