Pembangunan inklusif
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Pembangunan inklusif secara ontologis merupakan penggabungan kata “pembangunan” dan “inklusif”. Pembangunan dapat diartikan sebagai proses yang mendorong perbaikan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas–tidak hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga dari sisi sosial, politik, dan kesehatan. Inklusif di sisi lain dapat diartikan sebagai kondisi yang memastikan adanya keterlibatan seluruh pihak secara bermakna (tanpa diskriminasi) baik sebagai objek maupun subjek, dan keterlibatan ini bukan sekadar untuk menghindari konflik sehingga membuat individu/kelompok memiliki rasa memiliki dan motivasi untuk berkontribusi. Bila digabungkan, pembangunan inklusif dapat digambarkan sebagai proses pembangunan yang memastikan keterlibatan seluruh kelompok, termasuk kelompok marginal, baik sebagai subjek maupun objek, dalam proses pembangunan, disertai rasa memiliki dari setiap elemen masyarakat terhadap proses pembangunan. Ciri-ciri dari pembangunan inklusif dapat dilihat pada ada tidaknya jaminan aksesibilitas, partisipasi aktif dan penuh, perlakuan non diskriminatif dan kesamaan kesempatan, penghargaan terhadap keberagaman, serta penghargaan terhadap martabat yang melekat pada diri seseorang saat proses pembangunan berlangsung.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Hastuti, Rika Kumala Dewi, Rezanti Putri Pramana, dan Hariyanti Sadaly (2020). Kendala Mewujudkan Pembangunan Inklusif Penyandang Disabilitas (PDF). Jakarta: The SMERU Research Institute. hlm. 3.