Pembicaraan:Sejarah penyebaran agama Kristen ke suku Batak
Bagian baruIni adalah halaman pembicaraan untuk diskusi terkait perbaikan pada artikel Sejarah penyebaran agama Kristen ke suku Batak. Halaman ini bukanlah sebuah forum untuk diskusi umum tentang subjek artikel. |
|||
| Kebijakan artikel
|
||
Cari sumber: "Sejarah penyebaran agama Kristen ke suku Batak" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · HighBeam · JSTOR · gambar bebas · sumber berita bebas · The Wikipedia Library · Referensi WP |
ProyekWiki Kristen | (Dinilai kelas B) | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
Artikel ini saya rasa kurang netral. Sebagai contoh ambil kalimat:
- "Suku Batak sangat mempertahankan kebudayaannya ..."
Berarti suku lain tidak? Dan apakah itu kebudayaannya? Intronya juga harus lebih panjang. Meursault2004ngobrol 09:44, 27 April 2010 (UTC)
Memang ada suku lain yang tidak mempertahankan kebudayaannnya mungkin? :D Tapi yang jelas memang masalah mempertahankan kebudayaan tidak unik di suku Batak saja. Gombang (bicara) 11:15, 27 April 2010 (UTC)
Saya mau mengubah juga bingung ... Bukunya saya kebetulan juga tidak ada. Jadi mau memeriksa juga tidak bisa. Meursault2004ngobrol 11:39, 27 April 2010 (UTC)
Bukunya: Kozok, Uli. Utusan Damai di Kemelut Perang. Peran Zending dalam Perang Toba berdasarkan Laporan L.I. Nommensen dan Penginjil RMG lain. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, École française d’Extrême-Orient. Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial, Unimed, Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Jakarta 2011. 217 hal. ISBN 9789794617762.
Saya sudah mulai mengubahnya namun pada hakikatnya perlu ditulis kembali. Tulisan ini jelas terlalu berat sebelah, dan banyak informasi yang tidak akurat.
Parmalim, Animisme dan Magi
[sunting sumber]Artikel ini berat sebelah dan tidak ilmiah. Saya telah memperbaiki artikel ini dalam hal agama asli Batak. Namun diubah lagi ke versi asli oleh Agus Damanik. Masak agama asli Batak dikatakan Parmalim. Agama Parmalim baru ada sejak tahun 1870an dan cukup berbeda dengan agama asli Batak. Agama Batak ada unsur animisme, tetapi animisme tidak pernah dominan di Indonesia. Agama asli Batak malah banyak unsur Hinduisme dan Budha tetapi semua perbaikan saya ditiadakan oleh Agus Damanik.
Selain itu, banyak lagi informasi yang salah yang perlu diperbaiki, tetapi untuk apa kalau perbaikan langung dihapus. Uli Kozok Ukozok (bicara) 1 Juli 2023 02.17 (UTC)
- Taruh sumbernya. Konten sebelumnya ada sumber, tapi kamu langsung nambahkan tanpa sumber. Wikipedia tidak menerima penelitian orisinal Agus Damanik (bicara) 1 Juli 2023 02.32 (UTC)
- @Ukozok Betul, informasi dalam artikel ini masih banyak yang tidak ilmiah, Pak Kozok. Ugamo Malim sendiri (sebagai sebuah organisasi) masih sangat baru (sebagai respons akan datangnya agama Kristen) dan karenanya tidak cocok disebut sebagai agama asli. Unsur-unsur dalam Ugamo Malim banyak yang diwarisi dari sistem kepercayaan Batak kuno (yang tidak diorganisasi sbg agama melainkan sebagai adat dan laku hidup). Saya setuju kita refine artikel ini, Pak Kozok. Saya yakin Pak Kozok membaca lebih banyak sumber primer dan sekunder (baik dalam bhs Inggris, Jerman, dll), tolong sertakan di sini ya, Pak: Judul buku beserta tautannya (kalau bisa diakses publik; kalau tidak, cuplikan saja). Biar artikelnya kita refine bersama. Terima kasih sudah meluangkan waktu di sini, Pak. Kris Simbolon (bicara) 1 Juli 2023 05.36 (UTC)
- Bisa saja, asal jangan dihapus lagi. Saya hapus segalanya yang berkaitan dengan begu. Soalnya penulis menyebut begu sebagai 'setan'. Itu interpretasi penginjil. Arti asli begu dalam kebudayaan Batak adalah 'roh nenek moyang'. Lagi pula ada penggunaan ejaan lama (djau) dan Jadi bagian itu bersama dengan referensi [4] saya ganti menjadi "Masyarakat Batak memiliki agama sendiri yang berdasarkan penyembahan terhadap roh nenek moyang bercampur dengan unsur agama Hindu dan agama Buddha."
- Saya kira lebih baik kita menyebut saja nama beberapa dewa tanpa membuat penilaian seperti "dewa belas kasih" karena kenyataan lebih kompleks. Yang perlu langsung diperbaiki adalah dibata di ginjang, di tonga, dan di toru (bulan gingang dan dos, dan di harus dipisah). Terima kasih kembali. Ukozok (bicara) 1 Juli 2023 06.25 (UTC)
- Berdasarkan sumber, saya melihat digambarkan sebagai god of mercy, bila ada terjemahan yang lebih cocok. silakan sampaikan atau mungkin bisa langsung dirubah. . Apakah ada sumber yang menyatakan sebaliknya, saya sangat senang bila ada referensi yang lebih melokal dan tidak terkesan orientalis. Terima kasih atas saran perbaikan terhadap penamaan di gingang. Agus Damanik (bicara) 1 Juli 2023 06.37 (UTC)
- @Ukozok Baik, kita butuh waktu ke situ. Namun, "begu" dengan "sumangot" jelas berbeda. Beberapa roh jahat juga disebut "begu". Sementara, untuk roh leluhur yang baik disebut "sumangot", e.g. "sumangot ni Ompu". Sepertinya ke depannya bisa diperkaya lagi bagian yang seperti ini. Sekarang akhir pekan, hehe. Kris Simbolon (bicara) 1 Juli 2023 08.01 (UTC)
- Itu penggunaan yang sekarang, bukan yang tradisional. Begu roh leluhur. Kalau tidak diberi sajian roh tersebut bisa menyakiti orang. Roh leluhur tidak berarti senantiasa "baik". Ukozok (bicara) 10 Juli 2023 08.43 (UTC)
- Anda terjebak dalam pikiran Anda sendiri. Saya sampaikan "(a) beberapa roh yang jahat memang disebut begu", kemudian "(b) untuk roh leluhur yang baik disebut sumangot". Konsekuensi kalimat saya adalah: "(a-1) begu digunakan untuk roh yang baik dan roh yang jahat", "(b-1) roh leluhur ada yang tidak baik, dan mereka pun disebut begu". Kris Simbolon (bicara) 10 Juli 2023 13.42 (UTC)
- Sebaiknya Anda berhenti menyunting artikel ini karena saya lihat tidak ada kemajuan dan malahan hasilnya semakin parah karena Anda menolak menerima keterangan dari seorang ahli. Ukozok (bicara) 11 Juli 2023 05.35 (UTC)
- Sayang sekali, seorang "ahli" seperti Anda malah mengatakan hal seperti itu. Anda bahkan gk bisa memahami kalimat yang Anda pantik sendiri. Untuk memperbaiki kalimat Anda pun, Anda berkelit dan malah menyerang pribadi dan mengangkat pribadi Anda sebagai "ahli" itu. Kata "sumangot" sudah ada dalam masyarakat Batak jauh sebelum penginjil yang Anda benci itu datang. Kata ini berada dalam satu akar kata dengan kata "semangat" (spirit/roh) dlm bahasa Melayu. Semua roh memang disebut begu, termasuk roh jahat. Mengapa Anda keberatan roh jahat disebut begu? Dengan kata apalagi roh jahat disebut? Untuk roh leluhur yang baik (tidak termasuk yang jahat, seperti yang Anda sebutkan sebelumnya) disebut sebagai sumangot, e.g. Sumangot ni Ompu. Kami tidak hanya mendengar pendapat Anda, tetapi juga pendapat ahli Batak, termasuk anak-anak Batak sendiri. Tidak sulit mencarinya, bibliografinya pun sudah ada disusun oleh Pak Tunggul Siagian. Terima kasih atas "keahlian" Anda itu, we'll take it from here, kecuali jika Anda mau ikut dan berkontribusi secara jujur, Ulrich Kozok. Kris Simbolon (bicara) 11 Juli 2023 07.24 (UTC)
- Saya tidak pernah mengatakan bahwa kata sumangot tidak ada dalam bahasa Batak. Nommensen yang menyarankan kepada para penginjil untuk mengindoktrinasikan orang Batak supaya mereka percaya bahwa roh nenek moyang (begu) adalah roh jahat. Begu jau adalah begu dari jauh (dari luar daerah Batak) yang membawa kolera. Masak disebut dewa! Di dalam agama Batak ada dewa, tetapi begu bukan dewa. Lalu, agama asli Indonesia, bukan hanya Batak, memang ada unsur animisme, tetapi animisme tidak dominan. Yang dominan di mana-mana di Indonesia adalah penyembahan terhadap roh.nenek moyang. Lalu "magi". Itu malahan bukan istilah yang digunakan oleh ahli antropologi untuk agama atau kepercayaan. Ternyata yang menulisnya (Anda?) kurang memahami materinya. Kalau mau belajar tentang agama asli Batak saya sarankan agar Anda membaca buku Johann Angeler. Ukozok (bicara) 11 Juli 2023 07.51 (UTC)
- Saya tidak menulis materi itu (You @Ukozok: can check into the edit history to find the editor who wrote it.), malahan saya baru melihat bagian yang Anda persoalkan itu setelah Anda menyerang suntingan saudara Agus Damanik. Padahal, dia tidak berkecimpung dalam topik ini dan hanya meminta kepada Anda untuk memberikan referensi dan Anda tidak berikan sampai akhir. Saya menengahi dan setuju bahwa artikel ini perlu di-refine. Kemudian, Anda membawa diskusi ini sampai ke persoalan begu. Betul, begu bukan dewa. Tapi, persoalan ini muncul karena tidak cukupnya konsep bahasa Indonesia dalam mewadahi konsep Batak. Sesuatu yang disembah (parsombaonan) tidak harus suatu dewa. Itulah kekurangan artikel ini, dan yang seharusnya kita perbaiki. Begu itu dapat disembah. Semua roh disebut sebagai begu, termasuk roh jahat. Tapi, tidak semua roh leluhur disebut begu. Dalam tingkatan tertentu, sebagian roh leluhur yang baik itu akan menjadi sumangot/simangot, e.g. sumangot ni Ompu. Anda tidak jujur dalam berkontribusi dan hanya membawa sentimen Anda akan kata begu. Perhatikan dari awal, bahwa saya setuju bahwa artikel ini perlu di-refine, tapi saya tidak setuju dengan sentimen Anda dengan kata begu. Take a rest, Kozok. Thank you for your "generous expertise". I will surely read the book you just recommended me. Kris Simbolon (bicara) 11 Juli 2023 07.59 (UTC)
- Terus ini satu lagi. Di laman Kabupaten Humbang Hasundutan saya perbaiki penulisan aksara Batak karena yang tulisan yang dibubuhkan di situ ada tanda lingkaran kecil yang muncul kalau aksara itu salah dimasukkan. Saya perbaiki sehingga lingkaran kecil yang mengganggu itu hilang. Lho, Anda hapus perbaikan saya. Ya, sudah. Untuk selanjutnya saya tidak bersedia lagi mengurus halaman Wikipedia. Buang waktu saja. Ukozok (bicara) 11 Juli 2023 08.26 (UTC)
- @Ukozok: Masak seorang ahli merajuk? Come on, be bolder. I'm not your enemy. Lingkaran kecil yang Anda maksud apa? Tolong perjelas, karena yang saya lihat Anda malah memakai ina ni surat (/ba/) dan pangolat (-) yang populer di Taneh Karo. Jadi, lingkaran kecil yang Anda maksud yang di mana?. Kris Simbolon (bicara) 11 Juli 2023 08.31 (UTC)
- Saya menggunakan ba, ta, dan pangolat yang paling populer di dalam pustaha dan naskah lain yang berbahasa Batak Toba. Kalau tidak percaya, tanya pada Manguji Nababan. Dia sangat berpengalaman membaca naskah Batak dan akan mengonfirmasikannya. Lagi pula, Humbang sesungguhnya bukan Toba. Toba hanya daerah di sekitar Laguboti dan Balige. Habinsaran, Samosir, Silindung, Humbang dan Uluan bukan Toba. Saya justru memilih aksara yang lazim digunakan di Humbang. Lihat lingkaran kecil antara /mu/ dan pangolat. Itu karena salah memasukkan aksaranya. Ukozok (bicara) 11 Juli 2023 10.54 (UTC)
- Selain itu menulis ha-sun-dut-an kurang lazim. Sebaiknya ha-sun-du-tan. Batas morfologi jarang diperhatikan. Ukozok (bicara) 11 Juli 2023 11.06 (UTC)
- Sependek pengamatan saya dari tampilan perangkat yang saya gunakan, tidak ada lingkaran kecil yang tampak antara /ma/ dengan pangolat. Saya akan coba konfirmasi menggunakan perangkat orang lain. Kris Simbolon (bicara) 11 Juli 2023 11.07 (UTC)
- /ha/sun/dut/an sengaja digunakan karena sekarang yang terjadi adalah kata tersebut di-Aksara Batak-kan dari format penulisan Latin. Maka lebih baik mengikuti struktur kata tersebut dari huruf Latin-nya. Sehingga pada beberapa kata lainnya, seperti Tuan pun, menggunakan /Ta/A/Na/ tidak lagi menggunakan /Ta/Wa/Na/. Hal ini karena pada masa sekarang, bahasa Batak dipengaruhi oleh format "Tuan" dan bukan "Tuwan". Untuk Humbang Hasundutan sendiri sebagai wilayah kultural masyarakat Batak Toba, sehingga menggunakan bentuk inani surat dan anakni surat yang populer bagi masyarakat Batak Toba. Tentu saja inani surat (ᯗ), pangolat (-) juga terdapat pada pustaha-pustaha Batak Toba. Namun, yg terjadi sekarang adalah standardisasi (tidak hanya dalam masyarakat Batak Toba, tetapi juga pada masyarakat Batak lain) sehingga kalau kita menggunakan bentuk yang berbeda akan dibaca oleh orang lain sebagai Surat Batak dari kelompok etnis lain. Tentu bagian ini bisa didiskusikan lebih lanjut. Kris Simbolon (bicara) 11 Juli 2023 11.16 (UTC)
- Ini masukan yang salah: ᯂᯔᯮ᯳ᯆᯰ
- Ini masukan yang benar: ᯂᯮᯔ᯳ᯆᯰ
- Kalau yang saya lihat di baris pertama ada lingkaran kecil antara mu dan pangolat.
- Kalau Anda tidak bisa melihat lingkaran tersebut, coba buat screenshot dan kirim ke info@ulikozok.com Ukozok (bicara) 11 Juli 2023 11.45 (UTC)
- Baik, Pak. Akan saya kirim. Kris Simbolon (bicara) 11 Juli 2023 11.48 (UTC)
- Saya menggunakan ba, ta, dan pangolat yang paling populer di dalam pustaha dan naskah lain yang berbahasa Batak Toba. Kalau tidak percaya, tanya pada Manguji Nababan. Dia sangat berpengalaman membaca naskah Batak dan akan mengonfirmasikannya. Lagi pula, Humbang sesungguhnya bukan Toba. Toba hanya daerah di sekitar Laguboti dan Balige. Habinsaran, Samosir, Silindung, Humbang dan Uluan bukan Toba. Saya justru memilih aksara yang lazim digunakan di Humbang. Lihat lingkaran kecil antara /mu/ dan pangolat. Itu karena salah memasukkan aksaranya. Ukozok (bicara) 11 Juli 2023 10.54 (UTC)
- @Ukozok: Masak seorang ahli merajuk? Come on, be bolder. I'm not your enemy. Lingkaran kecil yang Anda maksud apa? Tolong perjelas, karena yang saya lihat Anda malah memakai ina ni surat (/ba/) dan pangolat (-) yang populer di Taneh Karo. Jadi, lingkaran kecil yang Anda maksud yang di mana?. Kris Simbolon (bicara) 11 Juli 2023 08.31 (UTC)
- Terus ini satu lagi. Di laman Kabupaten Humbang Hasundutan saya perbaiki penulisan aksara Batak karena yang tulisan yang dibubuhkan di situ ada tanda lingkaran kecil yang muncul kalau aksara itu salah dimasukkan. Saya perbaiki sehingga lingkaran kecil yang mengganggu itu hilang. Lho, Anda hapus perbaikan saya. Ya, sudah. Untuk selanjutnya saya tidak bersedia lagi mengurus halaman Wikipedia. Buang waktu saja. Ukozok (bicara) 11 Juli 2023 08.26 (UTC)
- Saya tidak menulis materi itu (You @Ukozok: can check into the edit history to find the editor who wrote it.), malahan saya baru melihat bagian yang Anda persoalkan itu setelah Anda menyerang suntingan saudara Agus Damanik. Padahal, dia tidak berkecimpung dalam topik ini dan hanya meminta kepada Anda untuk memberikan referensi dan Anda tidak berikan sampai akhir. Saya menengahi dan setuju bahwa artikel ini perlu di-refine. Kemudian, Anda membawa diskusi ini sampai ke persoalan begu. Betul, begu bukan dewa. Tapi, persoalan ini muncul karena tidak cukupnya konsep bahasa Indonesia dalam mewadahi konsep Batak. Sesuatu yang disembah (parsombaonan) tidak harus suatu dewa. Itulah kekurangan artikel ini, dan yang seharusnya kita perbaiki. Begu itu dapat disembah. Semua roh disebut sebagai begu, termasuk roh jahat. Tapi, tidak semua roh leluhur disebut begu. Dalam tingkatan tertentu, sebagian roh leluhur yang baik itu akan menjadi sumangot/simangot, e.g. sumangot ni Ompu. Anda tidak jujur dalam berkontribusi dan hanya membawa sentimen Anda akan kata begu. Perhatikan dari awal, bahwa saya setuju bahwa artikel ini perlu di-refine, tapi saya tidak setuju dengan sentimen Anda dengan kata begu. Take a rest, Kozok. Thank you for your "generous expertise". I will surely read the book you just recommended me. Kris Simbolon (bicara) 11 Juli 2023 07.59 (UTC)
- Saya tidak pernah mengatakan bahwa kata sumangot tidak ada dalam bahasa Batak. Nommensen yang menyarankan kepada para penginjil untuk mengindoktrinasikan orang Batak supaya mereka percaya bahwa roh nenek moyang (begu) adalah roh jahat. Begu jau adalah begu dari jauh (dari luar daerah Batak) yang membawa kolera. Masak disebut dewa! Di dalam agama Batak ada dewa, tetapi begu bukan dewa. Lalu, agama asli Indonesia, bukan hanya Batak, memang ada unsur animisme, tetapi animisme tidak dominan. Yang dominan di mana-mana di Indonesia adalah penyembahan terhadap roh.nenek moyang. Lalu "magi". Itu malahan bukan istilah yang digunakan oleh ahli antropologi untuk agama atau kepercayaan. Ternyata yang menulisnya (Anda?) kurang memahami materinya. Kalau mau belajar tentang agama asli Batak saya sarankan agar Anda membaca buku Johann Angeler. Ukozok (bicara) 11 Juli 2023 07.51 (UTC)
- Sayang sekali, seorang "ahli" seperti Anda malah mengatakan hal seperti itu. Anda bahkan gk bisa memahami kalimat yang Anda pantik sendiri. Untuk memperbaiki kalimat Anda pun, Anda berkelit dan malah menyerang pribadi dan mengangkat pribadi Anda sebagai "ahli" itu. Kata "sumangot" sudah ada dalam masyarakat Batak jauh sebelum penginjil yang Anda benci itu datang. Kata ini berada dalam satu akar kata dengan kata "semangat" (spirit/roh) dlm bahasa Melayu. Semua roh memang disebut begu, termasuk roh jahat. Mengapa Anda keberatan roh jahat disebut begu? Dengan kata apalagi roh jahat disebut? Untuk roh leluhur yang baik (tidak termasuk yang jahat, seperti yang Anda sebutkan sebelumnya) disebut sebagai sumangot, e.g. Sumangot ni Ompu. Kami tidak hanya mendengar pendapat Anda, tetapi juga pendapat ahli Batak, termasuk anak-anak Batak sendiri. Tidak sulit mencarinya, bibliografinya pun sudah ada disusun oleh Pak Tunggul Siagian. Terima kasih atas "keahlian" Anda itu, we'll take it from here, kecuali jika Anda mau ikut dan berkontribusi secara jujur, Ulrich Kozok. Kris Simbolon (bicara) 11 Juli 2023 07.24 (UTC)
- Sebaiknya Anda berhenti menyunting artikel ini karena saya lihat tidak ada kemajuan dan malahan hasilnya semakin parah karena Anda menolak menerima keterangan dari seorang ahli. Ukozok (bicara) 11 Juli 2023 05.35 (UTC)
- Anda terjebak dalam pikiran Anda sendiri. Saya sampaikan "(a) beberapa roh yang jahat memang disebut begu", kemudian "(b) untuk roh leluhur yang baik disebut sumangot". Konsekuensi kalimat saya adalah: "(a-1) begu digunakan untuk roh yang baik dan roh yang jahat", "(b-1) roh leluhur ada yang tidak baik, dan mereka pun disebut begu". Kris Simbolon (bicara) 10 Juli 2023 13.42 (UTC)
- Itu penggunaan yang sekarang, bukan yang tradisional. Begu roh leluhur. Kalau tidak diberi sajian roh tersebut bisa menyakiti orang. Roh leluhur tidak berarti senantiasa "baik". Ukozok (bicara) 10 Juli 2023 08.43 (UTC)
External links found that need fixing (Oktober 2023)
[sunting sumber]Hello fellow editors,
I have found one or more external links on Sejarah penyebaran agama Kristen ke suku Batak that are in need of attention. Please take a moment to review the links I found and correct them on the article if necessary. I found the following problems:
- https://books.google.co.id/books?id=uk-Edtb-m6kC&printsec=frontcover is found to be dead. Recommend adding https://web.archive.org/web/20230124085942/https://books.google.co.id/books?id=uk-Edtb-m6kC&printsec=frontcover to the original URL.
- https://books.google.co.id/books?id=HXNKAQAAMAAJ&pg=PA428&lpg=PA428&dq=Debata+hasi+asi&source=bl&ots=KHogsEExHb&sig=ACfU3U0-nfMilBiOc_abMavGDGTuIVGnnw&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjfmubEw-z_AhUboGMGHQeFD8IQ6AF6BAgWEAM is found to be dead. Recommend adding https://web.archive.org/web/20230702034327/https://books.google.co.id/books?id=HXNKAQAAMAAJ&pg=PA428&lpg=PA428&dq=Debata+hasi+asi&source=bl&ots=KHogsEExHb&sig=ACfU3U0-nfMilBiOc_abMavGDGTuIVGnnw&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjfmubEw-z_AhUboGMGHQeFD8IQ6AF6BAgWEAM to the original URL.
- https://books.google.co.id/books?id=-fH7_6rQnCsC&pg=PA170&dq=Richard+Burton+Sibolga&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwi1zJDZxs7_AhVh3TgGHf90ADQQ6AF6BAgFEAI is found to be dead. Recommend adding https://web.archive.org/web/20230619065055/https://books.google.co.id/books?id=-fH7_6rQnCsC&pg=PA170&dq=Richard+Burton+Sibolga&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwi1zJDZxs7_AhVh3TgGHf90ADQQ6AF6BAgFEAI to the original URL.
- https://books.google.co.id/books?id=OUs1AQAAMAAJ&pg=PA485&dq=30+April+1824,+Burton+dan+Ward&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwi4tby1xs7_AhXS7zgGHauXAL4Q6AF6BAgJEAI is found to be dead. Recommend adding https://web.archive.org/web/20230619065058/https://books.google.co.id/books?id=OUs1AQAAMAAJ&pg=PA485&dq=30+April+1824,+Burton+dan+Ward&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwi4tby1xs7_AhXS7zgGHauXAL4Q6AF6BAgJEAI to the original URL.
- https://historia.id/agama/articles/penginjil-kristen-dan-wabah-di-tanah-batak-DAdpg is found to be dead. Recommend adding https://web.archive.org/web/20230621202639/https://historia.id/agama/articles/penginjil-kristen-dan-wabah-di-tanah-batak-DAdpg to the original URL.
- https://repositori.kemdikbud.go.id/24642/1/SEJARAH%20DAERAH%20SUMATRA%20UTARA.pdf is found to be dead. Recommend adding https://web.archive.org/web/20230719203941/https://repositori.kemdikbud.go.id/24642/1/SEJARAH%20DAERAH%20SUMATRA%20UTARA.pdf to the original URL.
- https://books.google.co.id/books?id=jRQQAAAAIAAJ&pg=PA54&dq=Karl+August+Gutzlaff+sumatra&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjUkKCQruj_AhVW4jgGHRoxBysQ6AF6BAgJEAI is found to be dead. Recommend adding https://web.archive.org/web/20230629140755/https://books.google.co.id/books?id=jRQQAAAAIAAJ&pg=PA54&dq=Karl+August+Gutzlaff+sumatra&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjUkKCQruj_AhVW4jgGHRoxBysQ6AF6BAgJEAI to the original URL.
- https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15248/etn-sep2005-2.pdf_1?sequence=1&isAllowed=y is found to be dead. Recommend adding https://web.archive.org/web/20230629140755/https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15248/etn-sep2005-2.pdf_1?sequence=1&isAllowed=y to the original URL.
When you have finished making the appropriate changes, please visit this simple FaQ for additional information to fix any issues with the URLs mentioned above.
This notice will only be made once for these URLs.
Cheers.—InternetArchiveBot (Melaporkan kesalahan) 16 Oktober 2023 01.11 (UTC)