Penti Weki Peso Beo Reca Rangga Wali Ntaung
Penti Weki Peso Beo Reca Rangga Wali Ntaung adalah pesta atas panen, upacara untuk syukuran dan memohon keselamatan kepada Mori Jari Dedek atau Mori Karaeng yaitu Tuhan, Sang Pencipta, dan sebagai tanda terima kasih kepada arwah nenek moyang atau arwah para leluhur.[1] Jadi merupakan upacara yang menyelaraskan kebudayaan dan kehidupan keagamaan serta interaksi sosial yang saling melengkapi sehingga terbina hubungan yang lebih harmonis.[2]
Makna
[sunting | sunting sumber]Penti Weki Peso Beo Reca Rangga Wali Ntaung merupakan upacara syukuran kepada Tuhan serta berterima kasih kepada para arwah atau roh nenek moyang. Syukuran terhadap perlindungan Tuhan dan atas anugerah hasil usaha berupa hasil panen yang dapat dinikmati masyarakat pada tahun yang telah dilalui.[2] Upcara Penti merupakan syukur atas panen satu tahun yang telah dilewati, memohon berkat lindungan dan memohonan keselamatan atau keberhasilan tanaman dan hasil panen pada tahun yang akan datang. Upacara ini menjadi ajang berkumpul keluarga, jadi upacara yang melibatkkan semua warga menjadi suatu keluarga besar.[1] Dalam upacara ini juga terkandung harapan yang baik bagi musim tanam pada tahun yang akan datang, karena upacara ini juga mengawali musim tanam.[2]
Filosofi Perayaan
[sunting | sunting sumber]Upacara Penti Weki Peso Beo Reca Rangga Wali Ntaung berasal dari filosofi masyarakat Manggarai yang ada di pulau Flores bagian barat, yakni gendang one lingko pe'ang yang mengusahakan terciptanya keselarasan hidup terhadap setiap makhluk, teristimewa untuk semua manusia yang masih hidup serta tidak melupakan makhluk ciptaan yang lain, termasuk roh-roh atau arwah nenek moyang.[3] Filosofi itu bersumber atau berpusat kepada Wujud Tertinggi yaitu Mori Karaeng - Tuhan Yang Mahaesa sebagai asal dan tujuan akhir setiap makhluk hidup.[1]
Waktu Pelaksanaan Upacara Penti
[sunting | sunting sumber]Upacara Penti biasa dilaksanakan pada akhir musim kemarau untuk mengawali musim tanam yang dipimpin oleh kepala kampung atau tu'a golo[2]. dengan melalui beberapa tahapan yang bisa berlansung dalam waktu 4 sampai 7 hari, tergantung juga pada setiap komunitas penyelenggara.[3] Upacara Penti berpusat pada barong lodok, barong wae, barong compang, libur kelo dengan puncaknya yang diselenggarakan di rumah adat yang dinamakan mbaru gendang.[1]
Tahapan Upacara
[sunting | sunting sumber]Pelaksanaan upara Penti, dimulai dengan berjalan kaki dari mbaru gendang atau rumah adat menuju pusat kebun atau Lingko untuk melangsungkan acara Barong Lodok.[2][1] Barong lodok yaitu upacara mengundang penjaga kebun di pusat Lengko untuk menghadiri penyelenggaraan upacara Penti.[3] Pemimpin adat terlebih dahulu melakukan cepa, yaitu memakan sirih, pinang dan kapur, lalu menyiram tuak dari dalam bambu ke tanah yang disebut acara Pau Tuak.[2] Upacara Barong lodok dilaksanakan di pusat kebun yang ditandai dengan kayu atau teno.[1]
Upaca kemudian dilanjutkan di Barong wae teku yakni upacara mengundang roh para leluhur penunggu mata air, sehingga air selalu melimpah yang menyuburkan tanaman padi. Dalam upacara ini juga menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan yang menciptakan mata air bagi kehidupan semua makhluk, teristimewa seluruh warga Manggarai.[2]
Tahap selanjutnya yaitu rital Barong Compang, yakni acara menghunjukkan persembahan yang diletakan dalam tempat yang dinamakan compang, yang ada di tengah kampung dan berbentuk bulat.[1] Roh Penjaga kampung dan juga roh yang diam di Compang juga diundang untuk mengikuti upacara.[2]
Tahapan upacara selanjutnya yaitu Libur kilo, ritual syukuran keluarga dengan menpersembahkan dengan urutan; renggas yaitu pembukaan, pengungkapan lima kebutuhan dasar; rumah atau mbaru tara kaeng, tempat bermain atau natas tara labar, air minum atau wae tara teku, tanah garapan atau uma bate duat, dan tempat meletakan persembahan atau compang.[2]
Tahapan Renge Ela Penti dengan beberapa rentetan ritual yang dalam setiap tahapan upacara itu dilaksanakan secara gotong royong atau bersama-sama dengan melibatkan semua warga desa.[2]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g "Etnis Manggarai dari Ritual ke Ritual". liputan6.com. 19 Agustus 2001. Diakses tanggal 19/4/2019.
- ^ a b c d e f g h i j Sudharma, dkk, I Wayan (2013). PENTI WEKI PESO BEO RECA RANGGA WALIN TAHUN DI KABUPATEN MANGGARAI NUSA TENGGARA TIMUR. Denpasar: BPNB BALI. hlm. 15 - 26. ISBN 978-602-258-114-7.
- ^ a b c Nyoman, Leonardus (04 Desember 2013). "Upacara Adat Penti Bersyukur Ala Kampung Wae Rebo". travel.detik.com. Diakses tanggal 20/4/2019.