Lompat ke isi

Pratu Suparlan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pratu Suparlan (Meninggal 9 Januari 1983) adalah seorang prajurit Kopassus yang dikenal karena pengabdiannya melawan 300 pasukan musuh sendirian di Timor Timur (kini Timor Leste). Pada 1983, kala ia berpangkat prajurit satu, ia dikirim ke Timor Timur untuk melawan kelompok milisi Forças Armadas da Libertação Nacional de Timor-Leste atau Falintil.[1] Namanya diabadikan sebagai nama lapangan udara, yakni Lapangan Udara Suparlan, Pusdiklatpassus Batujajar, Bandung, Jawa Barat, yang diresmikan KSAD Jenderal TNI Edi Sudrajat pada 26 Mei 1991.[2]

Pratu Suparlan
LahirTidak Diketahui
Meninggal9 Januari 1983
Timor Timur
Pengabdian Indonesia
Dinas/cabangAngkatan Darat Indonesia
Pangkat Prajurit Satu
Kopral Dua
(Anumerta)
Perang/pertempuranPemberontakan Timor Timur 

Penghargaan

[sunting | sunting sumber]

Pada 13 April 1987, Suparlan Mendapatkan Kenaikan Pangkat militer dari Prajurit Satu Menjadi Kopral Dua, Suparlan Juga Mendapatkan Tanda Bintang Sakti dan Namanya Juga ditulis di Monumen Seroja, Namanya Juga di abadikan Sebagai Nama Lapangan Udara, Yakni Lapangan Udara Suparlan di Batujajar, Bandung Oleh Edi Sudradjat Pada 1991.

Pertempuran Melawan Falintil

[sunting | sunting sumber]

Pada 9 Januari 1983 Suparlan tergabung dalam unit nanggala L-II Yang Beranggotakan 9 Orang, (4 dari Kopassus dan 5 dari Kostrad) unit ini berada dibawah pimpinan Letnan Satu Podiman Dasuki, untuk melakukan patroli di wilayah KV 34, Kompleks liasidi, Timor Timur, Wilayah yang dimana para Pasukan FRETILIN berada, Saat Melakukan Patroli, Kelompok FRETILIN yang beranggotakan sekitar 300 orang. Mereka bersembunyi di diatas bukit dan melancarkan serangan membabi buta ke arah pasukan TNI, 3 Personel TNI langsung Tewas dalam Serangan Tersebut, sang Komandan, Suparlan dan Pasukan lainnya yang selamat segera berlindung dan membalas serangan

Posisi FRETILIN jauh lebih menguntungkan karena mereka berada di atas bukit, tim gabungan TNI berupaya mundur ke celah bukit, namun pergi celah tersebut sangat beresiko karena terus ditembaki, suparlan pun meminta sang komandan dan pasukannya untuk segera pergi ke celah bukit, sedangkan ia akan bertahan dan mengalihkan perhatian musuh, Podiman dan rekannya berhasil mencapai celah bukit, namun mereka tidak ingin meninggalkan suparlan sendirian, mereka berupaya untuk memutari bukit dan menembaki pasukan FRETILIN dari belakang.

Suparlan tetap bertempur dan bertahan dari serangan dan membunuh beberapa pasukan musuh hingga Peluru nya Habis, ia pun mengambil Senapan mesin milik rekannya yang gugur dan terus menembak pasukan musuh, terdapat beberapa peluru yang menancap ditubuhnya, namun Suparlan Tetap Berdiri dan Terus Menembak Hingga Pelurunya Habis. Suparlan pun mengambil Pisau Komando miliknya dan menghabisi 6 Musuh, Pasukan FRETILIN Terus Menembaki Suparlan, Beberapa Peluru Mengenai Tubuhnya dan Suparlan Terluka Parah dan Tidak punya Kekuatan Untuk Berdiri.

Suparlan dikepung oleh musuh, Saat Suparlan Akan ditembak mati, Suparlan Menyimpan Sebuah Granat tangan, ia Membuka Pinnya Melompat ke arah kerumunan Musuh dan Berteriak Takbir "Allahu Akbar!!" dan Granat pun Meledak, Menyebabkan Suparlan dan Beberapa Pasukan FRETILIN tewas. Tak Berselang Lama, Podiman dan Pasukannya tiba di atas bukit, namun Suparlan sudah Gugur Terlebih Dahulu, hal ini Membakar amarah para Personel TNI, tim gabungan ini menembaki FRETILIN dengan Membabi Buta, Pasukan Bantuan TNI Datang dan FRETILIN Berhasil dipukul mundur, dalam Pertempuran Tersebut Sekitar 7 Tentara Indonesia Tewas dan 83 Milisi FRETILIN Tewas. Para Personel TNI Menemukan Jasad Suparlan dalam Kondisi Tidak Utuh.

Setelah Pertempuran Tersebut FRETILIN dan TNI Sepakat Untuk Gencatan senjata untuk sementara, Seorang Komandan TNI Menerima Surat dari Komandan FRETILIN yang Salut akan Keberanian Suparlan.

Referensi

[sunting | sunting sumber]