Perang Qinghai–Tibet atau Perang Tsinghai–Tibet adalah konflik yang terjadi semasa Perang Tiongkok–Tibet. Pemberontakan yang dipimpin Dalai Lama dengan dukungan Inggris ingin memperluas konflik asli yang terjadi antara Tentara Tibet dan Liu Wenhui (kelompok Sichuan) di Xikang, untuk menyerang Qinghai, daerah di sebelah timur laut Tibet. Menggunakan sengketa terkait biara di Yushu di Qinghai sebagai alasan pada tahun 1932, tentara Tibet melakukan penyerangan. Jenderal Muslim Qinghai, Ma Bufang, menyerbu tentara Tibet dan merebut kembali beberapa kabupaten di provinsi Xikang. Shiqu, Dege dan kabupaten lainnya direbut dari Tibet.[1][2][3] Perang melawan tentara Tibet dipimpin oleh Jenderal Muslim Ma Biao.[4] Pasukan Tibet didorong kembali ke sisi lain sungai Jinsha.[5][6] Tentara Qinghai merebut beberapa kabupaten yang telah dikuasai oleh tentara Tibet sejak tahun 1919. Kemenangan tentara Qinghai mengancam jalur pasokan ke pasukan Tibet di Garze dan Xinlong. Sehingga, pasukan Tibet yang di sana terpaksa harus mundur. Ma dan Liu memperingatkan tentara Tibet agar tidak lagi menyeberangi sungai Jinsha.[7] Per bulan Agustus, Tibet kehilangan banyak sekali wilayah kepada pasukan Liu Wenhui dan Ma Bufang sampai-sampai Dalai Lama menghubungi pemerintah Inggris di India untuk meminta bantuan. Tekanan dari Inggris membuat Tiongkok memutuskan gencatan senjata.[8] Gencatan senjata yang berbeda disetujui oleh Ma dan Liu dengan Tibet pada tahun 1933, dengan demikian berakhirlah perang.[9][10][11] Inggris mendukung Tibet semasa perang. Pasca perang, kemenangan atas Tibet dirayakan oleh tentara Xikang dan Qinghai.[12][13]