Paulus Manurung
Paulus Manurung | |
---|---|
Bupati Dairi ke-1 | |
Masa jabatan 1947–1949 | |
Presiden | Soekarno |
Gubernur | Ferdinand Lumban Tobing |
Pendahulu tidak ada, jabatan dibentuk | |
Informasi pribadi | |
Suami/istri | boru Marpaung |
Almamater | OSVIA Fort de Kock (sekarang menjadi IPDN Kampus Sumatera Barat) |
Sunting kotak info • L • B |
Mr. Hatian Paulus Manurung gelar Sutan Hasibuan[1] (dikenal sebagai Paulus Manurung) adalah birokrat dan ahli hukum yang menjabat sebagai Bupati Dairi pertama.[2] Paulus Manurung juga pernah menjabat sebagai Ketua Pengadilan Negeri Tebing Tinggi.[3]
Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Paulus Manurung menjalani pendidikan di OSVIA Fort de Kock (sekarang menjadi IPDN Kampus Sumatera Barat). Ia lulus dari sekolah tersebut pada tahun 1927. Salah satu teman seangkatannya adalah Lintong Farel Pasaribu, yang kelak menjadi Bupati Tapanuli Utara.
Perjalanan karier
[sunting | sunting sumber]Setelah lulus dari OSVIA, Paulus Manurung ditempatkan sebagai pegawai negeri sipil di Kantor Asisten Demang Balige dengan pangkat Gediplomeerd Ambtenaar voor de Inlandschen Bestuurdienst (GAIB).
Bupati Kepala Daerah Tingkat II Dairi
[sunting | sunting sumber]Pada tanggal 12 September 1947, pada masa Agresi Militer Belanda I, Residen Tapanuli dr. Ferdinand Lumban Tobing mengeluarkan Surat Residen Tapanuli No. 1256 yang berisikan perintah bahwa terhitung sejak 1 Oktober 1947, Paulus Manurung ditempatkan sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II untuk wilayah Dairi yang berkedudukan di Sidikalang. Dengan demikian, Paulus Manurung menjadi Bupati Dairi pertama dan tanggal penempatannya diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Dairi.[4]
Pada 23 Desember 1948, pasukan militer Belanda tiba di Dairi dan menguasai wilayah Sidikalang dan Tigalingga. Sebelum mereka tiba, Paulus Manurung bersama pejabat lainnya, di antaranya Kepala Polisi H. Sihombing, Camat Sumbul Mangaraja Lumban Tobing, sudah meninggalkan pusat kota Sidikalang. Mereka mengungsi ke desa Karing yang jaraknya 6 kilometer dari pusat kota. Namun, pada 27 Desember 1948, pasukan militer Belanda berhasil menemukan mereka di tempat itu. Mereka akhirnya ditangkap.
Penangkapan ini sekaligus mengakhiri jabatan Paulus Manurung sebagai Bupati Dairi. Komandan TNI Sektor III, Selamat Ginting, mengambil alih pemerintahan di Dairi dan menetapkan Wedana Karo Kampung, Gading Barklomeus Pinem, sebagai penjabat Bupati Dairi menggantikan Paulus Manurung.[5]
Akhir hidup
[sunting | sunting sumber]Paulus Manurung dimakamkan di kampung halamannya, di Desa Sibuntuon, Kecamatan Uluan, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Almanak Organisasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara. 1960. hlm. 668.
- ^ "Sejarah Berdirinya Kabupaten Dairi Seri Ketiga". Pemerintah Kabupaten Dairi. 29 September 2022. Diakses tanggal 15 Mei 2023.
- ^ Investment Potentials and Opportunities in Dairi Regency: Potensi dan Peluang Investasi Kabupaten Dairi. Dairi: Pemerintah Kabupaten Dairi. 24 Desember 2020. hlm. 10.
- ^ "Sejarah". Pemerintah Kabupaten Dairi. Diakses tanggal 15 Mei 2023.
- ^ Tanjung, Flores (Februari 2011). Dairi Dalam Kilatan Sejarah. Medan: Perdana Publishing. hlm. 104. ISBN 978-602-8935-14-2.