Propaganda melalui media
Propaganda adalah bentuk komunikasi yang bertujuan untuk memicu reaksi yang sesuai keinginan dari propagandis atau pelaku propaganda.[1]Propaganda mencakup penyebaran realitas, pandangan, dan filosofis yang secara sengaja dan bertujuan untuk mengubah perilaku dan mendorong tindakan pada individu yang terdampak.[2] Dalam keterkaitannya dengan media, Richard Alan Nelson mengidentifikasi propaganda sebagai bentuk persuasi yang memiliki tujuan melalui penyampaian informasi sepihak secara terkontrol dengan bantuan media massa.[3]
Asal usul
[sunting | sunting sumber]Propaganda memiliki konotasi negatif dalam konteks politik modern. Namun demikian, istilah ini berasal dari sejarah keagamaan. Paus Gregorius XV mendirikan sebuah institusi untuk menyebarkan agama dan menangani berbagai urusan gereja, yang disebut Congregation for the Propagation of the Faith yang merupakan nama organisasi sebelum Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa . Selanjutnya, Paus Urbanus VIII mendirikan College of Propaganda untuk melatih para imam yang akan menjalankan misi keagamaan.Sepanjang sejarah, propaganda telah menjadi bagian penting dalam gerakan sosial besar seperti kemerdekaan Amerika Serikat, Revolusi Prancis, terutama selama masa perang. [4]
Media sosial
[sunting | sunting sumber]Dengan penggunaan media sosial yang semakin masif, media sosial telah menjadi alat yang sangat kuat untuk melakukan propaganda. Puluhan pemerintah di seluruh dunia memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan propaganda.[5] The Economist melaporkan bahwa pada tahun 2020, sebanyak 81 negara terlibat dalam "kampanye disinformasi yang terorganisir" yang mengalami peningkat meningkat dari 27 negara pada tahun 2017.[6]
Elemen lain yang membuat media sosial efektif untuk menyebarkan propaganda adalah kemampuannya menjangkau banyak orang dengan sedikit usaha dan pengguna dapat menyaring konten untuk menghapus apa yang tidak mereka inginkan sambil tetap menyimpan apa yang ingin mereka lihat.[7]Kemudahan ini dapat dimanfaatkan oleh orang biasa, serta lembaga pemerintah dan politisi dengan menggunakan media sosal untuk menyebarkan berita "sampah" demi mendukung tujuan mereka.[8]
Musik
[sunting | sunting sumber]Musik selalu memainkan peran besar dalam budaya populer. Ideologi politik sering disebarkan melalui media, namun, penggunaan musik dapat menjangkau audiens yang sangat luas dan beragam. Menurut Manzaria dan Bruck, tujuan propaganda adalah untuk "mempersuasi sikap, keyakinan, dan perilaku orang".[9]
Menurut Daniel Putman, propaganda melalui musik sangat bergantung pada audiensnya.[10] Setiap genre musik dapat menjangkau demografi tertentu hanya dalam beberapa menit, bersamaan dengan propaganda yang terkandung di dalamnya. Purfleau memberikan pandangan yang lebih sosial terhadap konsep musik yang bermotivasi politik, dengan menyatakan bahwa propaganda musik adalah "dasar dari jenis seni politik tertentu yang bertujuan untuk menentang tatanan ekonomi dan sosial kontemporer"[11]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Jowett, Garth; O'Donnell, Victoria (2006). Propaganda and Persuasion (PDF) (dalam bahasa Inggris). SAGE. hlm. 1. ISBN 978-1-4129-0898-6.
- ^ Hobbs, Renee; McGee, Sandra (2014). "Teaching about Propaganda: An Examination of the Historical Roots of Media Literacy". Journal of Media Literacy Education. 6 (2). doi:10.23860/jmle-6-2-5. ISSN 2167-8715.
- ^ Snow, Nancy; Taylor, Philip M. (2008-11). Routledge Handbook of Public Diplomacy (PDF) (dalam bahasa Inggris). Routledge. ISBN 978-1-135-92689-2.
- ^ "The Story of Propaganda – AHA". American Historical Association (dalam bahasa Inggris). 1 July 1944. Diakses tanggal 2024-12-18.
- ^ "Spreading fake news becomes standard practice for governments across the world". www.oii.ox.ac.uk (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-18.
- ^ "A growing number of governments are spreading disinformation online". The Economist. 13 Juni 2021. ISSN 0013-0613. Diakses tanggal 2024-12-18.
- ^ Hughes, Molly Wood, Kristin Schwab, Stephanie (2017-10-23). "How social media brought political propaganda into the 21st century". Marketplace (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-18.
- ^ "Social media manipulation rising globally, new report warns | University of Oxford". www.ox.ac.uk (dalam bahasa Inggris). 2018-07-20. Diakses tanggal 2024-12-18.
- ^ "Media's Use of Propaganda to Persuade People's Attitude, Beliefs and Behaviors". web.stanford.edu. Diakses tanggal 2024-12-18.
- ^ Putman, Daniel (1990-10-01). "THE AESTHETIC RELATION OF MUSICAL PERFORMER AND AUDIENCE". The British Journal of Aesthetics. 30 (4): 361–366. doi:10.1093/bjaesthetics/30.4.361. ISSN 0007-0904.
- ^ Velasco Pufleau, Luis (2014). "Reflections on Music and Propaganda". Contemporary Aesthetics. 12. ISSN 1932-8478.