Piano
Alat musik papan kunci | |
---|---|
Klasifikasi | alat musik tuts, dawai, dan perkusi |
Hornbostel–Sachs | 314.122-4-8 (kordofon sederhana dengan papan tuts dan palu) |
Pencipta | Bartolomeo Cristofori |
Dikembangkan | awal abad ke-18 |
Rentangan permainan | |
Alat musik terkait | |
Harpsichord, kibor |
Piano (yang juga disebut pianoforte) adalah alat yang menghasilkan lagu dan musik yang diklasifikasikan sebagai instrumen dawai dan perkusi yang dimainkan dengan menekan tuts-tuts pada papan piano. Setiap tuts tersambung ke palu yang ada di dalam piano dan menekan senar di dalamnya, sehingga menghasilkan bunyi. Setiap senar memiliki panjang yang berbeda dan menghasilkan bunyi yang berbeda pula. Piano dimainkan dengan jari-jemari tangan. Pemain piano disebut pianis.
Saat awal diciptakan, suara piano tidak sekeras piano abad XX-an, seperti piano yang dibuat oleh Bartolomeo Cristofori (1655 – 1731) buatan 1720. Pasalnya, tegangan senar piano kala itu tidak sekuat sekarang. Kini piano itu dipajang di Metropolitan Museum of Art di New York.
Meskipun siapa penemu pertama piano, yang awalnya dijuluki gravecembalo col piano e forte (harpsichord dengan papan tuts lembut dan bersuara keras), masih menjadi perdebatan, banyak orang mengakui, Bartolomeo Cristofori sebagai penciptanya. Piano juga bukan alat musik pertama yang menggunakan papan tuts dan bekerja dengan dipukul. Alat musik berprinsip kerja mirip piano telah ada sejak 1440.
Piano sendiri lahir dari keinginan untuk menggabungkan keindahan nada clavichord dengan kekuatan harpsichord. Hasrat itu mendorong Marius dari Paris (1716), Schroter dari Saxony (1717), dan Cristofori (1720) dari Padova, Italia, untuk membuat piano. Namun, hasil utuh dan lengkap cuma ditunjukkan Bartolomeo Christofori. Dari piano ciptaan pemelihara harpsichord dan spinet (harpsichord kecil) di Istana Florentine - kediaman Pangeran Ferdinand de’Medici - inilah piano modern berakar.
Pada pertengahan abad XVII piano dibuat dengan beberapa bentuk. Awalnya, ada yang dibuat mirip desain harpsichord, dengan dawai menjulang. Piano menjadi lebih rendah setelah John Isaac Hawkins memodifikasi letaknya menjadi sejajar lantai. Lalu, dengan munculnya tuntutan instrumen musik lebih ringan, tidak mahal, dan dengan sentuhan lebih ringan, para pembuat piano Jerman menjawabnya dengan piano persegi. Sampai 1860 piano persegi ini mendominasi penggunaan piano di rumah.
Rangka untuk senar piano pertama menggunakan rangka kayu dan hanya dapat menahan tegangan ringan dari senar. Akibatnya, ketika pada abad XIX dibangun gedung-gedung konser berukuran besar, suara piano tadi kurang memadai. Maka, mulailah dibuat piano dengan rangka besi. Sekitar tahun 1800 Joseph Smith dari Inggris membuat suatu piano dengan rangka logam seluruhnya. Piano hasil inovasinya mampu menahan tegangan senar sangat kuat, sehingga suara yang dihasilkan pun lebih keras. Sekitar 1820, banyak pembuat menggunakan potongan logam untuk bagian piano lainnya. Pada 1822, Erard bersaudara mematenkan double escapement action, yang merupakan temuan tersohor dari yang pernah ada berkaitan dengan cara kerja piano.
Dalam perkembangannya, sebelum memiliki 88 tuts seperti sekarang, piano memiliki lima oktaf dan 62 tuts. Ia juga dilengkapi dengan pedal yang digerakkan dengan lutut. Namun, kemudian pedal kaki yang diperkenalkan di Inggris menjadi populer hingga sekarang.
Sejumlah pengembangan berlanjut pada abad XIX dan XX. Tegangan senar, yang semula ditetapkan 16 ton pada tahun 1862, bertambah menjadi 30 ton pada piano modern. Hasilnya adalah sebuah piano dengan kemampuan menghasilkan nada yang tidak pernah dibayangkan Frederic Chopin, Ludwig van Beethoven, dan bahkan Franz Liszt.
Jenis (piano akustik dan piano elektronik)
[sunting | sunting sumber]Pada dasarnya, piano dapat dibedakan menjadi: piano akustik dan piano elektronik. Piano akustik menggunakan senar yang dipukul oleh hammer untuk menghasilkan bunyi, sementara piano elektronik menggunakan papan elektronik untuk menghasilkan bunyi yang serupa dengan bunyi piano akustik.
Grand
[sunting | sunting sumber]Pada piano grand, senar diposisikan secara horizontal; memanjang dari tuts. Bunyi dihasilkan oleh senar yang dipukul keatas oleh hammer dan memanfaatkan gaya tarik bumi untuk mengembalikan hammer pada posisi semula. Ada banyak variasi ukuran piano grand yang terkadang berbeda-beda tiap merek. Namun, pada umumnya variasi ukuran piano grand yakni: concert grand (berkisar antara 2,2 hingga 3 meter), parlor grand (berkisar 1,7 hingga 2,2 meter), dan baby grand (berkisar antara 1,5 meter).
Semakin besar ukuran piano grand, semakin panjang pula senarnya. Senar yang lebih panjang akan menghasilkan bunyi yang lebih keras dan natural. Hal ini menjadikan concert grand sebagai pilihan utama untuk keperluan rekaman dan konser. Sementara piano yang berukuran lebih kecil, seperti parlor grand dan baby grand umumnya menjadi opsi lain bagi yang mempunyai dana terbatas atau ruang yang sempit.
Upright
[sunting | sunting sumber]Piano upright, atau sering kali disebut piano vertikal, merupakan jenis piano yang lebih praktis dibandingkan piano grand. Pada piano upright, senar diposisikan secara vertikal dan hammer bergerak secara horizontal. Berbeda dengan piano grand, hammer pada piano upright kembali pada posisi semula dengan menggunakan pegas, sehingga terkadang pegas tersebut harus diganti akibat mengalami degradasi.
Piano upright pada umumnya lebih murah dan lebih kecil sehingga populer untuk penggunaan di rumah, gereja, sekolah, ataupun fasilitas publik. Namun, dikarenakan pendeknya senar yang menyebabkan suara kurang natural, sulitnya memposisikan mikrofon untuk keperluan rekaman, hammer yang terkadang terasa kurang natural, suara yang kurang keras, dan sempitnya ruang bagi gelombang bunyi untuk beresonansi, membuat piano upright menjadi opsi yang kurang populer untuk keperluan rekaman dan konser.
Elektronik dan Digital
[sunting | sunting sumber]Piano elektronik merupakan salah satu jenis penyintesis yang menggunakan osilator dan filter untuk menyimulasikan suara piano akustik. Piano elektronik membutuhkan pengeras suara untuk menghasilkan bunyi. Piano elektronik meraih puncak kepopulerannya pada tahun 1960-1970. Umumnya piano elektronik dimainkan untuk lagu bergenre pop, rock, dan jazz.
Piano digital menggunakan teknologi pengambilan sampel secara digital untuk menghasilkan suara yang identik dengan piano akustik. Sama halnya dengan piano elektronik, piano digital juga memerlukan pengeras suara atau dengan menggunakan penyuara jemala. Piano digital masa kini berbeda dengan piano digital di masa lampau. Kini, piano digital juga mempunyai fitur yang menyerupai piano akustik seperti: pedal-pedal piano dan tuts yang diberi pemberat. Selain itu, piano digital juga mempunyai fitur-fitur yang tidak dimiliki piano akustik, misalnya: antarmuka MIDI, penggunaan penyuara jemala, dan variasi pilihan suara.
Teknologi pengambilan sampel secara digital yang sudah semakin berkembang memungkinkan produsen piano digital piano untuk merekam berbagai variasi sampel suara piano dalam berbagai kondisi (ditekan pelan, sedang, maupun keras). Hal ini memungkinkan piano digital untuk memiliki suara natural yang menyerupai piano akustik.
Selain itu, piano digital umumnya jauh lebih murah dibandingkan piano akustik, ditambah lagi piano digital berukuran kecil dan ringan sehingga mudah dipindahkan.
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]- Melodika atau Pianika
- Pianis
- Piano elektronik
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Dolge, Alfred (1911). Pianos and Their Makers: A Comprehensive History of the Development of the Piano from the Monochord to the Concert Grand Player Piano. Covina Publishing Company.
- Isacoff, Stuart (2012). A Natural History of the Piano: The Instrument, the Music, the Musicians – From Mozart to Modern Jazz and Everything in Between. Knopf Doubleday Publishing.
- Fine, Larry; Gilbert, Douglas R (2001). The Piano Book: Buying and Owning a New or Used Piano (4th ed.). Jamaica Plain, MA: Brookside Press. ISBN 1-929145-01-2. Gives the basics of how pianos work, and a thorough evaluative survey of current pianos and their manufacturers. It also includes advice on buying and owning pianos.
- Good, Edwin M. (2001). Giraffes, black dragons, and other pianos: a technological history from Cristofori to the modern concert grand (2nd ed.). Stanford, CA: Stanford University Press. ISBN 0-8047-4549-8. is a standard reference on the history of the piano.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Jerman) Piano - Photoarchiv