Lompat ke isi

Perundagian

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perundagian dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu pembabakan kehidupan manusia pra-aksara berdasarkan teknologi yang digunakan. Zaman ini menandai makin berkembangnya kemampuan manusia dalam menciptakan suatu kebudayaan.

Istilah perundagian berasal dari Bahasa Bali, yakni Undagi yang artinya seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai keterampilan tertentu. Masa perundagian digunakan untuk menyebut zaman logam. Pasalnya, saat itu telah ada undagi atau orang-orang terampil yang sudah mengenal teknik melebur logam dan mencetaknya menjadi alat yang diinginkan.

Ciri-ciri masa perundagian

[sunting | sunting sumber]

Para ahli meyakini bahwa era Perundagian dimulai kurang lebih 10.000 tahun lalu.

Berikut ciri-ciri masa Perundagian:

  • Berkemampuan dalam membentuk suatu kelompok kerja dalam bidang pertukangan.
  • Berkemampuan dalam membuat berbagai perkakas dari logam untuk alat-alat upacara, senjata, dan berbagai peralatan lainnya.
  • Telah mahir dalam teknik bersawah yang baik.
  • Kemakmuran pada waktu itu salah satunya disebabkan oleh perkembangan teknik pertanian, khususnya alat-alat besi seperti cangkul.
  • Membuat dan menggunakan perhiasan dari emas.
  • Memiliki kepercayaan Animisme dan Dinamisme.[1]

Apa yang Dimaksud Masa Perundagian?

[sunting | sunting sumber]

Masa perundagian ditandai dengan munculnya keterampilan untuk membuat alat-alat dari bahan logam. Alat berbahan logam tersebut diproduksi dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti bertani, peralatan upacara, dan berburu. Oleh karena itu, masa perundagian disebut juga masa zaman logam.

Ciri-ciri kehidupan manusia pada masa perundagian

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini merupakan ciri-ciri kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan aspek teknologi dari masa perundagian, yang dirangkum dari modul Kehidupan Awal Manusia, Sejarah Kelas X (2020):

Aspek Sosial

[sunting | sunting sumber]
  • Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana;
  • Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen;
  • Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan;
  • Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat;
  • Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya: ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu;
  • Pembagian kerja semakin komplek di mana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.

Aspek Budaya

[sunting | sunting sumber]

Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian. Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya. Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakat sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam. Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi yang harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Alat-alat pada zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benda jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam;

Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari logam.

Aspek Teknologi

[sunting | sunting sumber]

Pada masa perundagian, zaman logam dibagi menjadi tiga: zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.

Pada masa ini pula, manusia mulai mengenal teknik-teknik baru dalam pembuatan benda dari logam, yakni Bivalve dan A Cire Perdue. Bivalve (Teknik Dua Setangkup), ialah teknik mencetak benda perunggu yang menggunakan dua buah cetakan yang dapat saling di tangkupkan. Bentuk cetakan di buat sesuai dengan bentuk benda yang akan dibuat. Kedua cetakan di telentangkan, dan cairan logam dituangkan dalam cetakan tersebut. Kemudian kedua cetakan saling di tangkupkan. Setelah logam dingin cetakan kemudian di buka, maka benda logam yang diinginkan telah dapat digunakan. A Cire Perdue (Teknik Cetak Tuang), cetakan ini bentuk benda yang dikehendaki dibuat terlebih dahulu dari lilin. Kemudian lilin itu dilapisi dengan tanah liat. Lilin yang telah dilapisi tanah liat itu dipanaskan. Cairan lilin akan mencair keluar melalui lubang di tanah liat yang telah disiapkan. Dari lubang bagian atas tanah liat tadi dituang logam cair dan kemudian dibiarkan sampai cairan logam mendingin. Setelah cairan dingin tanah liat kemudian dipecahkan.

Hasil kebudayaan pada masa ini meliputi nekara, kapak corong, bejana perunggu, arca-arca perunggu, hingga perhiasan-perhiasan perunggu.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]