Rangkah, Buayan, Kebumen
Rangkah | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Kebumen | ||||
Kecamatan | Buayan | ||||
Kode pos | 54474 | ||||
Kode Kemendagri | 33.05.02.2004 | ||||
Luas | - | ||||
Jumlah penduduk | 1.765 Jiwa | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Rangkah adalah merupakan sebuah desa di kecamatan Buayan, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini berjarak kurang lebih 3 kilometer dari pusat kecamatan Buayan, 13 kilometer dari kota Gombong dan 30 Kilometer dari ibu kota Kabupaten Kebumen melalui Kuwarasan. Sebagain wilayah desa ini merupakan Kawasan Karst Gombong Selatan. Di desa rangkah juga ada destinasi wisata alam curug kedung gong yang lokasinya dari ba
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Nama Rangkah sendiri berasal dari kata Rancah yang berarti batas. Menurut sejarah yang berasal dari cerita orang tua yang diriwayatkan turun-temurun, wilayah Rangkah merupakan batas terluar dari suatu wilayah kerajaan. Dengan ditandai dengan adanya beberapa petilasan antaralain Buyut Rancah, Raksa Baya, Manik Maya, Selo Manik, Prigi dan masih ada beberapa petilasan.
Batas wilayah
[sunting | sunting sumber]Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Utara | Desa Geblug |
Timur | Kecamatan Kuwarasan |
Selatan | Desa Adiwarno, Desa Wonodadi dan Kecamatan Puring |
Barat | Desa Wonodadi |
Pembagian wilayah
[sunting | sunting sumber]- Dukuh Jurutengah
- Dukuh Karang
- Dukuh Kaum
- Dukuh Pengadah
- Dukuh Serang
Penduduk
[sunting | sunting sumber]Nuansa budaya/ adat masih kental di Desa Rangkah. Dengan masih uri-uri atau dilestarikan pacara-upacara adat desa yaitu Merdidesa atau selamatan desa yang dilakukan 1 (satu) kali dalam satu tahun. Tingkat kerukunan warga tergolong masih tinggi dengan ditandai tingkat kesadaran bergotongroyong/ istilahnya gugur gunung dan kerjabakti masih sangat tinggi. Pemerintahan desa dipimpin oleh seorang kepala desa, Sekertaris desa dan beberapa orang kaur serta beberapa orang kepala dusun. Mata pencaharian penduduk setempat sebagian besar petani, pedagang, ada juga penyadap nira (nderes) sebagai bahan pembuat gula merah dan gula semut. Ada juga yang berprofesi sebagai pegiat seni, yaitu kesenian WAYANG KULIT yang di pelopori oleh Ki Langgeng Hidayat, dan kesenian kuda lumping.