Petrus Choe Chang-hub
Petrus Choe Chang-hub (1786-1840) adalah seorang martir Katolik Korea yang merupakan adik dari Yohanes Choe yang menjadi martir pada tahun 1801, dan juga suami dari Magdalena Son yang dipenggal pada tahun 1840.
Petrus lahir sekitar tahun 1789 di keluarga pejabat pemerintahan. Ayahnya meninggal ketika Petrus berusia 13 tahun. Tak lama setelah ayahnya meninggal, Petrus mulai belajar doktrin Katolik, namun dia tidak dibaptis. Karena dia terpisah dengan umat Katolik lainnya selama masa penganiayaan, dia tidak menjalankan agamanya dengan baik. Pada tahun 1815, dia mulai bergabung dengan umat Katolik dan mempelajari kembali agamanya. Dia seorang yang meimiliki kepribadian yang hangat dan disukai orang lain. Selama masa penganiayaan tahun 1801, dia kehilangan semua kekayaan keluarganya. Dengan situasi yang miskin, dia menikah dengan Magdalena Son dan membesarkan sebelas anaknya. Sembilan dari mereka meninggal ketika masih muda. Pada tahun 1821, ketika kolera mewabah di seluruh negeri dan menyebabkan banyak kematian, Petrus dibaptis. Setelah itu, dia menjalankan kewajiban agamanya dengan setia. Ketika para misionaris datang ke Korea, Petrus termasuk dalam salah seorang Katolik yang paling setia. Dia pernah berkata, “Ketika saya memikirkan dosa-dosa yang saya lakukan ketika masa muda saya, saya merasa saya harus mati bagi Allah untuk melakukan silih dan menyelamatkan jiwa saya.”
Petrus ditangkap pada bulan Juni 1839, dan dia diinterogasi dan disiksa. Tubuhnya dipelintir sebanyak tujuh kali dan juga dicambuki, namun dia tidak menyangkal Allah dan menolak untuk memberitahukan keberadaan umat Katolik. Dia disiksa dengan kejam bahkan ke pengadilan yang lebih tinggi, dia menahannya dengan berani. Sesaat sebelum Petrus dibawa menuju tempat eksekusi, dia meminta seorang hamba di penjara untuk memberitahukan istri dan putrinya yang juga dipenjarakan supaya jangan meneteskan air mata, tetapi memuji dan bersyukur kepada Allah, dan juga mengikuti dia dalam kemartiran.
Petrus dipenggal pada tanggal 29 Desember 1839 di bagian luar Pintu Gerbang Kecil Barat bersama dengan enam umat Katolik lainnya. Dia berusia 53 tahun ketika dia menjadi martir.[1]