Pagat, Batu Benawa, Hulu Sungai Tengah
Pagat | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Kalimantan Selatan | ||||
Kabupaten | Hulu Sungai Tengah | ||||
Kecamatan | Batu Benawa | ||||
Kode pos | 71371 | ||||
Kode Kemendagri | 63.07.02.2002 | ||||
Luas | 2,20 km² | ||||
Jumlah penduduk | 2066 jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Pagat adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Desa Pagat merupakan desa yang berada di dataran tergolong tinggi dari daerah-daerah lain di wilayah Kecamatan Batu Benawa. Asal usul Desa Pagat tidak terlepas dari legenda Raden Panganten, sejenis cerita Malin Kundang -pemuda yang dikutuk ibunya kemudian menjelma jadi batu- seperti di pantai Sumatera Barat, hanya saja nama dan jalan cerita agak berbeda. Seorang ibu bernama Diang Ingsun mempunyai anak lelaki bernama Raden Penganten, anak durhaka yang kemudian dikutuk oleh sang ibu dan kapal serta isinya kemudian menjadi batu. Batu besar yang kemudian menjadi sebagian dari pebukitan di Desa Pagat, hingga kini ramai dikunjungi orang, terutama di hari-hari libur. Tepian dari sungai Benawa banyak dihiasai oleh batu-batu besar, air sejuk dan bersih yang menetes di sela-selanya, pohon rindang. Nama Desa Pagat diambil dari putusnya tali kapal Raden Panganten.
Desa Pagat sudah terbentuk dari penjajahan Belanda. Bangunan sisa–sisa peninggalan Belanda di antaranya jembatan yang menghubungkan Desa Bundung Raya dengan Desa Kabun yang bertuliskan tahun pembuatannya, yaitu 1934 namun jembatan tersebut sudah runtuh.