Pertempuran Tanjung Gloucester
Pertempuran Cape Gloucester | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Pasifik selama Perang Dunia II | |||||||
Korps Marinir Amerika Serikat dihantam gelombang laut setinggi satu meter ketika mereka meninggalkan kapal pendarat untuk menguasai pantai di Tanjung Gloucester, Britania Baru, 26 Desember 1943. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Amerika Serikat Australia | Jepang | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
William H. Rupertus William J. Whaling Julian N. Frisbie |
Yasushi Sakai Iwao Matsuda | ||||||
Pasukan | |||||||
Kelompok Pengiriman ke-4 | |||||||
Korban | |||||||
310 tewas 1.083 terluka | 2.000 tewas |
Pertempuran Tanjung Gloucester adalah pertempuran di Pasifik di masa Perang Dunia II antara pasukan Jepang dengan Sekutu di pulau Britania Baru, Teritori Nugini, mulai 26 Desember 1943 hingga 16 Januari 1944. Dengan nama sandi Operasi Backhander, pendaratan Amerika merupakan bagian dari Operasi Cartwheel yang lebih luas sebagai strategi utama Sekutu di Wilayah Pasifik Barat Daya dan Wilayah Samudra Pasifik selama 1943–1944. Pendaratan ini adalah yang kedua bagi Divisi Marinir Pertama Amerika selama perang, setelah pendaratan sebelumnya dalam Pertempuran Guadalcanal. Tujuan dari operasi ini adalah untuk menguasai dua lapangan terbang Jepang di dekat Tanjung Gloucester yang dikawal oleh tentara Divisi ke-17 Jepang.
Pada 1943, hanya ada beberapa pantai yang cocok untuk operasi pendaratan dan tidak ada jalan di sekitar pantai yang memungkinan pasukan dan kendaraan dapat bergerak maju dengan cepat.[1] Pendaratan utama akhirnya diluncurkan pada 26 Desember 1943, ketika Marinir Amerika Serikat mendarat di kedua sisi semenanjung. Pasukan pendaratan di sisi barat bertindak sebagai pengalih perhatian dan memotong jalan pantai dekat Tauali untuk membatasi keleluasaan pergerakan pasukan Jepang, sedangkan pasukan pendaratan di sisi timur langsung maju ke utara menuju lapangan udara. Awalnya hanya menghadapi perlawanan ringan dari pihak Jepang, tetapi pergerakan marinir Amerika terhambat oleh medan rawa yang mengarahkan pasukan Amerika ke jalur pantai yang sempit. Serangan balasan tentara Jepang yang berlangsung secara singkat juga memperlambat gerak maju marinir Amerika. Pada akhir Desember, kedua lapangan terbang itu telah berhasil dikuasai dan dikonsolidasikan oleh Marinir Amerika Serikat. Pertempuran berlanjut hingga awal Januari 1944 dan pasukan Amerika memperluas perimeter mereka ke arah selatan dari lapangan terbang menuju teluk Borgen. Perlawanan terorganisir tentara Jepang berhenti pada 16 Januari 1944 ketika pasukan Amerika menguasai Bukit 660, tetapi operasi pembersihan di sekitar pulau itu masih berlanjut hingga pasukan Angkatan Darat Amerika Serikat tiba pada April 1944.
Catatan dan referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Morison 1975, hlm. 378.