Pembicaraan:Balingka, IV Koto, Agam
Bagian baruIni adalah halaman pembicaraan untuk diskusi terkait perbaikan pada artikel Balingka, IV Koto, Agam. Halaman ini bukanlah sebuah forum untuk diskusi umum tentang subjek artikel. |
|||
| Kebijakan artikel
|
||
Cari sumber: "Balingka, IV Koto, Agam" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · HighBeam · JSTOR · gambar bebas · sumber berita bebas · The Wikipedia Library · Referensi WP |
Artikel ini merupakan bagian dari ProyekWiki berikut ini: | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Dari Bukittinggi ke Nagari Balingka, melewati Padang Luar belok ke kanan ke arah Maninjau. Setelah Nagari Koto Tuo, Balingka. Balingka terdiri dari Pahambatan, Koto Hilalang, dan Subarang. Sebelah kanan jalan, Itu Subarang, sedangkan sebelah kiri jalan, Pahambatan, dan Koto Hilalang.
Pahambatan dan Koto Hilalang tidak terlihat dari jalan raya menuju Maninjau karena ke dua kampung, terus mendaki menuju lereng gunung.
Tahun 1908, hanya ada 2 penghulu kepala ; Penghulu Kepala Koto Hilalang dan penghulu kepala (Pahambatan dan Subarang Sianok). Nama penghulu kepala Koto Hilalang Engku Dt. Panghulu Kayo Suku Koto. Penghulu kepala Pahambatan dan Subarang Sianok, Engku Dt. Rajo Gampo Alam Suku Sikumbang.
Tahun 1908, Engku Dt. Panghulu Kayo berpulang ke Rahmatullah, jabatan penghulu kepala diwakilkan kepada Penghulu Suku Engku Dt. Saripado Suku Caniago. Tahun 1909, diangkat Engku Dt. Pamuncak Marajo Suku Koto. Tahun 1910, beliau mangkat. Tahun 1912, terpilih Engku Dt. Maruhun Kayo Suku Caniago, sebagai penghulu kepala Koto Hilalang.
Tahun 1908, warga Balingka sudah membayar belasting (pajak) pada pemerintah Belanda dan pada tahun itu, berdiri sekolah yang bernama Volkschool di Simpang.
Tahun 1914, Engku dt. Rajo Gampo Alam Penghulu Kepala Pahambatan dan Subarang berhenti, tugasnya diserahkan pada Engku Dt. Maruhun Kayo (Wakil Penghulu kapala Pahambatan dan Subarang) sampai 1915.
Tahun 1915, Engku Dt. Maruhun Kayo berhenti menjabat Penghulu Kepala Koto Hilalang, dan oleh Tuan Luhak Agam, diserahi tugas wakil penghulu kepala Koto Hilalang dan Pahambatan/Subarang sampai tahun 1916.
Tahun 1916, terjadi pertemuan antara penghulu Koto Hilalang, Pahambatan, dan Subarang Sianok. Salah satu hasil pertemuan, menyatukan ketiga nagari itu, karena satu asal dan adat. Akan tetapi, pada saat pemberian nama nagari, terjadi perselisihan.
Warga Koto Hilalang menganggap bahwa, nenek moyang mereka, yang pertama datang ke nagari itu, dari Paga Ruyuang, terus ke Pakan Selasa, dan berhenti di Koto Tuo (sekarang). Dari Koto Tuo, mereka ke Koto Hilalang dan sebagaian nenek moyang mereka ke Pahambatan
Sedangkan menurut Ninik Mamak Pahambatan, Bahwa Pahambatan lebih tua dari Koto Hilalang, karena Nenek Moyang berasal dari Maninjau, Malalak, dan Pariaman (sebelah Barat). Dari Pahambatan, nenek moyang terus ke Koto Hilalang.
Untuk mengatasi pertikaian, kedua nama itu (Koto Hilalang dan Pahambatan) tidak digunakan, tetapi menggunakan nama baru, Balingka. Di bagian tengah nagari antara Sungai Ngalau dan Sungai Mata Air Pensi, didirikanlah Kantor tempat Niniak Mamak, Cerdik Pandai bermusyawarah.
Mulai diskusi tentang Balingka, IV Koto, Agam
Halaman pembicaraan merupakan tempat berdiskusi supaya konten di Wikipedia menjadi lebih baik. Anda dapat menggunakan halaman ini untuk berdiskusi dengan orang lain mengenai pengembangan halaman Balingka, IV Koto, Agam.