Pentetrazol
![]() | |
---|---|
![]() | |
Nama sistematis (IUPAC) | |
6,7,8,9-Tetrahidro-5H-tetrazolo(1,5-a)azepina | |
Data klinis | |
Nama dagang | Metrazol, dll |
Kat. kehamilan | ? |
Status hukum | ? |
Pengenal | |
Nomor CAS | 54-95-5 ![]() |
Kode ATC | R07AB03 |
PubChem | CID 5917 |
ChemSpider | 5704 ![]() |
UNII | WM5Z385K7T ![]() |
KEGG | D07409 ![]() |
ChEBI | CHEBI:34910 ![]() |
ChEMBL | CHEMBL116943 ![]() |
Sinonim | PTZ; Pentilenatetrazola; Leptazol; Metrazol; Pentetrazol; Pentametilenatetrazol |
Data kimia | |
Rumus | C6H10N4 |
SMILES | eMolecules & PubChem |
|
Pentetrazol; juga dikenal sebagai pentilenatetrazol (disingkat PTZ), leptazol, metrazol (INN), pentametilenatetrazol; adalah obat yang sebelumnya digunakan sebagai stimulan peredaran darah dan pernapasan. Dosis tinggi menyebabkan kejang, seperti yang ditemukan oleh ahli saraf dan psikiater Hungaria-Amerika Ladislas J. Meduna pada tahun 1934. Obat ini telah digunakan dalam terapi kejang, dan terbukti efektif (terutama untuk depresi) tetapi efek samping seperti kejang yang tidak terkontrol sulit dihindari.[1] Pada tahun 1939, pentilenatetrazol digantikan oleh terapi elektrokonvulsif, yang lebih mudah diberikan, sebagai metode yang lebih disukai untuk menginduksi kejang di rumah sakit jiwa Inggris. Di AS, persetujuannya oleh FDA dicabut pada tahun 1982.[2] Obat ini digunakan di Italia sebagai stimulan kardio-pernapasan yang dikombinasikan dengan kodein dalam obat penekan batuk.[3]
Efek samping
[sunting | sunting sumber]Pentilenatetrazol bersifat anksiogenik dan diketahui dapat menyebabkan kecemasan parah pada manusia.[4]
Mekanisme kerja
[sunting | sunting sumber]Mekanisme pentilenatetrazol belum dipahami dengan baik, dan mungkin memiliki beberapa mekanisme aksi. Pada tahun 1984, Squires dkk. menerbitkan sebuah laporan yang menganalisis pentilenatetrazol dan beberapa obat kejang yang terkait secara struktural. Mereka menemukan bahwa potensi kejang in vivo berkorelasi kuat dengan afinitas in vitro terhadap tempat pengikatan pikrotoksin pada kompleks reseptor GABA-A. Banyak ligan GABA-A, seperti obat penenang diazepam dan fenobarbital, merupakan antikonvulsan yang efektif, tetapi mungkin pentilenatetrazol memiliki efek sebaliknya ketika mengikat reseptor GABA-A.[5]
Beberapa penelitian telah difokuskan pada cara pentilenatetrazol memengaruhi saluran ion neuronal. Sebuah penelitian tahun 1987 menemukan bahwa pentilenatetrazol meningkatkan masuknya kalsium dan masuknya natrium, yang keduanya mendepolarisasi neuron. Karena efek ini dihalangi oleh penghambat saluran kalsium, pentilenatetrazol tampaknya bekerja pada saluran kalsium, dan menyebabkan saluran tersebut kehilangan selektivitas dan juga menghantarkan ion natrium.[6]
Penelitian
[sunting | sunting sumber]Pentilenatetrazol telah digunakan secara eksperimental untuk mempelajari fenomena sawan dan mengidentifikasi obat-obatan yang dapat mengendalikan kerentanan sawan. Misalnya, peneliti dapat menginduksi status epileptikus pada model hewan. Pentilenatetrazol juga merupakan obat anksiogenik prototipe dan telah digunakan secara luas dalam model kecemasan pada hewan. Pentilenatetrazol menghasilkan stimulus diskriminatif yang andal, yang sebagian besar dimediasi oleh reseptor GABAA. Beberapa kelas senyawa dapat memodulasi stimulus diskriminatif pentilenatetrazol termasuk 5-HT1A, 5-HT3, NMDA, glisina, dan ligan saluran kalsium tipe-L.[7]
Pentylenetetrazol sedang dipelajari sebagai agen yang meningkatkan kewaspadaan dalam pengobatan hipersomnia idiopatik dan narkolepsi.[8][9]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Read CF (1940). "Consequences of metrazol shock therapy". American Journal of Psychiatry. 97 (3): 667–76. doi:10.1176/ajp.97.3.667.
- ^ Minkel JR (February 25, 2007). "Drug May Counteract Down Syndrome". Scientific American. Diakses tanggal 2007-03-20.
- ^ "Cardiazol-Paracodina". Agenzia Italiana del Farmaco.
- ^ Durant C, Christmas D, Nutt D (2009). "The Pharmacology of Anxiety". Current Topics in Behavioral Neurosciences. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg. hlm. 303–330. doi:10.1007/7854_2009_8. ISBN 978-3-642-02911-0. ISSN 1866-3370.
Preliminary evidence that reducing GABAergic transmission induces anxiety came from the early use of pentylenetetrazol (PTZ) a convulsant drug used to induce seizures in the treatment of severe psychiatric disorders before the discovery of ECT. During its use dose titration was difficult, in many cases too little was given and no seizure was caused. This, however, produced a severely anxious state, leading to patients feeling ‘as if they were going to die’, and trying (often successfully) to escape from the clinic. Memory of this anxiety was extremely strong resulting in resistance to return to therapy and it was later shown that PTZ acts as an antagonist GABAA receptor.
- ^ Squires RF, Saederup E, Crawley JN, Skolnick P, Paul SM (October 1984). "Convulsant potencies of tetrazoles are highly correlated with actions on GABA/benzodiazepine/picrotoxin receptor complexes in brain". Life Sciences. 35 (14): 1439–1444. doi:10.1016/0024-3205(84)90159-0. PMID 6090836.
- ^ Papp A, Fehér O, Erdélyi L (1987). "The ionic mechanism of the pentylenetetrazol convulsions". Acta Biologica Hungarica. 38 (3–4): 349–361. PMID 3503442.
- ^ Jung ME, Lal H, Gatch MB (June 2002). "The discriminative stimulus effects of pentylenetetrazol as a model of anxiety: recent developments". Neuroscience and Biobehavioral Reviews. 26 (4): 429–439. doi:10.1016/S0149-7634(02)00010-6. PMID 12204190.
- ^ "Pentylenetetrazole - Balance Therapeutics". AdisInsight. Springer Nature Switzerland AG. 28 June 2020. Diakses tanggal 25 September 2024.
- ^ Takahashi T, Noriaki S, Matsumura M, Li C, Takahashi K, Nishino S (3 October 2018). "Advances in pharmaceutical treatment options for narcolepsy". Expert Opinion on Orphan Drugs. 6 (10): 597–610. doi:10.1080/21678707.2018.1521267. ISSN 2167-8707.