Portal:Pertanian/Berita terkini/Juni/2015
Tampilan
- 30 Juni 2015
- "Sebuah bomb shelter peninggalan Perang Dunia II di London diubah menjadi lahan usaha tani secara hidroponik. Tanaman di dalamnya mendapatkan cahaya lampu yang dinyalakan dengan energi terbarukan. Koki Inggris ternama Michel Roux Jr. merupakan orang yang mendanai ide ini, didukung oleh Walikota London, Boris Johnson." (Daily Mail) (Telegraph.co.uk)
- 29 Juni 2015
- "Menteri Pertanian dan Agroindustri Malaysia Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob dalam peluncuran proyek pertanian urban oleh Penang Consumers' Association menyarankan bahwa ketika biaya hidup sudah tinggi sebaiknya masyarakat menerapkan konsep pertanian urban. Menurutnya, menanam sayuran sendiri lebih murah dan sehat dibandingkan dengan membelinya. Malaysia pada tahun 2014 telah mendukung konsep pertanian urban dengan mengalokasikan 1 juta ringgit kepada 5 ribu partisipan, dan tahun ini akan mengeluarkan 4 juta ringgit untuk 20 ribu partisipan pertanian urban." (The Malay Mail Online) (The Rakyat Post)
- 26 Juni 2015
- "Gandum hasil rekayasa genetik (GMO) yang dikembangkan oleh Rothamsted Research gagal lulus uji lapangan dan terbukti tidak lebih efektif dibandingkan gandum konvensional dalam melawan hama kutu daun. Dalam pengujian sebelumnya di laboratorium, gandum tersebut dikatakan mampu melepaskan feromon yang mengusir kutu daun serta dapat memanggil predator dan memakan hama kutu daun. Peneliti dari University of Liege, Belgia, memperkirakan bahwa hormon yang dilepaskan kurang kuat sehingga butuh 71 hari untuk mengkonsentrasikannya sampai cukup untuk memanggil predator hama. Dan sebelum hari ke-71 gandum masih rentan serangan hama. Pelepasan yang lambat dan bersifat kontinu tersebut menjadikan kutu daun "terbiasa" dengan feromon yang dilepaskan gandum." (Nature) (The Guardian)
- 25 Juni 2015
- "Dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dunia, deforestasi hutan tidak akan terelakkan. Namun bagian mana dari hutan yang kurang menimbulkan dampak bagi lingkungan untuk ditebang adalah yang menjadi fokus penelitian Stanford Woods Institute for the Environment. Mereka mencari titik optimal untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan dampak ekologi yang minimum. Mereka mensimulasikan hutan Amazon yang terancam fragmentasi habitat demi memenuhi kebutuhan komoditas kedelai dan tebu yang tidak hanya dijadikan bahan pangan namun juga bahan bakar bio." (ScienceBlog) (Phys.org)
- 24 Juni 2015
- "Misi luar angkasa tak berawak ESA, Sentinel-2 yang terdiri dari dua satelit, telah diluncurkan dari Guyana. Tujuan utama dari misi ini adalah untuk memantau perubahan fungsi lahan dan pemantauan luas hutan di dunia, termasuk juga pemetaan hutan dan perencanaan pembangunan lahan usaha tani baru untuk komoditas yang sesuai dengan kondisi iklim dan lahan. Satelit ini juga mampu mengukur kadar klorofil di suatu titik untuk mengetahui tingkat kesehatan suatu vegetasi." (BBC) (ABC)
- 22 Juni 2015
- "Jepang kemungkinan akan melanjutkan perburuan paus musim dingin ini. Wilayah yang dituju adalah antartika. Jepang masih menggunakan alasan "riset" untuk membenarkan perburuan paus yang mereka lakukan, meski di lapang telah ditemukan bukti bahwa paus yang dibunuh jauh melebihi kebutuhan riset, dan daging paus yang dibunuh masuk ke pasar ikan." (Chinatopix) (Empire State Tribune)
- 20 Juni 2015
- "FAO mengumumkan bahwa Nepal berada dalam kondisi kerawanan pangan dengan lebih dari satu juta warganya terancam kelaparan. Pasca gempa yang melanda Nepal tahun ini, berbagai fasilitas pertanian dan hewan ternak hilang. Petani kemungkinan juga belum siap menyambut musim hujan yang seharusnya digunakan sebagai musim tanam padi. FAO menyatakan dibutuhkan 23 juta USD untuk mengembalikan usaha pertanian di Nepal, namun mereka baru mendapatkan donasi 3 juta USD." (UN News Centre) (Economic Times)
- 19 Juni 2015
- "Kekeringan melanda Korea Utara dan disebut sebagai yang terparah sejak seratus tahun yang lalu. Hal ini membuat PBB merasa khawatir dengan kondisi warga Korea Utara yang terancam kelaparan dan malnutrisi. Sebagian besar lahan pertanian di Korea Utara masih bergantung pada hujan sehingga rentan mengalami gagal panen. Kebijakan negara Korea Utara yang mengutamakan militer membuat pembangunan pertanian sangat terhambat. Hubungan Korea Utara dengan negara lain yang buruk menjadikan bantuan internasional sulit masuk ke dalam wilayah tersebut." (BBC) (International Business Times)
- 18 Juni 2015
- "Sebuah riset yang dilakukan oleh NASA memperlihatkan data bahwa basin air tanah di berbagai tempat di dunia disedot oleh manusia dengan laju yang tidak lestari. Sebagian basin menyediakan air bagi puluhan juta orang yang tidak mengetahui kapan air tanah akan habis. Studi ini dilakukan oleh satelit GRACE yang mengamati perubahan gravitasi di suatu tempat akibat menurunnya massa air tanah." (Daily Mail) (ABC News)
- 16 Juni 2015
- "Sebuah proyek ilmiah terkait kekeringan di California, PowWow Energy telah mendulang donasi hingga 2.3 juta USD. Proyek ini mengambil data seberapa besar air tanah yang dipompa oleh berbagai lahan usaha tani, termasuk energi yang dibutuhkan sehingga dapat menjadi acuan untuk membuat keputusan terkait kelestarian air. Memompa air dari dalam tanah membutuhkan lebih banyak energi, sehingga penghematan sangat penting. Data yang digunakan dari proyek ini akan digabungkan dengan berbagai data dari satelit dan proyek lainnya untuk lebih akurat memantau kondisi lingkungan di California." (Phys.org) (Tech Crunch)
- 15 Juni 2015
- "Sebuah hidangan khas Isan, Thailand, Koi Pla, dituding sebagai penyebab kanker hati oleh WHO dan berbagai dokter di dunia. Hidangan ini terbuat dari ikan air tawar yang dicincang halus dan semut merah, ditambah dengan rempah daun dan air perasan jeruk nipis. Namun hidangan ini disajikan mentah, dan penduduk setempat menggunakan ikan air tawar apapun yang tersedia karena Isan terletak jauh dari laut. Sedangkan berbagai jenis ikan masih menjadi inang bagi berbagai spesies cacing hati." (Independent) (Yibada)
- 12 Juni 2015
- "Ghana, produsen biji kakao terbesar kedua di dunia, diperkirakan akan mengalami kegagalan panen kakao hingga seperempatnya. Menurut lembaga kakao Ghana, penyebabnya adalah cuaca dan penyakit tanaman. Namun pelaku industri kakao menyebutkan bahwa manajemen pestisida menjadi penyebab utama. Prediksi ini menjadikan harga kakao dunia melonjak." (Economic Times) (Ghana Web)
- 11 Juni 2015
- "Dengan kekeringan yang melanda California, sebuah lahan usaha tani dengan komoditas utamanya buah persik di Fresno, California berinovasi dan mencoba teknik budi daya dengan sedikit air. Ia bereksperimen dengan mengurangi sebanyak 30%, 40%, dan 50% air pada berbagai petak. Hasilnya adalah buah yang berukuran kecil namun memiiki rasa yang lebih terkonsentrasi. Buah ini disukai konsumen sehingga ia tidak mengalami penurunan pendapatan." (Post Bulletin) (CBS San Fransisco)
- 10 Juni 2015
- "Sejak pemberlakuan blokade di wilayah perairan Jalur Gaza oleh Israel, industri perikanan tangkap Palestina terhenti. Namun industri budi daya perikanan muncul untuk menjawab kebutuhan protein hewani masyarakat Jalur Gaza. Ikan yang populer di masyarakat seperti Dentex telah dibudidayakan sehingga suplai meningkat dan harganya turun." (Daily Star) (Daily Herald)
- 9 Juni 2015
- "Aktivis hak hewan di China menggelar protes menentang Festival Daging Anjing Yulin. Meski pemerintah pusat telah melarang festival tersebut, namun penyembelihan kucing dan anjing belum dilarang sehingga konsumsi kedua jenis daging ini masih dilakukan di berbagai restoran di hari ketika festival seharusnya berlangsung. Sebagian besar aktivitas penyembelihan tidak memperhatikan kesejahteraan hewan." (Sunshine Coast Daily) (International Business Times)
- 8 Juni 2015
- "Marine Products Export Development Authority, sebuah lembaga penelitian di India, menemukan jaring ikan untuk pukat dasar laut yang mampu mengurangi tangkapan sampingan. Sebuah uji coba telah dilakukan dan terbukti jumlah tangkapan sampingan berupa ikan muda dan ikan berukuran kecil lainnya lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan jaring konvensional. Pukat dasar laut disebut sebagai metode penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan karena banyaknya jumlah tangkapan sampingan yang mampu mengurangi stok ikan dalam waktu singkat." (The Hindu) (New Indian Express)
- "Negara bagian Arizona di Amerika Serikat ikut mengalami kekeringan parah seperti halnya California, tetangganya. Danau Mead yang menjadi suplai utama air telah mengalami penurunan tinggi permukaan. Namun tidak seperti California, belum ada peraturan daerah untuk menurunkan penggunaan air di tingkat rumah tangga dan komersial. Dan tidak seperti California, petani di Arizona akan mengalami pemotongan suplai air lebih awal dibandingkan subjek pengguna air lainnya jika kekeringan terus terjadi." (Star Tribune) (Columbus Dispatch)
- 5 Juni 2015
- "Retailer terbesar di Jepang, ÆON mulai menjual tuna budi daya yang pertama di dunia. Tuna diketahui merupakan ikan laut yang sulit dibudidayakan. Namun kini Jepang berhasil membudidayakannya, dan berbagai tambak mulai melakukannya. Tuna juga masuk ke dalam IUCN Red List sebagai satwa langka, sehingga budi daya dapat menyelamatkan populasi tuna di alam liar. Harga yang ditawarkan bervariasi antara 800 hingga 2000 yen per 100 gram tergantung kualitas." (Japan Times) (Asahi Shimbun)
- 4 Juni 2015
- "Sebuah meta analisis oleh Washington State University terhadap 129 studi di 14 negara, menemukan bahwa pertanian organik lebih menguntungkan dibandingkan pertanian konvensional. Meskipun pertanian organik bersifat padat karya, namun membutuhkan modal yang lebih sedikit karena tidak membutuhkan pestisida dan pupuk berlebihan sehingga secara keseluruhan dapat menghasilkan keuntungan lebih banyak. Selain itu, konsumen juga bersedia membayar lebih untuk produk pertanian organik." (Proceeding of the National Academy of Sciences) (Huffington Post) (Science Codex)
- 3 Juni 2015
- "Kekeringan yang melanda California dalam empat tahun terakhir telah menyebabkan kerugian langsung di bidang pertanian sebesar 2.7 miliar USD. Dan peneliti dari UC Davis juga memperkirakan kerugian 1.8 miliar USD untuk tahun ini. Jumlah tersebut sekitar 4% dari pendapatan negara bagian tersebut yang mencapai 45 miliar USD, melebihi pendapatan dari sektor pertanian yang hanya 2%. Kerugian datang dari peningkatan biaya produksi karena tanpa sumber air permukaan, petani harus memompa air tanah. Sedangkan petani yang tidak memiliki modal cukup akan "menidurkan" lahannya, sehingga tidak berproduksi dan tidak menyumbang pendapatan bagi negara bagian. Total pengangguran yang muncul dari sektor ini mencapai belasan ribu orang." (The Guardian) (LA Times)