Persikad Depok
Nama lengkap | Persatuan Sepak bola kota administrasi Depok | ||
---|---|---|---|
Julukan | Serigala Margonda Pendekar Ciliwung | ||
Berdiri | 15 Mei 1990. 2017 dijual dan berganti nama Bogor F.C. | ||
Dibubarkan | 2017 | ||
Stadion | Stadion Merpati (Kapasitas: 10.000) | ||
Pemilik | PT Persikad Jaya Depok | ||
Presiden/CEO | Lilik Nugroho | ||
Pelatih | Isman Jasulmei | ||
Asisten Pelatih | Meiyadi Rakasiwi | ||
Kelompok suporter |
| ||
|
Persikad Depok merupakan singkatan dari Persatuan Sepak bola Indonesia Kota Depok. Klub sepak bola ini berasal dari kota Depok, Jawa Barat, Indonesia. Namun seiring dengan krisis finansial yang dialami, Persikad dijual dan berganti kepemilikan hingga mengubah namanya menjadi Bogor F.C. pada tahun 2017.[1][2]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Persikad Depok atau akronim dari Persatuan Sepak Bola Kota Administrasi Depok merupakan klub sepak bola yang berasal dari Kota Depok. Klub ini didirikan oleh Drs. H.Yuyun Wirasaputra,MM pada tahun 1990. Tujuan didirikannya Persikad adalah agar Depok memiliki pemberdayaan mandiri terhadap pembinaan pemain yang berasal dari wilayah Depok serta upaya “makar” dari Kabupaten Bogor. Kota Depok sendiri akhirnya berubah menjadi Kotamadya pada 27 April 1999 berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah tingkat II Depok.
Dalam perjalanannya, Persikad sempat menjadi tim yang ditakuti. Persikad sempat dihuni oleh pemain-pemain top, sebut saja Yusuke Sasa (Jepang), NNana Onana (Nigeria), dan Jean Paul Boumsong (Kamerun). Tak hanya itu, Persikad juga dihuni oleh pemain lokal bertalenta seperti Nehemia Solossa (Adik Boaz Solossa), Irfan "Boax" Safari, dan mantan kapten Timnas Indonesia, Muhammad Roby.
Sejak PSSI mengubah tata kelola sepak bola Indonesia untuk profesional yang diawali dengan pembentukan kompetisi ISL dan juga adanya surat edaran Mendagri No 903/187/SJ yang berisi tentang pelarangan klub profesional menggunakan dana APBD untuk pembiayaan pada kompetisi 2008 membuat Persikad mendadak bangkrut. Sejak saat itu prestasi Persikad yang dahulu cemerlang karena didukung oleh APBD harus terlontang lantung, terutama dalam perihal pembiayaan pemain
Krisis finasial
[sunting | sunting sumber]Krisis finansial parah pun merambat terhadap performa pemain. Semenjak Persikad tak lagi berada di bawah wewenang Pemkot Depok dan menjadi PT.,Persikad menjadi tim medioker. Pada tahun 2009, Persikad sempat tertolong dengan datangnya taipan bernama Edy Joenardi yang membeli setengah kepemilikan PT Persikad. Ia datang sebagai dewa penyelamat dan berjanji mendatangkan pemain bintang dan membangun stadion di Depok.
Bahkan waktu itu, Persikad sempat ingin mendatangkan pemain-permain Persija, seperti Bambang, Aliyudin, Leo dan Ismed. Namun keinginan tersebut tak pernah terealisasikan oleh Edy yang lebih sering terlibat masalah dengan internal Persikad dan membuat pemain terlantar. Alhasil nama Edy pun menghilang dari kepengurusan Persikad
Padahal sebelumnya, Edy Joenardi berencana menginvestasikan miliaran rupiah untuk membangun tim yang mampu berprestasi sampai kancah internasional, serta untuk membangun insfrastruktur, seperti stadion. Rencananya Stadion Persikad bernama Stadion Merpati. Lokasinya berada di Wilayah Depok Satu.[3]
Persikad Dijual
[sunting | sunting sumber]Dari tahun 2009 hingga 2014, Persikad konsisten berada di Divisi Utama. Pada putaran Divisi utama tahun 2014, Persikad yang tergabung dalam Grup 2 bersama tujuh peserta lainnya seperti: Persih Tembilahan, Persitara Jakarta Utara, PS Bengkulu, Villa 2000, PS Bangka, Persisko Merangin, dan Persikabo Bogor. Persikad berhasil lolos dari degradasi dengan menempati peringkat enam. Hal ini seperti sebuah keajaiban, sebab di musim 2014 lalu, Persikad tidak sekalipun meraih kemenangan dan beruntung memiliki selisih gol lebih sedikit dari Persitara Jakarta Utara yang terdegradasi (menemani Pesisko bangko) karena berada di peringkat ke tujuh meski sama-sama mengantongi poin lima.
Lolos dari degradasi tak membuat manajemen berbenah. Sejak tahun 2009 hingga 2014, masalah keuangan tetap menjadi PR yang tidak pernah selesai dikerjakan oleh pihak pengelola klub. Menyambut musim Divisi Utama tahun 2015, pecinta sepak bola Kota Depok justru dikagetkan dengan dijualnya Persikad Depok ke Pemerintah Purwakarta dengan diakuisisinya klub oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi dan beberapa PNS penggila bola.
Persikad Depok resmi berubah dari klub sepak bola dan menjadi “klub motor” karena melakukan touring ke Purwakarta dan berubah nama menjadi Persikad Purwakarta. Seketika itu juga sejarah panjang sepak bola Depok berakhir. Pemerintah Purwakarta tak hanya mengakuisi Persikad, tetapi mengubah sejarah klub itu sendiri. Jumat siang 20 Februari 2015 menjadi hari berduka bagi penggemar sepak bola kota Depok. Manajemen Persikad Purwakarta meluncurkan logo klub dan juga berubah warna kebanggaan Persikad, dari Kuning-Biru ke Hitam-Putih.
Sepeninggal Persikad yang dijual ke Pemerintahan Purwakarta, sepak bola Kota Depok mati suri. Hilangnya Persikad dipastikan tidak ada lagi “rumah” sebagai tempat untuk menampung talenta-talenta yang berasal dari Kota Depok, sebab Persikad merupakan satu-satunya klub sepak bola profesional yang ada di Kota ini.
Persikad Kembali
[sunting | sunting sumber]Bapak Idris Abdul Shomad setelah dilantik menjadi Wali kota Depok menggantikan Nur Mahmudi Ismail melalui berbagai upaya yang dilakukannya, akhirnya Klub Sepak bola kebanggaan Kota Depok Jawa Barat Persatuan Sepak Bola Kota Depok (Persikad) kembali menjadi bagian dari kota tersebut, setelah sempat beralih menjadi bagian dari Kabupaten Purwakarta.[4]
Sementara itu Khairulloh selaku Komisaris Persikad mengatakan dengan hadirnya Persikad menjadi semangat baru bagi warga Depok dan menjadi ikon warga tersebut. "Persikad menjadi sebuah kebutuhan sebuah kota terasa kering tanpa ikon sepak bolanya. Khairullah berharap seluruh elemen di Kota Depok mendukung keberadaan Persikad tersebut baik itu swasta, Pemkot maupun warga Depok itu sendiri. "Kita akan bela Persikad dan menjadi energi baru bagi kita semua.[5][6]
Bapak Sepak Bola Depok
[sunting | sunting sumber]Kembalinya Persikad dan terbentuknya jajaran pimpinan kepengurusan Persikad baru ini, menjadi kado ulang tahun untuk Kota Depok yang ke-17. Bahkan begitu gembiranya para penggiat dan pencinta sepak bola di Kota Depok atas kembalinya Persikad Depok hingga para penggila dan pencinta sepak bola tersebut memberi apresiasi yang tinggi pada Wali kota Depok Idris Abdul Shomad dan memberikan julukan baru kepada Idris Abdul Shomad sebagai bapak sepak bola Kota Depok tetapi hanya sementara, karena Wali kota Depok tidak perduli dengan Persikad Depok dan CEO nya mulai meninggalkan club tersebut.[7][8][9] Dan pada akhirnya Persikad pun harus berganti kepemilikan dan mengubah namanya menjadi Bogor F.C. pada tahun 2017.[2]
Rekor musim ke musim
[sunting | sunting sumber]Musim | Liga | Piala | IIC | Asia | Topskor tim | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Komp. | Main | M | S | K | GM | GK | Poin | Pos | Nama | Gol | ||||
2016 | ISC B (2) | Tidak ikut | Tidak ikut |
Juara | Peringkat kedua | Promosi | Degradasi |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Persikad alat perjuangan
- ^ a b Persikad dijual ke Bogor
- ^ Kritis, Persikad Depok Dijual Rp 10 M bola.okezone.com
- ^ Sempat Dijual ke Purwakarta, Persikad Balik Lagi ke Depok www.bola.net
- ^ Persikad kembali milik warga Depok www.antaranews.com
- ^ Seleksi Pemain Persikad Akhirnya Usai, Siap Bentuk Pemain Baru jabar.pojoksatu.id
- ^ Depok Kembali Miliki Persikad www.viva.co.id
- ^ Idris Abdul Shomad Miris Persikad Dijual ke Purwakarta www.tribunnews.com
- ^ Jangan Andalkan APBD, Persikad Diminta Mandiri bola.okezone.com