Lompat ke isi

Pemberontakan Suriah Barat 2025

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pemberontakan pendukung Assad adalah serangkaian aksi kekerasan yang terjadi di kegubernuran Latakia dan Tartus, Suriah, yang menewaskan lebih dari 700 orang. Peristiwa ini menandai perpecahan internal di dalam wilayah yang selama ini dikenal sebagai basis kuat pendukung rezim Assad.

Latar Belakang

[sunting | sunting sumber]

Wilayah Latakia dan Tartus di pantai barat Suriah memiliki populasi mayoritas Alawit, kelompok minoritas yang sama dengan keluarga Assad. Kedua provinsi ini secara historis merupakan basis pendukung pemerintahan Assad dan relatif terlindung dari konflik selama perang saudara Suriah yang berkepanjangan. Namun, kondisi ekonomi yang semakin memburuk dan kesenjangan sosial yang melebar menciptakan ketegangan di antara penduduk lokal.

Beberapa faktor utama yang memicu pemberontakan meliputi:

  • Krisis ekonomi akut dengan inflasi yang mencapai ratusan persen
  • Kelangkaan bahan bakar dan kebutuhan pokok
  • Persepsi korupsi di kalangan elit yang dekat dengan rezim
  • Kekecewaan terhadap ketidakmampuan pemerintah mengatasi masalah ekonomi
  • Ketimpangan sosial antara elit militer dan warga biasa

Peristiwa

[sunting | sunting sumber]

Kerusuhan dimulai sebagai protes damai menuntut perbaikan kondisi ekonomi, tetapi dengan cepat berubah menjadi kekerasan setelah aparat keamanan melakukan penindakan keras. Pemberontakan menyebar dari kota Latakia ke wilayah pedesaan dan kemudian ke Tartus dalam beberapa hari. Bentrokan terjadi antara:

  • Penduduk lokal yang memberontak
  • Pasukan keamanan negara
  • Milisi pro-pemerintah

Dampak dan Korban

[sunting | sunting sumber]

Konflik ini menewaskan lebih dari 700 orang, termasuk warga sipil, pemberontak, dan personel keamanan. Ribuan orang ditahan, dan infrastruktur publik mengalami kerusakan signifikan. Pemberontakan juga menyebabkan perpindahan internal penduduk yang berusaha menghindari kekerasan.

Respons Pemerintah

[sunting | sunting sumber]

Pemerintah Assad menanggapi dengan kombinasi tindakan represif dan konsesi terbatas:

  • Pengerahan pasukan keamanan dan milisi tambahan
  • Penangkapan massal para aktivis dan peserta protes
  • Pemberlakuan jam malam
  • Janji reformasi ekonomi terbatas
  • Pergantian beberapa pejabat lokal yang dituduh korup

Signifikansi

[sunting | sunting sumber]

Pemberontakan ini memiliki makna penting karena terjadi di wilayah yang secara tradisional loyal kepada rezim Assad. Peristiwa ini menunjukkan meluasnya ketidakpuasan bahkan di antara basis pendukung pemerintah dan menggarisbawahi kerapuhan stabilitas rezim yang semakin bergantung pada dukungan eksternal dari Rusia dan Iran.

Pranala Dalam

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. International Crisis Group. (2023). "Syria's Economic Crisis and Rising Tensions in Regime-Controlled Areas." Middle East Report, 233, 15-28.
  2. Al-Khalidi, S. (2023). "Protests Break Out in Assad's Coastal Stronghold as Economic Crisis Deepens." Reuters, 18 April 2023.
  3. Lund, A. (2023). "The Breaking Point: Assad's Alawite Heartland Erupts in Protest." Syria Comment, 25 April 2023.
  4. Human Rights Watch. (2023). "Syria: Crackdown on Protests in Latakia and Tartus." Report published 30 May 2023.
  5. United Nations Human Rights Council. (2023). "Report of the Independent International Commission of Inquiry on the Syrian Arab Republic." A/HRC/55/23.