Pulau Mandena
Pulau Mandena adalah sebuah destinasi wisata baru yang terletak diujung Barat Kabupaten Kepulauan Yapen. Daerah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Manokwari, Papua Barat.Pesona alamnya begitu indah serta memiliki daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.
Pulau ini terbentuk oleh beberapa gugusan pulau-pulau kecil, mengelilingi hamparan terumbu karang yang cukup luas, dan juga pada beberapa dari pulau kecil tersebut dihiasi dengan pasir putih yang mempesona pada bibir pantainya. Disekitar pulau Mandena ini juga terdapat salah satu telaga yang bernama Suandei.
Mitologi
[sunting | sunting sumber]Suandey adalah istilah dalam bahasa Yapen Barat salah satu suku bangsa di Kabupaten Kepulauan Yapen Papua. Swandey merupakan suatu mitologi tentang asal-usul seni suara dan seni ukir pada kebudayaan suku bangsa Wonawa dari kampung Woinap dan Wondei-Wondau di Kabupaten Kepulauan Yapen. Ceritera mitologi ini dikisahkan secara turun-temurun secara lisan seiring peradaban suku-suku bangsa di Kabupaten Kepulauan Yapen. Sampai saat pencatatan ini dilakukan mitologi ini masih sering diceriterakan bahkan telah diabadikan sebagai nama dari sebuah group musik tradisional di Serui juga sebagai nama dari warung internet yang dikelola Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Kepulauan Yapen.
Kisah tentang Suandey terjadi di gugusan kepulauan Miosnum yaitu kepulauan yang membujur pada posisi utara-selatan di sebelah barat pulau Yapen Papua, tepatnya di pulau Mandena. Dalam tradisi lisan dituturkan bahwa pada zaman dahulu sebuah perahu melakukan perjalanan dari pulau Yapen ke pulau Roon Kabupaten Teluk Wondama dan singgah di pulau Mandena, pada rombongan yang melakukan perjalanan itu terdapat dua orang pemuda bernama Swandey dan Mambri. Karena kehabisan bahan makanan maka Swandey dan Mambri pergi mencari ikan di telaga Mandena (Mandena Ruru), dan mereka menemukan seekor penyu, dengan cekatan Swandey menikam/menombak penyu tersebut namun penyu tersebut menarik tali penikam bersama Swandey ke dalam air laut dan membawanya hingga pulau Nusirang. Ternyata penyu tersebut adalah jelmaan dari putri laut penguasa gugusan kepulauan Miosnum. Di pulau Nusiran terdapat sebuah gua dalam laut yang merupakan istanah putri laut, setelah sampai di mulut gua (gerbang istanah) putri laut tersebut menyuruh Swandey menunggu karena ia akan melaporkan keberadaan Swandey terlebidahulu kepada ayahnya.
Pada saat menaunggu tersebut Swandey mengamati bahwa ternyata di depan gua (gerbang istanah) Nusirang terdapat tumbuhan (daun) yang dapat meningkatkan kemampuan bernyanyi dan mengukir, dan pada saat itu juga Swandey memetik dedaunan tersebut dan melarikan diri meninggalkan istanah Nusirang serta membagi dedaunan tersebut kepada Mambri. Dari dedaunan tersebutlah kemudian dijadikan ramuan untuk meningkatkan kemampuan bernyanyi dan mengukir. Jenis ramuan yang digunakan itulah yang menentukan perbedaan jenis dan bentuk ukiran yang dihasilkan oleh suku-suku bangsa pada wilayah kebudayaan Sairera/Teluk Cenderawasih.[1]
Transportasi
[sunting | sunting sumber]Perjalanan yang bisa di tempuh bisa melalui pantai Maryarotu dengan menggunakan speed boat yang kira-kira memakan waktu sekitar 2 jam lebih sampai 3 jam perjalanan.[2]
- ^ Indamarei, Yeheskiel (1 Januari 2015). "Swandey". Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Diakses tanggal 4 Maret 2020.
- ^ "Pulau Mandena". 10 Februari 2020. Diakses tanggal 4 Maret 2020.