Pembatasan kalori
Pembatasan kalori atau pembatasan energi adalah pengurangan asupan kalori sebanyak 20% hingga 40% bagi tubuh. Pembatasan kalori mampu mencegah beberapa faktor risiko kardiovaskular, seperti diabetes melitus, hipertensi, dan obesitas. Oleh karena itu, pembatasan kalori mampu mencegah proses disfungsi jantung. Pembatasan kalori juga memiliki dampak kardioprotektif.[1] Kegiatan fisik yang teratur mampu meningkatkan durasi hidup sehat yang panjang. Caranya dengan mempertahankan berat badan, menyeimbangkan kalori yang dikonsumsi dan kalori yang digunakan. Oleh karena itu, aktivitas fisik harus disertai dengan pola makan yang sehat.[2] Rata-rata kalori yang diperlukan oleh orang dewasa yaitu 2.000–2.500 kalori. Apabila jumlah kalori melebihi angka tersebut, kalori tersebut akan disimpan sebagai lemak. Dampaknya berat badan akan naik. Pembatasan kalori merupakan suatu cara untuk menurunkan berat badan, dengan cara mengonsumsi 1.000 – 1.500 kalori untuk wanita, dan 1.500 – 2.000 kalori untuk laki-laki.[3]
Dampak
[sunting | sunting sumber]Menurunkan metabolisme
[sunting | sunting sumber]Metabolisme adalah cara tubuh untuk mengubah makanan agar menjadi energi. Program diet dengan cara mengonsumsi kalori yang rendah (<1200 kalori untuk wanita atau <1800 kalori untuk laki-laki), memiliki dampak memperlambat proses metabolisme.[4] Kalori yang dibatasi secara berlebihan bisa menyebabkan metabolisme tubuh menjadi lambat. Dampak dari menurunnya metabolisme dalam tubuh yaitu hilangnya massa otot. Dalam melaksanakan program diet agar tidak berpengaruh terhadap penurunan metabolisme tubuh, tidak mengonsumsi kalori dalam jumlah yang sedikit.[5]
Sering merasa lelah
[sunting | sunting sumber]Kalori yang ada di dalam tubuh, berbanding lurus dengan energi yang dihasilkan. Jika kalori yang dikonsumsi rendah, tubuh akan bereaksi karena tidak memiliki energi yang cukup untuk menghasilkan jaringan tubuh. Hal ini akan mengganggu aktivitas secara normal.[6] Mengonsumsi sedikit kalori, dapat menyebabkan badan mudah cepat lelah. Kebutuhan vitamin dan mineral juga sulit diperoleh oleh tubuh, karena kalori yang sedikit. Sebagai contoh, kurangnya vitamin D dapat menyebabkan kelelahan.[7]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Purwowiyoto, Sidhi Laksono; Trifena, Grace (2021). "Diet dan nutrisi pasien gagal jantung: Tinjauan mini bagi praktisi klinis". ARGIPA (Arsip Gizi dan Pangan). 6 (2): 113. doi:10.22236/argipa.v6i2.7187. ISSN 2579-888X.
- ^ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014). "PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN GIZI SEIMBANG" (PDF). Kementerian Kesehatan. hlm. 48. Diakses tanggal 2022-01-22.
- ^ Halim, Kelvin (2020). "Diet Rendah Kalori: Manfaat dan Cara Melakukannya". Jovee.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-22.
- ^ Tysara, Laudia (2021). Fahrudin, Nanang, ed. "10 Penyebab Metabolisme Tubuh Lambat, Berisiko Naikkan Berat Badan". Liputan6.com. Diakses tanggal 2022-01-22.
- ^ Tashandra, Nabila (2020). Tashandra, Nabilla, ed. "Awas, Membatasi Asupan Kalori Bisa Berbahaya bagi Tubuh, Apa Sebabnya?". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-01-22.
- ^ Handayani, Verury Verona (2020). "Tubuh Lemas Kurang Kalori, Ini Penjelasan Ilmiahnya". Halodoc. Diakses tanggal 2022-01-22.
- ^ Suherlan, Ryan (2021). Suherlan, Ryan, ed. "Kenapa Tubuh Terasa Cepat Lelah? Ini Alasannya". Kontan.co.id. Diakses tanggal 2022-01-22.