Perumpamaan pria tenggelam
Perumpamaan pria tenggelam, juga disebut sebagai dua perahu dan sebuah helikopter, adalah sebuah cerita pendek, biasanya dijadikan sebagai lelucon, seriklai tentang seorang pria Kristen taat, seringkali disebut sebagai seorang pendeta, yang menolak shala upaya penyelamatan saat menghadapi banjir, setiap kali dibujuk oleh para penyelamat yang disuruh oleh Tuhan untuk menyelamatkannya. Setelah menolak penyelamat terakhir, ia tenggelam dalam banjir tersebut. Setelah meninggal, pria tersebut bertemu dengan Tuhan dan bertanya kenapa Ia tak ikut campur. Tuhan menjawab bahwa ia mengirim seluruh penyelamat untuk membantu pria tersebut dengan tujuan agar ia dapat menerima bantuan.
Seringkali dikisahkan dalam komunitas Protestan Amerika (meskipun umat Katolik juga mengisahkan cerita tersebut, dan juga ada versi Buddhis dan Yahudi), cerita tersebut dianggap menegakkan aforisme bahwa "Tuhan menolong orang yang menolong dirinya sendiri" dan menentang orang-orang yang meyakini bahwa Tuhan bekerja melalui mukjizat ilahi, dan sebagai gantinya membujuk orang-orang untuk melakukan karya-Nya di Bumi. Di luar konteks agama, kisah tersebut dipakai oleh jurubicara dan penulis yang mendiskusikan strategi pemasaran, politik dan pelatihan keselamatan tempat kerja. Pada versi-versi yang dimodifikasikan dengan pandemi Covid-19, dimana orang relijius menolak banyak bujukan untuk mengenakan masket dan kemudian divaksinasi, menyadari bahwa setelah kematiannya akibat penyakit tersebut agar Tuhan juga memotivasi orang-orang tersebut, diedarkan di kalangan komunitas Kristen untuk melawan penolakan vaksin. Beberapa novelis, terutama Jeffery Deaver dan Richard Ford, membuat karakter-karakter untuk mengisahkan cerita tersebut dalam karya fiksi mereka; sebuah episode dari seri televisi The Leftovers juga memakai judulnya dari cerita tersebut.
Tak diketahui kapan cerita tersebut mula-mula dikisahkan, namun kisah tersebut diyakini telah ada pada awal atau pertengahan abad ke-20 di Amerika Serikat. Orang-orang yang dianggap mengetahui cikal bakalnya berspekulasi bahwa kisah tersebut mula-mula dipakai sebagai lelucon terhadap Petakostalisme, sebuah denominasi injili yang meyakini bahwa Tuhan masih melakukan mukjizat di Bumi.[1]
Catatan penjelas
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ DuFrene, Troy (May 4, 2009). "Two Boats and a Helicopter: Thoughts on Stress Management". Psychology Today. Diakses tanggal November 7, 2021.