Lompat ke isi

Parit, Cempaga Hulu, Kotawaringin Timur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Parit
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Tengah
KabupatenKotawaringin Timur
KecamatanCempaga Hulu
Kode pos
74359
Kode Kemendagri62.02.13.2003 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 2°9′12.40592″S 112°59′11.06552″E / 2.1534460889°S 112.9864070889°E / -2.1534460889; 112.9864070889

Parit adalah desa yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cempaga. Secara Administratif letak Geografis Desa Parit berada di kecamatan Cempaga Hulu, Kotawaringin Timur, provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Masyarakat Asli Desa Parit adalah Suku Dayak Tamuan yang merupakan sub suku dari Suku Dayak Ngaju. Penduduk Desa ini menggunakan Bahasa Tamuan untuk berkomunikasi dilingkungan sosialnya sekaligus merupakan Bahasa Primer kemudian disusul Bahasa Ngaju sebagai bahasa Sekunder. Asal usul Kata "Parit" sendiri sebagai Nama Desa mempunyai nilai yang syarat akan sejarah yang luhur yaitu zaman asang kayau yang diambil dari istilah Parit yang berarti lubang panjang ditanah tempat aliran air. Pada Zaman Dahulu sebelum adanya Perjanjian Tumbang Anoi (1894) dimana sesama Suku Dayak saling berperang dalam tradisi Ngayau sehingga menurut Perkiraan Tahun 1800- 1850 Suku Dayak Tamuan di Desa Parit Pernah diserang oleh Asang Johor (menurut Analisa Penulis diduga Suku dayak dari dataran Sarawak dan Johor Malaysia) sehingga Suku Dayak Tamuan bertahan dengan cara membuat lubang jebakan atau Parit yang besar dan panjang untuk menjebak para pengayau yang ingin menyerang Desa dengan memasang Bambu runcing didalam Parit tersebut. Parit yang telah dibuat tersebut kemudian pada bagian tembok atau sisi vertikalnya dilumuri dengan Buah yang licin yang disebut Buah Jaholie kemudian lubang atau Parit itu sendiri ditutup dengan Daun atau kayu sebagai kamuflase seolah-olah tidak ada lubang sehingga apabila Musuh atau Asang jatuh kedalam Parit maka akan langsung tewas seketika. Menurut Penutur Asli atau Tokoh Dayak Tamuan (Bpk. UGOI A. BUNU) konon Suku Dayak Tamuan berladang selama 2 Tahun lamanya untuk mengumpulkan Buah Jaholie (Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan buah Jali-Jali) Mayoritas Penduduk didesa ini beragama kaharingan dan kristen serta katolik kemudian Islam.