Lompat ke isi

Proses pembentukan mineral

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Salah satu contoh jenis mineral.

Proses pembentukan mineral merupakan rangkaian yang berlangsung secara alamiah di berbagai lingkungan di Bumi yang memungkinkan atom-atom yang bersesuaian saling terikat satu sama lainya. Mineral adalah zat atau benda yang terbentuk secara alami dan bersifat padat, tersusun dari komposisi kimia tertentu, dan memiliki sifat-sifat fisik tertentu. Proses pembentukan mineral merupakan proses yang alami sehingga proses pembentukan hingga berhentinya proses tersebut dipengaruhi oleh faktor pengontrol dari alam yaitu suhu dan tekanan.

Proses pembentukan

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini terdapat beberapa proses pembentukan mineral, antara lain:

1. Proses magmatis

[sunting | sunting sumber]

Sesuai namanya, proses pembentukan mineral ini terjadi di dapur magma primer sampai-sampai mineral yang terbentuk akan mempunyai sifat ultra basa untuk lantas mengalami pendinginan dan pembekuan sampai membentuk mineral – mineral bijih dan silikat. Mineral itu pada suhu tinggi yakni sekitar lebih dari 600 derajat celcius sehingga sukses mengganti stadium liquido magmatis menjadi mineral berbentuk logam maupun non logam. Proses pembentukan magmatis sendiri terbagi menjadi 2 macam, antara lain:

  • Early magmatis, yaitu suatu endapan yang berasal dari proses magmatik secara langsung dan lebih dikenal dengan sebutan orthomagmatik di mana pada proses ini terjadi pengkristalan magma sampai mencapai 90%. Khusus mineral bijih, tidak jarang kali berasosiasi dengan batuan beku plutonik ultrabasa dan basa. Untuk format endapan terbagi menjadi 3 teknik yaitu dengan teknik injeksi, disseminated dan segregasi.
  • Late magmatis, mineral ini berasal dari kristal yang sudah terbentuk dari batuan silikat dan berasal dari saldo magma yang paling kompleks serta mempunyai corak dengan tidak sedikit variasi. Sifat mineral dari late magmatis ini yakni mobilitas tinggi. Di dalam late magmatis ada istilah jebakan ore yang terbentuk sesudah adanya batuan silikat yang menerobos serta bereaksi dan evolusi tersebut dinamakan deuteric alteration. Jebakan ore late magmatic yang bergabunga dengan batuan beku dasar menghasilkan sekian banyak macam proses differensiasi dan masuk ke dalam sejumlah golongan yakni residual liquid injection, residual liquid segregation, immiscible liquid injection, dan immiscible liquid segregation.

2. Proses Pegmatisme

[sunting | sunting sumber]

Proses pembentukan mineral selanjutanya yakni tahap pegmatisme. Pada proses ini larutan saldo magma yang terdiri atas cairan dan gas memiliki suhu selama 450oC – 600oC. Di etape ini pun terjadi kelompok batuan berupa batuan granit.

3. Proses Pneumatolisis

[sunting | sunting sumber]

Pada etape ini, suhu mineral mulai menurun yakni sekitar 450oC – 550oC dan selanjutnya terjadi akumulasi gas sampai-sampai menghasilkan jebakan pneumatolisis yang melulu menghasilkan saldo magma dalam format cair. Terdapat bagian volatile yang bergerak menerobos batuan beku dan pun batuan yang terdapat di sekitarnya, sampai akhirnya terbuat mineral sebab adanya proses volatile maupun proses sublimasi dari batuan – batuan yang sudah diterobos. Hasil dari kedua proses itu berupa endapan mineral yang dinamakan mineralpneumatolitis.

4. Proses Hidrotermal

[sunting | sunting sumber]

Proses hidrotermal yakni proses pembentukan mineral sebab adanya pengaruh dari suhu atau temperatur serta tekanan paling rendah dan adanya larutan magma yang telah terbentuk sebelumnya. Bentuk – format dari endapan mineral dapat ditemukan sebagai unsur dari proses endapan hidrotermal yang dinamakan Cavity Filling. Cavity Filling sendiri adalahsuatu proses mineralisasi dengan memenuhi ruang bukan rongga yang ada di dalam batuan dan terdiri atas mineral – mineral yang sudah diendapkan dari larutan bukaan – bukaan batuan.

5. Proses Replacement

[sunting | sunting sumber]

Proses ini pun disebut sebagai proses metasomatic replacement yakni proses pembentukan endapan – endapan yang berasal dari mineral epigenetik yang didominasi dengan pembentukan endapan hipotermal dan mesotermal di mana proses ini urgen di dalam kumpulan epitermal. Pada endapan metasomatik ada mineral bijih yang sudah terbentuk dan dikontrol oleh bagian – bagian sulfida serta didominasi oleh susunan unsur – bagian endapan mineral.

6. Proses Sedimenter

[sunting | sunting sumber]

Proses ini menghasilkan endapan yang berasal dari proses pengendapan sejumlah mineral dan telah merasakan pelapukan batuan sebelumnya. Hingga kesudahannya terkumpul dan tersedimentasi di sebuah tempat.

7. Proses Evaporasi

[sunting | sunting sumber]

Proses evaporasi adalahsuatu proses dari pembentukan mineral yang ada di wilayah kering dan pun panas sampai tidak heran andai di wilayah ini proses penguapan tidak jarang terjadi. Akibatnya mineral yang terlarut di dalam air bakal tetap tinggal ketika penguapan sedang terjadi.

8. Konsentrasi Residu Mekanik

[sunting | sunting sumber]

Pada etape ini ada endapan residual yang adalahhasil dari proses pelapukan dan pengendapan terjadi di lokasi yang sama. Sehingga dapat disebutkan jika endapan itu tidak merasakan perpindahan memakai media laksana air atau angin. Proses pelapukannya sendiri dapat terjadi secara kimia dan pun fisika.

9. Proses Oksidasi dan Supergen Enrichment

[sunting | sunting sumber]

Mineral bijih yang berada di sekitar permukaan bumi, akan merasakan pelapukan dan itu diakibatkan oleh udara ataupun rembesan dari air. Akibatnya muncullah pelapukan sampai pelarutan dari batuan di mana batuan tersebut menyusun padatan yang masif pulang menjadi porus dinamakan dengan gossam. Terdapat mineral primer yang merasakan oksidasi hingga dengan batas muka air tanah atau zona oksidasi. Di zona oksidasi terjadi akumulasi mineral oksida sekunder limonit yang memiliki ciri khusus. Selanjutnya terjadi pelarutan garam dan asam sulfat di zona sulfidasi atau wilayah di bawah air tanah, di wilayah ini pun terbentuk mineral sekunder.

10. Proses Metamorfisme

[sunting | sunting sumber]

Pada proses ini terbentuk batuan metamorf yang berasal dari mineral batuan beku, mineral metamorf dan mineral batuan sedimen. Di proses metamorfisme ini terjadi evolusi dari sebuah mineral menjadi mineral baru atau menghasilkan mineral yang sama bakal tetapi memiliki sifat bertolak belakang sebab menyesuaikan dengan suasana lingkungan yang baru. Contoh evolusi mineral lama menjadi mineral baru yakni mineral homblende menjadi mineral serpentine, sedangkan evolusi mineral lama menjadi mineral sama dengan sifat bertolak belakang yaitu mineral calcite menjadi mineral calcite kembali tetapi dengan sifat yang berbeda.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Prinz, M.,Harlow, G., Peters, J.1988. Rocks and Minerals. Simon & Schuster Inc. New York