Posmodernisme
Posmodernisme adalah sebuah gerakan yang mempengaruhi seni dan budaya pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Posmodernisme berasal dari kata "post" pada kata "postmodern" yang memiliki arti "setelah". Posmodernisme merupakan sebuah ide-ide serta nilai-nilai yang memiliki keterkaitan dan hubungan dengan bentuk dari modernisme. Modernisme memiliki fokus untuk memisahkan antara seni dan budaya populer.
Seorang filsuf, Jean-François Lyotard mendefinisikan bahwa posmodernisme adalah sebuah kondisi dimana posmodernisme sebagai ketidakpercayaan pada ilmu pengetahuan serta hal lain yang ada dalam lingkup modernitas, contohnya seperti Marxisme. Sedangkan ahli teori sastra, Fredric Jameson, mempunyai pendapat bahwa posmodernisme merupakan "logika budaya kapitalisme akhir" atau yang dimaksud adalah kapitalisme konsumen multinasional, pascaindustri, dan post-Fordis.
Posmodernisme juga mempengaruhi karya pada beberapa bidang, yaitu arsitektur dan seni visual modern. Awal mula posmodernisme mempengaruhi bidang arsitektur adalah dengan terbengkalainya proyek perumahan Pruitt-Igoe. Jencks memiliki pendapat, bahwa berakhirnya proyek modernisme adalah karena para arsitek lebih memiliki ketertarikan pada teknologi, struktur, dan makna. Sedangkan posmodernisme lebih tertarik pada tampilan bangunan, kode ganda (ironi), dan konteks vernakular.
Sedangkan pada bidang seni visual, posmodernisme mulai menjadi wacana pada tahun 1980-an. Posmodernisme sering dikaitkan dengan beberapa seniman New York, seperti Sherrie Levine, Richard Prince, dan Cindy Sherman. Para seniman tersebut sering terlibat dalam kegiatan apropriasi gambar.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Palmer, Daniel (2023-06-13). "Apa itu postmodernisme?". The Conversation (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-10-03.