Lompat ke isi

Rakai Garung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rakai Garung
Rakaryan i Garung
(menurut Prasasti Pengging)

Srī Mahārāja Rakai Garung
(menurut Prasasti Mantyasih)

Srī Mahārāja Rakai Garung
(menurut Prasasti Wanua Tengah III)
Raja Medang ke-6
Berkuasa(14 Februari 829 - 6 Maret 847)
PendahuluDyah Gula
PenerusRakai Pikatan
KeturunanRakai Pikatan
WangsaSanjaya
AyahRakai Panaraban
AgamaBuddha

Rakai Garung adalah Raja Medang keenam yang memerintah sekitar tahun 829 - 847.[1][2]

Namanya dikenal dalam Prasasti Pengging, Prasasti Mantyasih, Prasasti Wanua Tengah III.

Dalam Prasasti Mantyasih, nama gelarnya ialah Sri Maharaja Rakai Garung.[3] Dalam Prasasti Wanua Tengah III (908), ia memerintah antara 14 Februari 829 s.d. 6 Maret 847. Ia adalah raja setelah Dyah Gula dan sebelum Rakai Pikatan.[1]

Prasasti tertua yang dikeluarkan Rakai Garung ialah Prasasti Pengging (819).[4] Dalam prasasti ini, namanya disebut sebagai Rakaryan i Garung, dan masih belum bergelar sri maharaja.[4] Ia mungkin adalah pejabat tinggi sebelum naik tahta, serta adalah anak atau saudara dari raja-raja sebelumnya.[5]

Menurut prasasti Wanua Tengah III, ia adalah anak dari Sang lumah i Tuk, artinya seseorang (bangsawan/raja) yang dimakamkan di Tuk.[5] Disebutkan bahwa Rakai Garung mengembalikan status sima (desa perdikan) Wanua Tengah, yang pernah dicabut oleh raja sebelumnya.[2][5]

Pendapat Pakar Sejarah

[sunting | sunting sumber]
[sunting | sunting sumber]

Rakai Garung dikira sama dengan Pu Palar

[sunting | sunting sumber]

De Casparis menyamakan Rakai Garung dengan tokoh Dang Karayan Partapan Pu Palar yang tertulis di Prasasti Gandasuli (832).[6] Dalam prasasti itu, Dang Karayan lah yang mengadakan upacara sima.[6] Nama Rakaryan Patapan Pu Palar juga ditemukan dalam Prasasti Karangtengah (824), bersamaan dengan penyebutan Pramodawardhani dan Samaratungga.[6][7] Pramodhawardhani dianggap de Casparis sama dengan Sri Kaluhunnan.[7] Oleh karena itu, ia menganggap bahwa Pramodawardhani adalah menantu Rakai Garung yang menikah dengan Rakai Pikatan.[7]

[sunting | sunting sumber]

Rakai Garung dikira sama dengan Samaratungga

[sunting | sunting sumber]

Slamet Muljana menyamakan Rakai Garung dengan Samaratungga, dan bukannya dengan Dang Karayan Partapan Pu Palar.[4] Hal tersebut karena Dang Karayan cuma memiliki gelar haji (raja kecil), bukan maharaja.[4]

  1. ^ a b Dwiyanto, Djoko. 1986. Pengamatan terhadap Data Kesejarahan dari Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Dalam PIA IV (IIa). Jakarta: Pulit Arkenas, h. 92-110.
  2. ^ a b Boechari (2013-07-08). Melacak Sejarah Kuno Indonesia lewat Prasasti. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-91-0520-2. 
  3. ^ Mustopo, M. Habib (2005). Sejarah: Untuk kelas 2 SMA. Yudhistira. ISBN 978-979-676-707-6. 
  4. ^ a b c d Muljana, Prof Dr Slamet (2006-01-01). Sriwijaya. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 978-979-8451-62-1. 
  5. ^ a b c Arif, H. A. Kholiq (2010-01-01). MATA AIR PERADABAN ; Dua Milenium Wonosobo. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 978-979-25-5331-4. 
  6. ^ a b c Soekmono, R. (1995). The Javanese Candi: Function and Meaning (dalam bahasa Inggris). BRILL. ISBN 978-90-04-10215-6. 
  7. ^ a b c Iongh, R. C. de (1977). Handbook of Oriental Studies (dalam bahasa Inggris). BRILL. ISBN 978-90-04-04918-5. 
Didahului oleh:
Dyah Gula
Raja Medang
Menurut Wanua Tengah III
(Wangsa Syailendra)
829—847
Diteruskan oleh:
Rakai Pikatan