Penaklukan India oleh Muslim
Penaklukan India oleh Muslim adalah proses penguasaan anak benua India (Asia Selatan) oleh bangsa Arab. Penaklukan Muslim di daerah ini sebagian besar berlangsung sejak abad ke-13 sampai abad ke-16, meskipun penaklukan Muslim awal sudah terjadi secara terbatas, dimulai selama periode kenaikan kerajaan-kerajaan Rajput di India Utara, sejak abad ke-7. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa penaklukan ini merupakan salah satu peristiwa paling bedarah dalam sejarah umat manusia[1][2][3][sumber tepercaya?][4] Meskipun berhasil menguasai sebagian Asia Selatan, tetapi kerajaan-kerajaan di Himalaya, seperti Nepal, Bhutan dan Sikkim serta beberapa lainnya (misalnya Almora, Garhwal, Lahaul, Spiti, Kinnaur di Uttarakhand dan Himachal Pradesh modern dan Perbukitan Chitgaon) tidak pernah ditaklukan oleh Muslim.
Isyarat kenabian
[sunting | sunting sumber]Ekspedisi kaum Muslim ke Sindh dan India telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi Muhammad secara langsung. Periwayatan ini kemudian disebutkan oleh Imam Ahmad melalui jalur Yahya bin Ishaq. Dalam hadis ini, Nabi Muhammad menyebutkan bahwa Abu Hurairah akan mati dalam kondisi syahid jika ia ikut berperang. Namun, jika ia ikut berperang dan tidak sampai kepada kematian, maka ia telah diberikan jaminan terbebas dari siksaan di neraka.[5] Hadis yang mirip juga diriwayatkan dari Abu Hurairah oleh Imam Ahmad. Hanya saja dalam hadis ini hanya disebutkan tentang peperangan dengan India.[6]
Kronologi
[sunting | sunting sumber]Penyerangan India baru terjadi pada tahun 44 Hijriah dalam masa pemerintahan Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Penyerangan India juga dilakukan oleh raja dari negeri Ghaznah yang bernama as-Said al-Mahmud bin Sabakatkin. Jumlah pasukannya hanya sebanyak 400 orang. As-Said al-Mahmud bin Sabakatkin berhasil menyerang India dan membawa pulang harta rampasan perang. Pada penyerangan ini, ia bersama pasukannya menghancurkan sebuah patung bernama Yasuminat. Patung ini merupakan patung terbesar di tempat penyerangannya. Selain itu, ia juga mengambil kalung dan pedang yang ada pada patung tersebut.[6]
Di sisi lain, penaklukan negeri Sindh dan India juga dilakukan oleh para gubernur dari Dinasti Umayyah. Penaklukan ini untuk memerangi bangsa Turki yang berada di sekitar wilayah Sindh dan India. Peperangan ini dimenangkan oleh Dinasti Umayyah dan mereka kemudian mengambil harta rampasan perang beserta dengan hasil panen dari negeri yang mereka taklukkan.[6]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Trifkovic, Serge (11 September 2002). The Sword of the Prophet: History, Theology, Impact on the World. Regina Orthodox Press. ISBN 1928653111.
- ^ Trifkovic, Serge. "Islam's Other Victims: India". FrontPageMagazine.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-05-23. Diakses tanggal 26 August 2006.
- ^ Elliot, Sir Henry Miers (1952). The history of India, as told by its own historians: the Muhammadan period, Volume 11. Elibron.com. hlm. 98. ISBN 9780543947260.
- ^ Durant, Will (1992). "The Story of Civilization: Our Oriental Heritage" (page 459).
- ^ Katsir 2018, hlm. 7-8.
- ^ a b c Katsir 2018, hlm. 8.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Katsir, Ibnu (2018). Dahsyatnya Hari Kiamat. Diterjemahkan oleh Nurdin, Ali. Jakarta: Qisthi Press. ISBN 978-979-1303-85-9.
Bacaan lanjutan
[sunting | sunting sumber]- Peter van der Veer, Religious Nationalism: Hindus and Muslims in India, University of California Press, 7 Feb 1994, ISBN 0-520-08256-7