Prasasti Candi Cebongan
Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
|
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi, bacaan terkait, atau pranala luar, tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat. |
Prasasti Candi Cebongan berasal dari wilayah Yogyakarta yakni desa Cebongan, Kecamatan Mlati yang ditemukan sekitar tahun 1914 hingga tahun 1920-an. Prasasti Candi Cebongan kini berada di koleksi Kern Institute, Leiden dengan nomor inventaris B-79-I. Prasasti Candi Cebongan merupakan satu-satunya prasasti logam dari masa Jawa Kuna sekitar abad 9 M yang di dalamnya digambarkan seorang figur manusia. Figur tersebut adalah seorang wanita menggendong bayi.
Prasasti Candi Cebongan berisi mantra, khususnya mantra fertilitas pengharapan akan anak dengan fertility image Bhagawatimah Cidyā Dewi yang digambarkan menggendong bayi. Bhagawatimah Cidyā Dewi adalah seorang mahkluk semi-dewa ‘lokal’ yang menjadi objek pemujaan bagi kesuburan.
Alihaksara
[sunting | sunting sumber]1. // tad yathā om wimula gargā wimula wimale jaya gargā wajra jwalaga
2. bhreg gati gahane gagana wiśodhane sarbwap pawiśoyane om gu
3. nawati gaganawicāriņi giri giri gama ri gama gama ri gaha gaha
4. bhreg ri gabbh ri gabha ri gabha ri gabha ri gam ga ri gam ga ri, gati gati, ga
5. ni gama re gubha dhubha (gga)bha ni gubha ni wale wimale mu
6. cě le jaye wijayo sarba bhaya wigate
7. gam ga samgaraņi siri siri miri mi
8. ri piri piri ghiri ghiri samga
9. ntā kamāņi sawisatra prama(…)(…)
10.rakşa rakşa masa pariwara satwisatwa
11.śca, wiri wiri wiri dhādha raņi wena
12.śini muri ma(…) mili mili, ka
13.male wimale jaye wi
14.jaye jayo(…) tejayā
15.wati bhaga gati ratumaku
16.ţa malradhari wahawidha cicitra wema(la)
17.rini, bhagawatimah cidyā dewi rakşa
18.rakşa masa pariwara satwaśca samantāt parbat
19.pawino (ya)ni hu ru hu ru, rakşa rakşa māsa
20.pariwara sarwca satwaśca anāthā natrā ņasa pa
21.bhayaņa niśaraņān parimocaya saba
22.duh legya ca om caņdi caņdi ni wegawatī sarda
23.duşpani wāraņi wijaya hahinī tu ru hu ru ma
24.ru mu cu ru cu ru ayumpalanī sara wara mathanī
25.saba dewaśaņa swajite wi ri dhi ri samanta wada
26.l kite prare praña supraga wiśuddhe sa
27.rba ppawisodhani dhara dhara dharani
28.dhare dhare şunu munu sumu sumu
29.pu mu wu mu ru ru ru ru cale
30.talaya duşpansā heśaśrī wapu
31.jaya kamale kşiņi kşiņi wara
32.(…) i je om wadwa wasuddhe gara gara giri giri kuru kuru ma i lawiśuddhe
33.(pa)(wi)tra mu(wai) lidga ni wedga nila rawe rajwali taśila resbamanta pranā
34.ri ta weñasita suddhe jwala jwala sarba (..)wa gana samā kapaņi sitya(wa)
35.te ta(ra) tara tā yasa (ba) satwantā (śa)wirle kite lapālśa tuhu tuhu
36.turu turuh ghirī ghirī haņi haņih kşaņi kşaņi sarba prahara kşiņi
Alihbahasa
[sunting | sunting sumber]1. Inilah salam penghormatan (bagi) kemenangan Garga (yang telah) mencabut/menghilangkan (hingga) bersih tanpa noda (bagai) cahaya guntur
2. penghuni yang menguasai kegelapan yang terdalam, langit, aliran air (ombak), guntur. Salam penghormatan (bagi)
3. pemilik kesempurnaan yang datang dari langit, gunung-gunung serta dari kedalaman
4. kemaluan wanita, kemaluan wanita ri gam ga ri gam ga ri, berjalan, berjalan
5. bergerak gubha dubha ke dalam kemaluan wanita, gubha datang dari dalam (dengan) tanpa noda
6. terbebas dari rasa, malu, (dipenuhi) kemenangan (serta) dibebaskan dari segala penderitaan (ketakutan)
7. gam ga bertarung ke dalam, siri, bercampur dengan
8. pi ri pi ri ghiri ghiri bersama-sama
9. saling birahi, bersama-sama (menjadi) pemberi kehidupan
10. lindungi lindungi ketika Pariwara Satwisatwasca
11. wi ri wi ri wi ri meletakkan kebahagiaan yang dirindukan (diharapkan)
12. Śini Muri menyatukan
13. teratai (air) bersih yang mempunyai kemenangan
14. kemenangan, jayo…, kekuatan
15. milik bhaga gati ratu yang bermahkota
16. malradhari memakai perhiasan bercahaya dan bersih
17. berasal dari Bhagawatimah Cidyā Dewi yang memelihara
18. memelihara ketika Pariwara Satwasca semuanya
19. menyucikan yani hu ru hu ru lindung lindungi ketika
20. (sedang) tidak terlindungi, dalam bahaya dan kehancuran
21. (dari) ketakutan. Jagalah, bebaskan jasad
22. oh! Teruskan, lanjutkan dengan bersama-sama dengan sepenuh tenaga hingga om menjadi sesuatu berbentuk candi candi
23. keburukan orang kikir (dengan) harta kekayaan, kemenangan bagi yang telah memimpin dan menghancurkannya tu ru hu ru
24. paduan (antara) daging dan air (sebagai) pemberian yang menyenangkan
25. pemberian dari Saba Dewāśana berupa kebijaksanaan yang merata 26. berbicara, prare, bernafas, mempunyai banyak anak
27. semua mensucikan Dhara, Dhara, Dharani
28. Dhare, Dhare, anak laki-laki munu sumu sumu
29. pu mu wu mu ru ru ru ru
30. berasal dari luka tercela pada tubuh yang indah…(terjemahan masih sangat belum memuaskan)…
31. kemenangan, rusaknya pemberian/anugerah air (hujan?)
32. … i je om para penduduk bumi, istri istri
33. sesuatu untuk mensucikan …(kata-kata sukar diurai secara etimologis)… untuk bisa terbiasa memberikan sejumlah hasil panen setiap (musim)
34. …(kata-kata sukar diurai secara etimologis)…penyucian dengan api api
35. …(kata-kata bercampur dengan bahasa Jawa Kuna)…semua mahkluk hidup bisa menyeberangi penderitaan, melawan lapar dan lelah dengan sebenar-benarnya
36. rusak rusak takut takut bunuh bunuh hancur hancur berbagai macam bencana hancur
Referensi
[sunting | sunting sumber]1. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, 2007, Pusaka Aksara Yogyakarta, Alih Aksara dan Alih Bahasa Prasasti Koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, Yogyakarta : BP3 Yogyakarta
2. Djafar, Hasan, 2000, ‘Tradisi Tulis : Bibliografi Deskriptif Beberapa Sumber Rujukan Untuk Studi Epigrafi’ dalam Kajian Ilmiah Temuan Satu Abad(1900-1999), Jakarta : Museum Nasional
3. Dwiyanto, Djoko, 1993, ‘ Metode Penelitian Epigrafi Dalam Arkeologi’, dalam Artefak No. 13 Agustus, HIMA, Yogyakarta : Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada
4. Eggebrecht, Arne und Eva, 1995, Versun Kene Konigreische Indonesians,
5. Meinz : Verlag Phillip von Zebern Frederic, Louis, 1995, Buddhism : Flammarion Iconographic Guides, Paris: Flammarion