Prasasti Abhayagiri Wihara
Prasasti Abhayagiri Wihara adalah prasasti yang berangka tahun 792 M yang berasal dari masa Kerajaan Medang Mataram. Prasasti ini menyebutkan seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana atau Rakai Panangkaran (746-784 M) yang membangun suatu kawasan wihara di atas bukit yang dinamakan Abhyagiri Wihara ("wihara di bukit yang bebas dari bahaya"). Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan, salah satunya dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara pada tahun 792 M.
Prasasti yang ditemukan di kawasan bukit Ratu Boko ini dikaitkan dengan keberadaan situs Ratu Baka. Rakai Panangkaran menganut agama Buddha demikian juga bangunan tersebut disebut Abhayagiri Wihara adalah berlatar belakang agama Buddha, sebagai buktinya adalah adanya Arca Dyani Buddha. Namun ditemukan pula unsur–unsur agama Hindu di situs Ratu Boko Seperti adanya Arca Durga, Ganesha dan Yoni.
Tampaknya, kompleks ini kemudian diubah menjadi keraton dilengkapi benteng pertahanan bagi raja bawahan (vassal) yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Menurut prasasti Siwagrha tempat ini disebut sebagai kubu pertahanan yang terdiri atas tumpukan beratus-ratus batu oleh Balaputra. Bangunan di atas bukit ini dijadikan kubu pertahanan dalam pertempuran perebutan kekuasaan di kemudian hari.
Di dalam kompleks Ratu Baka ini terdapat bekas gapura, ruang Paseban, kolam, Pendopo, Pringgitan, keputren, dan dua ceruk gua untuk bermeditasi. Tak jauh di sekitar kawasan Ratu Baka juga ditemukan candi Buddha antara lain candi Banyunibo di kaki bukit sisi Tenggara dan candi Sojiwan di sisi utara.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Prasasti Canggal (732)
- Prasasti Kalasan (778)
- Prasasti Kelurak (782)
- Prasasti Karangtengah (824)
- Prasasti Tri Tepusan (842)
- Prasasti Mantyasih (907)