Pertempuran Abu-Ageila (1967)
Pertempuran Abu-Ageila | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Enam Hari | |||||||
Brigadir Jendral Sharon (kiri) dan Gavish (tengah) di Abu-Ageila | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Israel | Mesir | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Brigadir Jendral Ariel Sharon | Mohsen(?) | ||||||
Kekuatan | |||||||
~14.000, 150 tank (AMX-13, dan Super Sherman dengan pistol 105 mm |
~8.000, 66 tank (T34/85, 30 tank penghancur (SU-100). | ||||||
Korban | |||||||
33 orang, 19 Tank | 40 Tank |
Perempuran Abu-Ageila adalah sebuah konfrontasi militer antara Angkatan Bersenjata Israel dan pasukan militer Mesir yang merupakan bagian dari Perang Enam Hari pada bulan Juni tahun 1967. Kekalahan Mesir pada pertempuran ini merupakan faktor penting karena dengan kekalahan Mesir, pasukan Israel dapat menguasai seluruh Semenanjung Sinai.
Pasukan Israel menyerang Abu-Ageila yang merupakan bagian dari serangan Israel atas Sinai. Serangan ini dipimpin oleh Komando Selatan yang terdapat 3 divisi dibawah brigadir jendral Israel Tal, Avraham Yoffe, dan Ariel Sharon. Sharon mendapat tugas untuk merebut Abu-Ageila untuk mendapat akses ke rute tengah Sinai. Mesir telah bersiap-siap di sana agar tidak dapat ditembus oleh Israel. Mesir memfokuskan pertahanan di Um-Katef di sebelah timur Abu-Ageila, sekitar 25 kilometer dari perbatasan Israel. Pertahanan ini merupakan bagian dari strategi pertahanan yang disebut dengan Qahir sebagai bagian dari pertahanan untuk perang yang akan datang, yang akhirnya dikenal dengan Perang Enam Hari.
Israel akhirnya menang di Abu-Ageila sehingga jalan menuju Sinai Tengah terbuka untuk Israel. Banyak orang Mesir tetap disana dan mencoba untuk mencegah Israel mencapai terusah Suez. Namun, Menteri Pertahanan Mesir Abdel Hakim Amer mendengar hal ini, panik dan menyuruh semua pasukannya untuk mundur. Hal ini merupakan kekalahan dari Mesir dan pada tangga 8 Juni 1967, seluruh Sinai direbut oleh Israel.