Pemindahan ibu kota Jawa Barat
Upaya pemindahan ibu kota Jawa Barat pertama kali bergulir pada tahun 1997 saat kepemimpinan Gubernur Jawa Barat Raden Nana Nuriana, kala itu wilayah Jonggol Selatan, yaitu Kecamatan Tanjungsari, Bogor , dan Kecamatan Cikalongkulon, Cianjur direkomendasikan sebagai Ibu kota baru Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut beralasan. Pertama, agar lokasi ibu kota baru Jawa Barat terintregrasi dengan lokasi baru Ibukota Indonesia di Kawasan Jonggol. Kedua, wilayah Banten yang saat itu masih bagian Jawa Barat dianggap terlalu jauh dari Kota Bandung. Ketiga, Lokasi ibukota baru akan dilintasi Jalan Tol yang terhubung dengan Cibubur, Citeureup, Cikarang dan Padalarang. Namun, upaya pemindahan tersebut tidak pernah terlaksana akibat Krisis Moneter 1997-1998 yang melanda Indonesia.[1] Pasca Reformasi, Upaya pemindahan ibu kota mulai diwacanakan kembali pada tahun 2019 pada masa kepemimpinan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Kota Bandung dianggap sudah tidak cocok sebagai ibu kota karena lokasi kantor pemerintahan yang terpisah-pisah. Terdapat tiga tempat yang diusulkan sebagai lokasi ibu kota baru, yaitu Tegalluar, Kota Raya Walini di Cikalong Wetan, atau di Kertajati.[2] Tegalluar dan Walini dianggap cocok karena terhubung dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, sementara Kertajati terletak di dekat Bandar Udara Internasional Kertajati dan Pelabuhan Patimban.
Tanggapan
[sunting | sunting sumber]Mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mendukung rencana pemindahan ibu kota Jawa Barat dan menyarankan agar Kertajati dipilih sebagai lokasinya.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Ade Yasin Tawarin Jonggol Jadi Ibukota Provinsi Jawa Barat". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 2022-02-07.
- ^ "Perpindahan Ibu Kota Jawa Barat, Ridwan Kamil Pastikan Kaji Tiga Wilayah". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 2019-08-31.
- ^ Antara. "Aher Sebut Kertajati Cocok Jadi Ibu Kota Baru Jawa Barat". nasional (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-08-31.