Lompat ke isi

Pantun Melayu Indragiri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pantun Melayu Indragiri adalah pantun yang diucapkan oleh anak negeri Indragiri di dalam wilayah maupun di luar Indragiri.

Pantun, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah salah satu bentuk puisi Indonesia yang berasal dari Melayu, tiap baris (kuplet) biasanya empat baris yang bersajak (a-b - a-b), tiap baris biasanya berisi empat kata. Baris pertama dan kedua disebut sampiran yang merupakan tumpuan untuk baris ketiga dan keempat. Baris ketiga dan keempat itu disebut isi.[1]

Tenas Effendy, Budayawan Melayu, memasukkan pantun ke dalam kelompok Tunjuk Ajar Melayu. Yaitu, segala jenis petuah, petunjuk, nasehat, manah, pengajaran dan contoh teladan yang bermanfaat dalam kehidupan manusia, untuk membimbing manusia ke jalan lurus yang diridhoi Allah Swt, yang berkahnya menyelamatkan manusia menjalani kehidupan di dunia untuk menuju akhirat kelak.[2]

Manfaat Pantun

[sunting | sunting sumber]

Selain sebagai seni (sentuhan terhadap jiwa / rohani), Pantun Melayu Indragiri lebih bermanfaat untuk menarik perhatian audiens sehingga lebih fokus dalam menyimak tutur kata pembicara. Sebaliknya, penutur Pantun / pembicara terlebih dahulu fokus, karena Pantun yang akan dilantunkannya bukan hanya tidak boleh salah, juga harus mengikuti kaedah-kaedah Pantun Indragiri.

Dulu, menurut orang tua-tua Melayu Indragiri, Pantun merupakan mantra-mantra yang terkelompok sebagai Pitunang, yaitu mantra-mantra yang dapat menyebabkan pendengarnya sangatlah fokus. "Burung terbang jadi hinggap, angin bertiup jadi berhenti, air mengalir jadi tunak". Begitu ungkapan Orang Melayu Indragiri mana kala Pitunang diucapkan.

Menurut Tenas Effendy manfaat tunjuk ajar Melayu (Pantun) ini amat besar dan berniai positif bagi kehidupan di dunia dan akhirat, baik bagi pribadi, maupun bagi masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dalam Melayu, manfaatnya tidak berbad (manfaatnya amat luas, tidak dapat dihingga-hingga).

Pantun Sehari-hari

[sunting | sunting sumber]

Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu Indragiri adakalanya menggunakan pantun pada percakapan. Biasanya digunakan untuk suruh tegah, menyindir, mengingatkan atau bergurau. Pantun sehari-hari ini sudah sangat lazim didengar, sehingga sering penuturannya tidak tuntas dua sampiran dan dua isi. Saat penutur menyebut satu sampiran saja misalnya, pendengar sudah faham maksudnya. Beberapa pantun sehari-hari masyarakat Melayu Indragiri sebagai berikut:


Buah klatak,
Buah klutuk,
Badan letak,
Matapun mengantuk.

letak artinya penat atau capek.

Jikalau ada pelita,
Mengapa harus pakai lilin,
Jikalau ada punya kita,
Mengapa harus cari yang lain .

Kura-kura dalam perahu,
Perahu membawa gula,
Pura-pura tidak tahu,
Sudah tahu bertanya pula.

Asam kandis asam gelugur,
Ketiga dengan asama si riang-riang,
Menangis mayat di pintu kubur,
Teringat badan tidak sembahyang.

Macam koli,
Tak tau dianyo,
Tak tau diri,
Awak ni siape.

Pantun Wisuda / Perpisahan Sekolah

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini beberapa contoh Pantun pada acara Wisuda Sarjana di Perguruan Tinggi atau acara Perpisahan Siswa Kelas VI, IX atau XII.

Kuat batangnya si Melapari
Bagus dibuat bahan lemari
Selamat datang tuan-tuan, puan-puan dan encik-encik di ITB Indragiri
Kampus harapan anak negeri

Ke Singkayan mencari ikan kepala timah
Ikan ditangkap pakai lukah
Kepada orang tua wisudawan diucapkan tahniah
Jerih payah kini berbuah sudah

Keratau banyak di hulu
Tinabung berbunga belum
Merantaulah anak dahulu
Jikalau di kampung berguna belum.

Kalau hendak pergi ke pekan
Hiu beli, belanak beli, ikan panjang beli dahulu
Jikalau anak hendak berjalan
Ibu cari, munsanak cari, induk semang cari dahulu.

Sialang godang di tepian Indragiri
Bunganua jatuh di air mengalir
Di kampung orang pandailah membawa diri
Berkata merendah-rendah, berjalan jangan menengadah, mandi di hilir-hilir

Bawa adik pergi berguru
Udang galah dimasak bawang
Yang baik di ITB Indragiri silah ditiru
Yang salah bolehlah dibuang

Lewat Koto Medan ke Baserah
Buang sauh di Kuala Tungkal
Selamat jalan selamat berpisah
Kenang jualah kami yang tinggal

Pantun Olahraga dan Kegiatan Lainnya

[sunting | sunting sumber]

Teras pendopo bewarna merah
Ditaja oleh Hang Tuah
Atas terselenggaranya ekspo diucapkan tahniah
Semoga membawa berkah

Kayu lurus dalam negeri
Disebut tuan kayu Tembesi
Maju terus ITB Indragiri
Jemput kejayaan raih prestasi

Daftar Pustaka

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ M. Moeliono, Anton.dkk (Penyunting / Penyelia) (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. hlm. 647. 
  2. ^ Effendy, Tenas (2004). Tunjuk Ajar Melayu (Butir-Butir Budaya Melayu Riau). Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Penerbit AdiCita. hlm. 7. ISBN 979-9246-82-2.