Lompat ke isi

Penyaliban dan kematian Yesus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Penyaliban Tuhan Yesus)
Penyaliban, oleh Vouet, 1622, Genoa

Kematian Yesus Kristus Sang Juru Selamat Manusia terjadi pada abad ke-1 Masehi, diperkirakan antara tahun 30-33 M. Menurut penanggalan Yahudi, Ia mati tergantung di atas salib, tanggal 14 Nisan, beberapa jam sebelum hari Paskah Yahudi dirayakan (tanggal 15 Nisan, dimulai pada sekitar pk. 18:00 saat matahari terbenam). Hukuman mati dengan disalibkan dijatuhkan atas perintah gubernur Kerajaan Romawi untuk provinsi Yudea, Pontius Pilatus, berdasarkan laporan para pemuka agama Yahudi saat itu bahwa Yesus Kristus mengaku sebagai Raja orang Yahudi. Berita penyaliban dan kematian ini dicatat di sejumlah tulisan sejarawan Kerajaan Romawi, orang Yahudi dan murid-murid Yesus. Catatan yang paling detail ditemukan di kitab-kitab Injil dalam bagian Perjanjian Baru Alkitab Kristen.

Kematian Yesus dapat dilihat melalui dua cara pandang yang berbeda:[1]

  1. Kematian Yesus sebagai peristiwa sejarah.
  2. Kematian Yesus sebagai bagian dari rencana Allah.[2]

Pemberitahuan Kematian Yesus

[sunting | sunting sumber]

Dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, digambarkan bahwa seorang yang diurapi (bahasa Ibrani: Mesias‎; bahasa Yunani: Kristus) oleh Allah akan menderita sengsara dan mati sebagai penebus dosa umat manusia. Sejumlah nubuat berfokus pada peristiwa ini yang menurut Akitab digenapi dalam kematian Yesus Kristus.

  • Janji Induk, Kejadian 3:15: Keturunan perempuan (dengan/tanpa campur tangan laki-laki) akan meremukkan kepala ular (=iblis), tetapi ular akan meremukkan kakinya.

Penggenapan: Yesus diremukkan secara fisik, tetapi kematian-Nya menghancurkan kuasa iblis atas manusia.

  • Pengorbanan Ishak, Kejadian 22:6–18: Ishak tidak jadi dibunuh oleh Abraham untuk dipersembahkan sebagai korban. Sebagai gantinya, Allah menyediakan seekor domba jantan, yang tanduknya tersangkut dalam belukar.

Penggenapan: Yesus disediakan Allah sebagai korban penebus dosa untuk seluruh manusia, dengan lahir sebagai keturunan Abraham dan mati di gunung yang sama dengan tempat domba pengganti Ishak, ahli waris Abraham.

  • Peristiwa Paskah Yahudi (Keluaran 12:1–28) mencatat bahwa Allah mengampuni anak-anak sulung orang Israel, sementara Ia membunuh semua anak sulung orang Mesir. Untuk itu orang Israel harus menyembelih domba Paskah, menaruhkan darahnya pada palang kayu pintu rumah-rumah mereka, dan memakan dagingnya.

Penggenapan: Yesus sebagai anak sulung Allah, dikorbankan dengan dibunuh pada malam menjelang Paskah Yahudi, darahnya teroles pada palang kayu salib, dan tubuh-Nya diserahkan sebagai penebusan dosa umat manusia.

  • Bilangan 21:9: Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

Penggenapan: Yesus mati digantung di atas kayu salib; barangsiapa yang percaya kepada-Nya, sekalipun dipagut kuasa iblis (=ular di taman Eden), akan hidup kekal.

  • Mazmur 22 menggambarkan bahwa Mesias akan menderita sengsara, ditinggalkan oleh Allah dan manusia, bahkan sahabat-sahabat-Nya dan dikelilingi musuh-musuhnya.
  • Yesaya 53 menggambarkan bahwa Mesias akan menderita sengsara, tetapi karena itulah kita disembuhkan:[3]

Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh... Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan...ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah...

— Yesaya 53:3-10

Penggenapan: Yesus tidak bersalah, tetapi disiksa dan dibunuh sebagai korban penebus salah, supaya kita mendapat keselamatan dan kesembuhan.

Kitab-kitab Injil mencatat bahwa Yesus sendiri jauh-jauh hari telah memberitahukan kematian-Nya dan kebangkitan-Nya sebanyak empat kali. Pemberitahuan terakhir dicatat di Injil Matius: "Dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia (=sebutan Yesus untuk diri-Nya) akan diserahkan untuk disalibkan."[4]

Dalam Perjanjian Baru dijelaskan bahwa kaum Yahudi memiliki tanggung jawab atas pembunuhan Yesus. Keterangan yang memberikan gambaran atas hal ini adalah dalam Surat Paulus kepada Jemaat di Roma pada bagian 11:28. Pembunuhan Yesus oleh kaum Yahudi diperjelas oleh Matius dan Yohanes yang telah memiliki permusuhan dengan agama Yahudi. Dalam Injil Matius bagian 27:25, disebutkan bahwa darah Yesus ditanggungkan kepada rakyat dan anak-anaknya. Sementara Yohanes dalam Injil Yohanes menyatakan bahwa kaum Yahudi identik dengan kekuatan jahat. Ia menyatakan bahwa bapak kaum Yahudi adalah Iblis yang keinginannya dituruti oleh mereka.[5]

Kronologi Kematian Yesus

[sunting | sunting sumber]

Di dalam Alkitab kisah penyaliban dan kematian Yesus dicatat dalam keempat Injil. Sekalipun keempatnya memiliki punya ciri khas tersendiri dalam menggambarkan peristiwa kematian Yesus, namun secara harmonis mencatat kronologi peristiwa penyaliban dan kematian Yesus sebagai berikut:[6]

  1. Perjamuan makan di malam sebelum Yesus disalibkan (Perjamuan Terakhir)
  2. Pengkhianatan salah seorang murid terdekatnya, Yudas
  3. Yesus berdoa di taman Getsemani
  4. Penangkapan Yesus di taman Getsemani
  5. Pengadilan Yesus di hadapan pemuka-pemuka agama Yahudi
  6. Penyangkalan sebanyak tiga kali oleh murid terdekatnya, Petrus, bahwa ia mengenal Yesus.
  7. Pengadilan Yesus menurut hukum Romawi yang dilakukan oleh Pontius Pilatus
  8. Yesus dibawa ke Golgota untuk disalibkan. Di sana Dia mati dan kemudian dikuburkan di dekat sana.

Pengadilan terhadap Yesus

[sunting | sunting sumber]

Kitab-kitab Injil melaporkan ada dua proses pengadilan yang berbeda terhadap Yesus: pengadilan Yahudi dan pengadilan Romawi.

Pengadilan Yahudi

[sunting | sunting sumber]

Tercatat ada 3 kali pengadilan berdasarkan hukum Yahudi, yaitu di hadapan para pemimpin Yahudi:

  1. Di hadapan Hanas, mertua Imam Besar Kayafas.[7]
  2. Di hadapan Imam Besar Kayafas.[8]
  3. Di hadapan Mahkamah Agama (Sanhedrin).[9]

Menurut hukum Yahudi, Yesus dituduh melakukan pelanggaran agama,[10] karena mengaku sebagai "Anak Allah", berarti menyamakan diri-Nya dengan Allah dan ini merupakan penghujatan yang harus dihukum mati. Di bawah pemerintahan Romawi, pengadilan Yahudi tidak berhak menjatuhkan hukuman mati. Oleh sebab itu, mereka melimpahkan kasus ini kepada pengadilan Romawi, supaya hukuman mati dapat dijalankan.

Pengadilan Romawi

[sunting | sunting sumber]

Yesus mengalami 3 proses pengadilan menurut hukum Romawi

  1. Dilakukan di hadapan gubernur Roma, Pontius Pilatus, di mana Yesus dituduh melakukan pelanggaran politik. Pilatus tidak menemukan kesalahan.[11]
  2. Setelah mendapati bahwa Yesus berasal dari Galilea, Pilatus mengirimkan Yesus kepada raja Herodes Antipas yang memerintah daerah Galilea. Herodes tidak mendapati kesalahan pada Yesus, lalu mengirimkan-Nya kembali kepada Pilatus lagi.[12]
  3. Terakhir kali Pilatus mengadili Yesus di atas kursi pengadilan resmi (bahasa Yunani: Litostrotos; bahasa Ibrani: Gabata[13]) dan menjatuhkan hukuman mati dengan disalibkan.[14]

Yesus disiksa

[sunting | sunting sumber]
  • Selama di pengadilan, Yesus telah mengalami siksaan, dipukuli oleh prajurit-prajurit dari pemuka agama, dari raja Herodes dan tentara Romawi.
  • Setelah dijatuhi hukuman mati, serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya dan berlutut menyembah-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu daripada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar, disuruh memikul kayu salib-Nya sambil berjalan menuju ke tempat penyaliban.[15]

Jalan Kesengsaraan

[sunting | sunting sumber]

Tempat penyaliban Yesus berada sedikit di luar tembok kota Yerusalem, di bukit yang disebut Tempat Tengkorak atau Golgota.[16] Jalan yang dilalui Yesus menuju ke tempat penyaliban-Nya dikenal sebagai Via Dolorosa (=Jalan Kesengsaraan), atau "Jalan Salib".

Para serdadu Romawi menggiring Yesus berjalan keluar dari benteng Antonia ke tempat penyaliban-Nya. Dalam perjalanan, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang baru datang dari luar kota bernama Simon. Penulis Injil Markus mengenali orang ini sebagai ayah Aleksander dan Rufus. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus pada bahunya.[17]

Perempuan-perempuan Yerusalem

[sunting | sunting sumber]

Sejumlah besar orang mengikuti Dia dalam perjalanan ke Golgota; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?" Hanya Injil Lukas yang mencatat perkataan ini[18]

Yesus disalibkan

[sunting | sunting sumber]
  • Yesus digantungkan pada kayu salib dengan dipaku kedua tangan dan kaki-Nya.[19]
  • Ia mulai digantung di salib sejak sekitar pukul 9 pagi.[20]
  • Pada pukul 12 siang sampai pukul 3 sore kegelapan melanda daerah itu.[21]
  • Di antara jam 3 sampai 6 sore, Yesus mati.[22]

Dua orang lain yang bersama-sama disalib

[sunting | sunting sumber]

Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penjahat (Matius dan Markus secara spesifik menyebut mereka "penyamun"), seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Yesus di tengah-tengah.[23]

Penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya seperti orang-orang banyak yang menyaksikan penyaliban itu.[24] Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Tetapi kemudian yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."[25]

Orang-orang yang menyaksikan

[sunting | sunting sumber]
  • Sebelum digantungkan di atas salib, para serdadu memberi Dia minum anggur bercampur empedu, untuk menghilangkan rasa sakit. Setelah Yesus mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya.[26]
  • Sesudah menyalibkan Dia para prajurit membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi.[27]

[Catatan: menggenapi nubuat Daud (tahun ~1000 SM) dalam Mazmur 22:19: "Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku."]

  • Lalu para prajurit duduk di situ menjaga Dia.[28]
  • Prajurit dan orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"[29]
  • Imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah."[30]
  • Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya.[31]
  • Saat Yesus berteriak "Eli, Eli, lama sabakhtani", sebagian orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." Seorang dari mereka mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia."[32]
  • Ada di situ banyak perempuan yang berdiri melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus (muda) (yaitu ibu Yesus sendiri[33]) dan Yoses (atau Yusuf), dan ibu anak-anak Zebedeus,[34] Salome,[35] dan banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus.[36]

Tulisan di kayu salib

[sunting | sunting sumber]

Di atas kepala Yesus terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum. Tulisan itu dibuat dalam 3 bahasa: Latin (bahasa resmi pemerintah Romawi), Yunani (bahasa yang lebih umum dipakai), Ibrani (bahasa setempat).[37] Para pakar menduga bahwa masing-masing Injil mencatat tulisan dalam bahasa yang mereka kenal baik: Matius mencatat tulisan bahasa Ibrani; Lukas mencatat tulisan Yunani; Yohanes, yang menulis Injil-Nya di kemudian hari, mengingat tulisan bahasa Latin; Markus mencatat kata-kata yang dipakai bersama di ketiga tulisan itu dalam Injilnya. Buktinya adalah bahwa jumlah huruf dan kata-kata akan membuat tulisan-tulisan itu kurang lebih sama panjangnya, jika mengikuti bahasa-bahasa tersebut.

  • Matius mencatat: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi."[38]                     bahasa Ibrani: זֶה הוּא יֵשׁוּעַ מֶלֶךְ הַיְּהוּדִים
  • Markus mencatat: "Raja orang Yahudi."[39]
  • Lukas mencatat: "Inilah raja orang Yahudi."[40]      &nbs;                     bahasa Yunani: Ό Βασιλεὺς Τῶν Ἰουδαίων Οὗτος
  • Yohanes mencatat: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi."[41] bahasa Latin: IESVS·NAZARENVS·REX·IVDÆORVM (disingkat INRI)

Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam 3 bahasa. Imam-imam kepala orang Yahudi menyampaikan keluhan kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi." Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."[42]

Perkataan Yesus di atas salib

[sunting | sunting sumber]

Tercatat Yesus mengatakan 7 kalimat selama disalibkan sampai matinya.

  1. Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."[43]
  2. Kata Yesus kepadanya (salah satu penjahat yang disalib di sampingnya): "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."[44]
  3. Ketika Yesus melihat ibu-Nya (Maria) dan murid yang dikasihi-Nya (=Yohanes anak Zebedeus) di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.[45]
  4. Pada kira-kira jam 3 siang berserulah Yesus dengan suara nyaring:"Eli, Eli, lama sabakhtani?"[46] atau "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?"[47] Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
  5. Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia—supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!"[48]
  6. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya [49]
  7. Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya[50]:"Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku."[51]

Yesus wafat

[sunting | sunting sumber]

Kematian Yesus terjadi setelah jam 3 sore dan sebelum jam 6 malam. Pada saat yang sama, domba Paskah disembelih di Bait Suci, yaitu menurut aturan ketat dari hukum Taurat dilaksanakan antara pukul 3 sampai 5 sore, tanggal 14 Nisan.[52]

Peristiwa yang menyertai kematian Yesus

[sunting | sunting sumber]

Ketika Yesus mati, Injil mencatat terjadinya hal-hal aneh berikut ini:

  • Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah[53]
  • Terjadilah gempa bumi[54]
  • Bukit-bukit batu terbelah[54]
  • Kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.[55]
  • Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi[56]
  • Kepala pasukan (yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian[57]) berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."[56] dan juga ia memuliakan Allah, katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!"[58]
  • Datanglah prajurit-prajurit untuk mematahkan kaki orang-orang yang disalib, supaya cepat mati dan mayat-mayat dapat diturunkan. Hal ini atas permintaan orang-orang Yahudi kepada Pilatus, berhubung hari itu hari persiapan sebelum Paskah Yahudi. Ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.[59]
  • Sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.[60]
  • Yusuf dari Arimatea meminta mayat Yesus kepada Pontius Pilatus dan setelah dikabulkan segera mengapani mayat-Nya dengan bubuhan rempah-rempah oleh Nikodemus dan menguburkan mayat itu dalam kuburan yang dimiliki oleh Yusuf.[61]

Catatan Sejarah

[sunting | sunting sumber]

Sejumlah sumber non-Kristen mencatat penyaliban dan kematian Yesus:

  • Mara Bar-Serapion, penulis dari Suriah yang menyebut ada seorang "raja yang bijak" dihukum mati oleh orang Yahudi.[62]
  • Sejarahwan Romawi, Tacitus, dalam tulisannya Annals (~116 M), mencatat "Kristus...menderita hukuman ekstrem pada pemerintahan Tiberius di tangan salah seorang prokurator kami (=Pontius Pilatus)..."[63]
  • Satiris Yunani, Lucian, menyebut Yesus sebagai "persona terkemuka yang mengajarkan ritual baru dan disalibkan karena hal itu."[64]
  • Sejarawan Yahudi pada abad ke-1, Flavius Yosefus (dalam bagian yang diperdebatkan[65]) mencatat:[66]

Kira-kira pada waktu itu, Yesus, seorang bijak, kalau boleh menyebutnya "manusia"; karena ia adalah pembuat pekerjaan yang menakjubkan, seorang guru sedemikian yang membuat orang menerima kebenaran dengan sukacita. Ia menarik banyak pengikut, baik orang Yahudi maupun orang asing. Ia adalah Kristus. Dan ketika Pilatus, atas usulan orang-orang terkemuka di antara kami, menghukumnya dengan penyaliban, mereka yang menyayanginya pada mulanya tidak meninggalkannya; karena ia menampakkan diri lagi hidup-hidup kepada mereka pada hari ke-3, sebagaimana nabi-nabi kudus telah meramalkannya dan puluhan ribu hal ajaib lain tentang dia. Dan suku Kristen, yang dinamakan menurut dia, tidak punah sampai hari ini

Pada petang hari sebelum Pesakh Yeshu digantung. Selama 40 hari sebelum hukuman dijalankan, seorang bentara berjalan ke depan dan berteriak, ‘Orang ini akan segera dihukum lempar batu sampai mati, karena ia melakukan sihir dan membujuk Israel pada kesesatan. Barangsiapa yang dapat membelanya, silakan maju dan mengajukan permohonan untuknya.' Namun, karena tidak ada pembelaan yang diajukan untuknya, ia digantung di sore sebelum petang hari sebelum Pesakh!

Meskipun ada keraguan bahwa Yeshu ini sama dengan Yesus, banyak sejarawan sependapat bahwa bagian ini tampaknya tentang Yesus.[68]

  • Ada referensi lain yang secara tidak langsung merujuk kepada pengorbanan Yesus Kristus sebagai anak domba Allah untuk menghapus dosa dan mendapat perkenan Allah:
Selama 40 tahun terakhir sebelum kehancuran Bait Suci, undi [‘Untuk Tuhan’] tidak muncul di tangan kanan; juga pita yang berwarna kirmizi tidak menjadi putih; pula cahaya di ujung barat tidak bersinar; dan pintu-pintu Hekal terbuka dengan sendirinya, sampai R. Johanan b. Zakkai memarahi mereka, katanya: Hekal, Hekal, mengapa engkau menjadi pembawa berita buruk itu sendiri? Aku tahu tentang engkau bahwa engkau akan dihancurkan, karena Zakharia bin Ido telah bernubuat mengenai engkau: Bukalah pintu-pintumu, hai Libanon, supaya api dapat memakan pohon-pohon arasmu.[69] (Yoma 39b)

Bait Suci itu dihancurkan pada tahun 70 M oleh orang Romawi, maka ada yang menafsirkan bahwa penyaliban Yesus, yang menggenapi korban "Untuk Tuhan" terjadi sekitar tahun 30 M.[70]

Ada pula yang menulis mengenai peristiwa di seputar kematian Yesus

  • Thallus, seorang sejarawan Romawi, mencatat pada tahun 52 M, bahwa kegelapan meliputi seluruh bumi pada siang hari di waktu sekitar Paskah tahun 32 M. Tokoh Kristen, Sextus Julius Africanus, pada tahun 220 menulis: "Kegelapan ini, Thallus, dalam buku ketiga karyanya "History" menyebutnya, tampaknya menurut saya tanpa alasan, sebagai gerhana matahari."[71] Julius lalu menjelaskan bahwa teori Thallus tidak masuk akal karena gerhana matahari tidak dapat terjadi bersamaan dengan bulan purnama yang selalu terjadi pada hari Paskah (15 Nisan menurut Kalender Ibrani), yaitu saat kematian Yesus.[72]

Kayu salib tempat di mana Yesus mati merupakan misteri besar.[73] Misteri kematian Yesus dan maknanya yang sebenarnya, menyampaikan dua hal yang penting tentang hubungan Allah dan hubungannya dengan manusia.[73] Pertama, salah satu masalah yang paling mendesak dalam kehidupan adalah masalah dosa atau kejahatan.[6] Melalui Yesus, Anak Allah, Allah bermaksud melenyapkan penderitaan yang diakibatkan manusia. Oleh karena itu salib menunjukkan kepada kita bahwa walaupun Allah tidak melenyapkan penderitaan yang diakibatkan dosa manusia dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan, Ia ikut mengambil bagian di dalamnya bersama kita.[1] Allah bukanlah hakim yang kejam yang menjatuhkan vonis yang tidak wajar kepada Yesus yang tidak bersalah. Pada kayu salib itu, Allah sebenarnya ikut mengalami akibat yang paling buruk dari keadaan kita yang berdosa. Kedua, salib menunjukkan kepada kita harga pengampunan dari Allah. Bagi kita sendiri, mengampuni orang lain sering menjadi hal yang sulit. Untuk mengampuni manusia, Allah menyerahkan AnakNya tunggal di kayu salib.[1]

Polemik seputar Kematian Yesus

[sunting | sunting sumber]

Pandangan tertua mengatakan bahwa Yesus sebenarnya sudah menyadari bahwa kematiannya sudah dekat. Ini adalah kehendak Allah yang harus dijalankan. Pandangan seperti ini tersurat di dalam Alkitab. Paulus dalam Surat 1 Korintus menggambarkan kisah ini sebagai sebuah peristiwa yang 'sesuai dengan kitab suci'. Mazmur 22 dan Yesaya 53 juga disebut-sebut sebagai salah satu bukti bahwa peristiwa kematian Yesus adalah peristiwa yang telah ditetapkan, bahkan jauh sebelum Yesus lahir. Di kalangan pakar sejarah mengenai Yesus argumen ini tidak selalu diterima. Albert Schweitzer, salah seorang penggagas gerakan Yesus Seminar, melihat peristiwa kematian Yesus sebagai peristiwa pemberontakan yang gagal.[6] Yesus dituduh sebagai tokoh politik yang akan mengancam keberadaan Romawi dan Palestina, dan karena itu dia dibunuh. Kisah di dalam Injil tidak mereka terima sebagai peristiwa historis. Mereka memahami kisah kematian Yesus, yang tertulis di dalam injil, sebagai liturgi yang dipraktikkan di dalam gereja mula-mula.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
Penyaliban dan kematian Yesus
Didahului oleh:
Minggu Sengsara:
Pengadilan Yesus
Peristiwa dalam
Perjanjian Baru
Diteruskan oleh:
Penguburan Yesus

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c John Drane. 1996. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.87-88.
  2. ^ Lukas 19:10
  3. ^ Yesaya 53:3–10
  4. ^ Matius 26:2
  5. ^ Husaini, Adian (2005). Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler Liberal. Jakarta: Gema Insani. hlm. 52. ISBN 978-602-250-517-4. 
  6. ^ a b c (Indonesia)T.Jacobs S.Y. 1981. Memahami Perjanjian Baru. Yogyakarta:Kanisius. Hlm.98-99.
  7. ^ Yohanes 18:13–24
  8. ^ Matius 26:53–66; Markus 14:57–64
  9. ^ Lukas 22:66–71
  10. ^ Yohanes 18:12–14
  11. ^ Lukas 23:1–7
  12. ^ Lukas 23:8–12
  13. ^ Yohanes 19:13
  14. ^ Lukas 23:13–25
  15. ^ Matius 27:27–31; Markus 15:16–20; Yohanes 19:17
  16. ^ Matius 27:33; Markus 15:22; Lukas 23:33; Yohanes 19:17
  17. ^ Matius 26:2; Markus 15:21; Lukas 23:26
  18. ^ Lukas 23:27–31
  19. ^ Yohanes 20:25
  20. ^ Markus 15:25
  21. ^ Matius 27:45; Markus 15:33; Lukas 23:44
  22. ^ Matius 27:50; Markus 15:37; Lukas 23:46; Yohanes 19:30
  23. ^ Matius 27:38; Markus 15:27; Lukas 23:32–33; Yohanes 19:18
  24. ^ Matius 27:44; Markus 15:32; Lukas 23:32–33
  25. ^ Lukas 23:39–43
  26. ^ Matius 27:34; Markus 15:23
  27. ^ Matius 27:35; Markus 15:24; Lukas 23:34; Yohanes 19:23–24
  28. ^ Matius 27:36
  29. ^ Matius 27:39–40; Markus 15:29–30
  30. ^ Matius 27:41–43; Markus 15:31–32; Lukas 23:35
  31. ^ Lukas 23:35
  32. ^ Matius 27:47–49; Markus 15:35–36
  33. ^ Yohanes 19:26
  34. ^ Matius 27:55–56; Lukas 23:49
  35. ^ Markus 15:40
  36. ^ Markus 15:41–42
  37. ^ Yohanes 19:20; Lukas 23:38 versi King James
  38. ^ Matius 27:37
  39. ^ Markus 15:26
  40. ^ Lukas 23:28
  41. ^ Yohanes 19:19
  42. ^ Yohanes 19:20–22
  43. ^ Lukas 23:34
  44. ^ Lukas 23:43
  45. ^ Yohanes 19:26–27
  46. ^ Matius 27:46
  47. ^ Markus 15:34
  48. ^ Yohanes 19:28
  49. ^ Yohanes 19:30
  50. ^ Matius 27:50; Markus 15:37
  51. ^ Lukas 23:46
  52. ^ Reicke, B., The New Testament Era. Translated from the German by D. E. Green. Black: London (1968).
  53. ^ Matius 27:51; Markus 15:38; Lukas 23:45
  54. ^ a b Matius 27:51
  55. ^ Matius 27:52–53
  56. ^ a b Matius 27:54
  57. ^ Markus 15:39
  58. ^ Lukas 23:47
  59. ^ Yohanes 19:31–34
  60. ^ Lukas 23:48
  61. ^ Lihat Penguburan Yesus
  62. ^ Bruce, F.F. (1981). The New Testament Documents: Are They Reliable?. Eerdmans Publishing Co. ISBN 0802822193. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-24. Diakses tanggal 2011-09-21. 
  63. ^ Tacitus. "Annals, XXV.44". 
  64. ^ Lucian. H. W. Fowler, ed. The Death of Peregrine, 11-13. Oxford: The Clarendon Press. 
  65. ^ Louis Feldman counts 87 articles published during the period of 1937-1980, "the overwhelming majority of which question its authenticity in whole or in part". Feldman, Louis H (1989). Josephus, the Bible, and History. Leiden: E.J. Brill. hlm. 430. ISBN 9004089314. 
  66. ^ Josephus, Antiquities of the Jews - XVIII, 3:8-10
  67. ^ Sanhedrin 43a Babylonian Talmud (Soncino Edition)
  68. ^ Goldstein, Morris (1950). Jesus in the Jewish Tradition. New York: Macmillan Co. 
  69. ^ Zakharia 11:1
  70. ^ "Golgotha Rediscovered. The place where Jesus was crucified". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-26. Diakses tanggal 2013-08-15. 
  71. ^ Julius Africanus. Ante Nicene Fathers. 200.
  72. ^ Jeffrey, Grant R. The Handwriting of God. Sacred Mysteries of the Bible. 1997. Inspirational Press. New York.
  73. ^ a b (Indonesia)Norman Geisler. 2006. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Yogyakarta. ANDI. Hlm.142.