Ratik Tagak
Ratik Tagak atau Ratik Bosa adalah tradisi keagamaan masyarakat Minangkabau di Pariangan, Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Tradisi ini biasanya dirayakan setelah menjalankan Puasa Sunnah selama enam hari setelah hari raya Idul Fitri. Mereka berziarah ke makam leluhur sambil memanjatkan doa dan berzikir bersama.[1] Masyarakat di daerah ini menyambutnya dengan berbagai tradisi dan permainan anak nagari.[2] Dalam bahasa Indonesia, ratik tagak berarti zikir berdiri karena dalam tradisi ini warga melakukan zikir sambil berdiri dan menggoyang-goyangkan badan.[3]Tujuan dari ratik tagak selain mengajak berzikir dengan semangat, juga untuk mempererat silaturahmi antara satu warga dengan warga lainnya.[4]
Selain di Sumatera Barat, tradisi ini juga ditemukan pada masyarakat Minangkabau perantauan di Kerinci, Jambi, dan Rokan Hulu, Riau.[5] Pada tahun 2018, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud menetapkan tradisi ini sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.[6]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Ratik Tagak, Tradisi Warga Sikaladi Pariangan". Liputan6.com. Liputan 6. 26 Oktober 2007. Diakses tanggal 24 Februari 2019.
- ^ "RATIK TAGAK TRADISI ADAT SIKALADI YANG MASIH TERJAGA - Pemerintah Kabupaten Tanah Datar". Pemerintah Kabupaten Tanah Datar | Luhak Nan Tuo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-07-11.
- ^ "TRADISI MANDOA KATOMPAT DAN RATIK TAGAK ..." Universitas Riau. 21 Juni 2017. Diakses tanggal 24 Februari 2019.
- ^ "Ratik Tagak, Budaya Dzikir ala Minang yang Kadang Dianggap Menyimpang". Energi Bangsa. 2019-12-28. Diakses tanggal 2020-07-11.
- ^ Purnamasari, Niken (2017-06-21). "Mengenal Tradisi Ratik Tagak yang Jadi Viral di Medsos". detikcom. Diakses tanggal 24 Februari 2019.
- ^ "Ratik Bosa/ Ratik Tagak". Kemdikbud.go.id. Mei 2018. Diakses tanggal 24 Februari 2019.